Dalam kitab suci Al-Qur'an, Allah SWT menurunkan berbagai ayat yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam. Dua ayat yang memiliki makna mendalam dan relevan, terutama dalam konteks perjuangan dan ketakwaan, adalah ayat 216 dan 217 dari Surah Al-Baqarah. Ayat-ayat ini tidak hanya berbicara tentang perintah perang atau jihad, tetapi juga tentang esensi ketakwaan dan kesabaran yang mendatangkan rahmat dan keridaan Allah.
Ayat Al-Baqarah 216 berbunyi:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Ayat ini menegaskan bahwa kewajiban berjihad (dalam makna luas yang mencakup perang untuk membela diri, agama, dan menegakkan kebenaran) telah ditetapkan bagi umat Islam. Namun, ayat ini juga mengakui bahwa dorongan untuk berperang seringkali bertentangan dengan naluri manusia yang cenderung menginginkan kedamaian dan kenyamanan. Perang membawa risiko, kehilangan, dan penderitaan, sehingga wajar jika ia dirasakan sebagai beban yang tidak disukai.
Pesan penting dari ayat ini adalah bahwa apa yang tampak buruk atau sulit bagi manusia, belum tentu buruk di hadapan Allah. Sebaliknya, apa yang tampak menyenangkan, belum tentu membawa kebaikan jangka panjang. Allah, dengan ilmu-Nya yang sempurna, mengetahui hikmah di balik setiap perintah dan ketetapan-Nya. Manusia, dengan keterbatasan pengetahuannya, seringkali tidak mampu melihat gambaran keseluruhan atau konsekuensi jangka panjang dari suatu pilihan. Oleh karena itu, ayat ini mengajarkan pentingnya tawakal, kepasrahan, dan keyakinan pada kebijaksanaan Allah, bahkan ketika menghadapi kesulitan atau perintah yang terasa berat.
Melanjutkan penjelasannya, Al-Baqarah 217 memberikan konteks lebih lanjut terkait jihad dan motivasi di baliknya:
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ ۖ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ ۚ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا ۚ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَٰٓئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ وَأُولَٰٓئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah: 'Berperang pada bulan haram itu adalah dosa besar, tetapi menghalangi (orang) dari jalan Allah, kafir kepada-Nya, (menghalangi orang ke) Masjidilharam, dan mengusir penduduknya dari padanya, adalah lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan fitnah itu lebih besar (dosanya) daripada pembunuhan.' Dan mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka mengusir kamu dari agamamu, jika mereka sanggup. Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka orang-orang itu akan sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."
Ayat ini menjawab pertanyaan mengenai bolehkah berperang di bulan haram (bulan-bulan yang disucikan). Jawabannya adalah bahwa berperang di bulan haram memang termasuk dosa besar. Namun, ayat ini segera menyeimbangkan dengan menyatakan bahwa tindakan menghalangi manusia dari jalan Allah, mengingkari Allah, menghalangi ke Masjidilharam, dan mengusir penduduknya adalah dosa yang jauh lebih besar di sisi Allah. Fitnah (kekacauan, penindasan, dan penyiksaan untuk mengembalikan orang dari agamanya) bahkan lebih buruk daripada pembunuhan.
Umat Islam diperingatkan bahwa musuh-musuh akan terus memerangi mereka hingga berhasil memurtadkan mereka dari agama mereka jika memungkinkan. Oleh karena itu, menjaga keimanan dan ketakwaan menjadi sangat krusial. Barangsiapa yang murtad (keluar dari agama Islam) lalu mati dalam keadaan kafir, maka seluruh amal kebaikannya akan terhapus baik di dunia maupun di akhirat, dan mereka akan kekal di dalam neraka.
Ayat-ayat ini mengajarkan bahwa jihad bukan hanya tentang pertempuran fisik, tetapi juga perjuangan melawan kezaliman, kebatilan, dan upaya-upaya yang merusak tatanan masyarakat serta akidah umat Islam. Kesabaran, keteguhan iman, dan keyakinan pada pertolongan Allah adalah kunci utama dalam menghadapi cobaan dan perjuangan.
Al-Baqarah 216 dan 217 memberikan pelajaran berharga bagi setiap Muslim:
Memahami kedua ayat ini bukan sekadar untuk diketahui, melainkan untuk direnungkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, mulai dari godaan duniawi hingga ancaman terhadap nilai-nilai spiritual, kita diingatkan untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran agama, bersabar, dan bertawakal kepada Allah SWT, Sang Maha Pengatur segala urusan.