Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, mencari ketenangan batin seringkali menjadi sebuah perjuangan. Namun, ajaran dan nasihat dari ulama kharismatik seperti KH. Ahmad Bahauddin Nursalim, yang akrab disapa Gus Baha, menawarkan pencerahan. Salah satu aspek yang sering ditekankan dalam dakwahnya adalah pentingnya afirmasi positif untuk membentuk pola pikir dan mendatangkan ketentraman jiwa. Afirmasi Gus Baha bukanlah sekadar ucapan kosong, melainkan sebuah sarana spiritual yang mengantarkan pendengarnya pada pemahaman yang lebih dalam tentang diri, Tuhan, dan alam semesta.
Afirmasi, dalam konteks ajaran Gus Baha, dapat diartikan sebagai pernyataan positif yang diulang-ulang untuk memperkuat keyakinan dan mengubah persepsi. Berbeda dengan afirmasi umum yang mungkin berfokus pada pencapaian materi, afirmasi yang diajarkan Gus Baha lebih mengakar pada prinsip-prinsip keagamaan. Ia seringkali mengaitkan afirmasi dengan dzikir, doa, dan tawakal. Intinya adalah bagaimana kita menggunakan perkataan kita, baik dalam hati maupun lisan, untuk senantiasa mengingat Allah dan segala kebaikan-Nya, serta meyakini bahwa segala sesuatu berada dalam pengaturan-Nya.
Gus Baha mengajarkan bahwa kata-kata memiliki kekuatan luar biasa. Perkataan yang kita ucapkan, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, dapat membentuk cara pandang kita terhadap kehidupan. Jika kita terus-menerus memanjatkan keluhan, keraguan, atau pikiran negatif, maka realitas yang kita alami pun akan cenderung demikian. Sebaliknya, dengan mengucap syukur, memohon ampunan, dan meyakini pertolongan Allah, kita membuka pintu bagi kebaikan untuk datang.
Contoh afirmasi yang sering muncul dari kajian Gus Baha adalah ungkapan syukur atas nikmat sekecil apapun. Beliau menekankan bahwa dengan mensyukuri nikmat yang ada, Allah akan menambahkannya. Ini adalah sebuah prinsip afirmasi yang berdasarkan pada firman Allah dalam Al-Qur'an. Afirmasi semacam ini bukan hanya soal kata-kata, tetapi juga tentang menumbuhkan kesadaran spiritual dan rasa cukup.
Dalam menghadapi berbagai cobaan hidup, mudah sekali kita terjerumus dalam keputusasaan. Gus Baha memberikan penawar melalui afirmasi yang membangun ketabahan dan keikhlasan. Ia sering mengingatkan bahwa setiap kejadian, baik yang menyenangkan maupun yang pahit, adalah ujian dari Allah. Dengan mengafirmasi bahwa Allah tidak pernah memberikan beban di luar kesanggupan hamba-Nya, kita bisa lebih lapang dada dalam menerima takdir.
Afirmasi seperti "Ya Allah, jadikanlah setiap ujian ini sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Mu" atau "Aku ikhlas menerima apa pun yang Engkau berikan, karena Engkau Maha Mengetahui yang terbaik bagiku" adalah bentuk-bentuk afirmasi yang sarat makna. Afirmasi ini membantu menumbuhkan keikhlasan, yang merupakan kunci menuju ketenangan batin sejati. Ketika hati telah ikhlas, beban di pundak terasa lebih ringan, dan pandangan terhadap masalah menjadi lebih jernih.
Menerapkan afirmasi Gus Baha bukanlah hal yang rumit. Dimulai dari hal-hal sederhana: saat bangun tidur, ucapkan syukur. Saat menghadapi kesulitan, alih-alih mengeluh, ucapkan istighfar dan yakinlah pada pertolongan-Nya. Saat berinteraksi dengan orang lain, usahakan menggunakan kata-kata yang baik dan membangun. Luangkan waktu sejenak di sela-sela kesibukan untuk merenung dan mengucapkan afirmasi yang menenangkan hati.
Beliau juga kerap menekankan pentingnya membaca Al-Qur'an dan hadits dengan pemahaman yang benar, karena di dalamnya terkandung petunjuk dan hikmah yang dapat dijadikan landasan afirmasi. Mempelajari tafsir dan kajian-kajian beliau secara mendalam akan semakin memperkaya khazanah afirmasi positif yang dapat kita praktikkan. Afirmasi Gus Baha adalah sebuah pengingat bahwa kekuatan terbesar untuk mengubah diri dan kehidupan kita berasal dari dalam diri, yang dipandu oleh keyakinan kepada Sang Pencipta.
Afirmasi Gus Baha mengajarkan sebuah pendekatan holistik untuk mencapai ketenangan batin. Ia mengintegrasikan kekuatan positif dari perkataan dengan kedalaman spiritualitas. Dengan senantiasa mengucapkan dan meyakini afirmasi yang bersumber dari ajaran agama, kita tidak hanya membentuk pola pikir yang lebih baik, tetapi juga memperkuat hubungan kita dengan Allah. Ini adalah jalan menuju ketenangan yang kokoh, kejernihan hati, dan kehidupan yang lebih bermakna, di mana setiap ucapan menjadi doa dan setiap kesulitan menjadi tangga menuju keridaan-Nya.