Dalam perjalanan hidup seorang Muslim, ujian dan cobaan adalah sebuah keniscayaan. Al-Qur'an, sebagai petunjuk hidup abadi, telah memberikan panduan dan peneguhan atas realitas ini. Surat Al-Baqarah, surat terpanjang dalam Al-Qur'an, memuat ayat-ayat yang sarat makna, termasuk ayat 155 hingga 157 yang berbicara tentang menghadapi musibah dengan kesabaran dan keyakinan. Ayat-ayat ini bukan sekadar narasi, melainkan kompas spiritual yang membimbing kita melewati badai kehidupan.
Ayat 155 dari Surat Al-Baqarah adalah pengantar yang kuat mengenai bentuk-bentuk ujian yang akan dihadapi oleh manusia. Allah SWT berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
"Wa lanabluwannakum bisyai'im min al-khaufi wal-ju'i wa naqsim minal-amwali wal-anfusi wats-tsamarat. Wa basy-syir ash-shabirin."
Terjemahannya: "Dan sungguh, akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
Ayat ini secara gamblang menyebutkan beberapa bentuk ujian yang umum dialami manusia. Ketakutan dapat berupa kecemasan akan masa depan, ancaman dari luar, atau rasa was-was yang melanda hati. Kelaparan bukan hanya berarti ketiadaan makanan, tetapi juga bisa mencakup kekurangan secara umum dalam pemenuhan kebutuhan primer. Kekurangan harta bisa terwujud dalam kerugian bisnis, hilangnya pekerjaan, atau musibah yang merusak aset. Kekurangan jiwa merujuk pada kehilangan orang-orang terkasih melalui kematian atau perpisahan. Terakhir, kekurangan buah-buahan bisa diartikan sebagai kegagalan panen, kemandulan, atau hilangnya hasil jerih payah.
Namun, yang terpenting dari ayat ini adalah penutupnya: "Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." Kata "sedikit" (bisyi'im) yang menyertai cobaan menunjukkan bahwa ujian ini, meskipun terasa berat, adalah ujian yang dapat ditanggung oleh seorang mukmin. Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya.
Setelah menyebutkan jenis-jenis ujian, Allah SWT kemudian menjelaskan siapa saja yang termasuk dalam golongan orang-orang sabar yang dijanjikan kabar gembira. Ayat 156 berbunyi:
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
"Alladzina idha ashabathum musibatun qalu inna lillahi wa inna ilaihi raji'un."
Terjemahannya: "(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un' (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)."
Kalimat "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" adalah pengakuan mendalam atas keesaan Allah dan kepemilikan-Nya atas segalanya. Ketika musibah datang, hati orang yang sabar tidak berontak atau mengeluh berlebihan. Sebaliknya, mereka mengingatkan diri sendiri bahwa mereka berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Ini adalah bentuk tawakal dan penerimaan takdir yang tulus.
Pengucapan kalimat ini bukan sekadar lafal di bibir, melainkan refleksi dari keyakinan dalam hati. Ini menandakan bahwa mereka memahami bahwa musibah tersebut adalah titipan dari Allah, dan sebagaimana segala sesuatu kembali kepada-Nya, maka cobaan pun akan berakhir dan pertanggungjawaban akan diminta. Kesabaran dalam konteks ini adalah kesabaran yang disertai keikhlasan, bukan kepasrahan yang tanpa makna.
Untuk semakin memotivasi hamba-Nya untuk bersabar, Allah SWT menutup rangkaian ayat ini dengan kabar gembira mengenai balasan yang akan diterima oleh orang-orang yang sabar. Ayat 157 berfirman:
أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Ula'ika 'alaihim sholawatun mir rabbihim wa rahmatun, wa ula'ika humul muhtadun."
Terjemahannya: "Mereka itulah yang memperoleh keberkatan dari Tuhannya dan rahmat-Nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Dua balasan utama disebutkan di sini: shalawat dan rahmat dari Allah. "Shalawat" dari Allah bermakna limpahan rahmat, ampunan, dan pujian dari-Nya. Bayangkan betapa indahnya ketika Sang Pencipta memuji dan merahmati hamba-Nya yang teguh dalam menghadapi ujian. Ini adalah penghargaan tertinggi yang melebihi segala kenikmatan duniawi.
Selain itu, mereka juga mendapatkan rahmat Allah, yang berarti curahan kasih sayang dan pertolongan-Nya. Rahmat ini dapat berupa kemudahan dalam menghadapi cobaan, kekuatan untuk terus beribadah, dan akhirnya surga sebagai balasan abadi.
Dan yang tak kalah penting, mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Artinya, cobaan yang mereka lalui justru semakin mendekatkan mereka kepada Allah dan mempertebal keimanan mereka. Mereka mampu mengambil hikmah dari setiap kejadian, belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan semakin memahami betapa agungnya kekuasaan serta kebijaksanaan Allah.
Ayat 155-157 Al-Baqarah memberikan fondasi spiritual yang kokoh bagi umat Islam dalam menghadapi setiap kesulitan. Ujian adalah bagian dari kehidupan yang justru menjadi sarana pendewasaan iman. Dengan kesabaran yang berlandaskan keyakinan bahwa kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, kita akan senantiasa berada di bawah naungan keberkatan, rahmat, dan petunjuk-Nya. Marilah kita senantiasa memohon kekuatan dan kesabaran agar senantiasa menjadi hamba-Nya yang dicintai.