Menjelajahi kekayaan linguistik Indonesia tidak lengkap tanpa menyentuh keunikan aksara Jawa Madura. Lebih dari sekadar sistem penulisan, aksara ini menyimpan jejak sejarah, identitas, dan kearifan lokal masyarakat Madura yang mendalam.
Ilustrasi representatif Aksara Jawa Madura
Aksara Jawa Madura, sebagaimana namanya, memiliki hubungan erat dengan aksara Jawa yang lebih luas. Keduanya berasal dari rumpun aksara Brahmi di India yang dibawa masuk ke Nusantara ribuan tahun lalu. Namun, seiring perkembangan zaman dan interaksi budaya, aksara ini mengalami adaptasi dan modifikasi sesuai dengan fonologi, morfologi, dan tradisi lisan masyarakat Madura. Pengaruh bahasa dan budaya tetangga, termasuk bahasa Melayu dan bahkan pengaruh awal dari kebudayaan pesisir Jawa, turut membentuk karakter uniknya.
Secara struktural, aksara Jawa Madura adalah aksara abugida. Setiap konsonan memiliki vokal inheren 'a' yang dapat diubah atau dihilangkan dengan penambahan tanda diakritik (sandhangan). Bentuk-bentuk hurufnya memiliki estetika tersendiri, sering kali digambarkan memiliki lekukan dan guratan yang khas, mencerminkan pandangan hidup dan filosofi masyarakat Madura yang terkadang lugas namun mendalam.
Meskipun berakar dari aksara Jawa, aksara Jawa Madura menunjukkan sejumlah perbedaan signifikan. Perbedaan ini paling kentara pada beberapa bentuk huruf (karakter) yang tidak ada dalam aksara Jawa standar, atau memiliki pelafalan dan penulisan yang berbeda. Beberapa konsonan yang dalam bahasa Indonesia dilafalkan dengan jelas, di Madura mungkin memiliki pengucapan yang lebih tegas atau justru lebih halus, dan ini tercermin dalam pemilihan aksara atau modifikasi sandhangan.
Misalnya, perbedaan dalam pengucapan beberapa huruf vokal atau konsonan tertentu dalam bahasa Madura sering kali membutuhkan representasi aksara yang spesifik. Hal ini menunjukkan bahwa aksara ini bukan sekadar salinan, melainkan pengembangan mandiri yang didorong oleh kebutuhan linguistik dan budaya masyarakatnya. Keunikan ini menjadi poin penting dalam identifikasi dan pelestarian budaya Madura.
Di masa lalu, aksara Jawa Madura memiliki peran vital dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Madura. Ia digunakan untuk menulis berbagai jenis naskah, mulai dari karya sastra seperti cerita rakyat, hikayat, hingga serat-serat yang berisi ajaran moral, nasihat, dan pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari. Naskah-naskah kuno yang ditulis menggunakan aksara ini menjadi sumber primer bagi para peneliti sejarah dan budaya untuk memahami peradaban Madura di masa lampau.
Selain itu, aksara ini juga sering ditemukan pada prasasti, ukiran, atau benda-benda bersejarah lainnya. Penggunaannya tidak hanya terbatas pada ranah sastra, tetapi juga mencakup catatan keagamaan, administrasi lokal, bahkan surat-menyurat antarindividu. Penguasaan aksara ini pada masa itu merupakan indikator penting dari tingkat literasi dan pendidikan seseorang dalam masyarakat Madura.
Sayangnya, di era digital dan globalisasi seperti saat ini, aksara Jawa Madura menghadapi tantangan pelestarian yang cukup serius. Munculnya alfabet Latin sebagai sistem penulisan yang dominan, serta perubahan gaya hidup dan preferensi generasi muda, perlahan menggeser penggunaan aksara tradisional. Banyak generasi muda Madura yang kini kurang familiar, bahkan tidak mengenal sama sekali, aksara leluhur mereka.
Minimnya materi pembelajaran yang menarik dan mudah diakses, serta kurangnya ruang publik untuk mempraktikkan penggunaan aksara ini, turut memperparah kondisi. Aksara Jawa Madura berisiko hanya menjadi catatan sejarah yang dilupakan, padahal ia adalah bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Madura yang kaya.
Menyadari pentingnya pelestarian warisan budaya ini, berbagai pihak mulai bergerak melakukan upaya revitalisasi. Pemerintah daerah, lembaga pendidikan, komunitas budaya, dan pegiat literasi bahu-membahu mengenalkan kembali aksara Jawa Madura kepada masyarakat, khususnya generasi muda. Program-program seperti workshop menulis aksara, lomba, penerbitan buku dwibahasa (Latin-Aksara Jawa Madura), serta pengembangan aplikasi digital untuk belajar aksara, menjadi beberapa contoh langkah konkret yang dilakukan.
Mengintegrasikan aksara Jawa Madura ke dalam kurikulum lokal di sekolah-sekolah di wilayah Madura juga menjadi langkah strategis. Dengan demikian, anak-anak sejak dini diperkenalkan dan diajak untuk mencintai serta menggunakan aksara ini sebagai bagian dari identitas mereka. Selain itu, mendorong penggunaan aksara dalam seni pertunjukan, desain grafis, hingga penandaan tempat-tempat bersejarah di Madura dapat meningkatkan visibilitas dan kesadaran publik.
Aksara Jawa Madura bukan sekadar rangkaian simbol mati. Ia adalah denyut nadi kebudayaan, jendela menuju pemahaman mendalam tentang sejarah, nilai-nilai, dan pandangan hidup masyarakat Madura. Melestarikan aksara ini berarti menjaga kelangsungan identitas, menghormati leluhur, dan mewariskan kekayaan budaya yang tak ternilai kepada generasi mendatang. Setiap goresan aksara Jawa Madura adalah cerita, adalah jati diri yang layak untuk terus hidup dan dikenang.
Jelajahi lebih dalam tentang kebudayaan Madura.