Al Baqarah Ayat 172 dan Artinya Lengkap

Ikon Simbol Islam Sederhana Bulan sabit dengan bintang di sebelahnya, melambangkan Islam.

Surah Al-Baqarah merupakan surah terpanjang dalam Al-Qur'an yang berisi berbagai macam ajaran dan pedoman hidup bagi umat Islam. Salah satu ayat yang penting dan sering menjadi renungan adalah ayat 172. Ayat ini berbicara tentang anjuran untuk memakan rezeki yang halal dan baik, serta pentingnya rasa syukur kepada Allah SWT.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Yā ayyuhal-ladhīna āmanū kulū min ṭayyibāti mā razaqnākum wasykurū lillāhi ing kuntum iyyāhu ta‘budūn.

Artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya."

Makna dan Kandungan Al Baqarah Ayat 172

Ayat 172 dari Surah Al-Baqarah ini mengandung beberapa pesan penting yang fundamental dalam kehidupan seorang mukmin:

1. Perintah Mengonsumsi Rezeki yang Halal dan Baik (Tayyibat)

Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya yang beriman untuk memakan dari rezeki yang tayyibat. Kata "tayyibat" memiliki makna yang luas, mencakup segala sesuatu yang baik, suci, bersih, bermanfaat, dan tidak merusak baik bagi tubuh maupun jiwa. Ini berarti makanan yang dikonsumsi haruslah diperoleh melalui cara yang halal, tidak haram, tidak syubhat (samar-samar kehalalannya), serta memiliki kualitas yang baik dan bergizi.

Perintah ini tidak hanya terbatas pada jenis makanan, tetapi juga mencakup cara memperolehnya. Mencuri, menipu, berjudi, riba, dan segala bentuk usaha yang dilarang oleh syariat adalah contoh cara yang tidak halal untuk mendapatkan rezeki. Ketika rezeki diperoleh dengan cara yang haram, maka ia tidak akan mendatangkan keberkahan, bahkan bisa menimbulkan mudharat bagi pelakunya dan keluarganya.

Lebih jauh lagi, konsep "tayyibat" juga bisa diartikan sebagai makanan yang baik secara fisik maupun spiritual. Makanan yang sehat dan bergizi akan menjaga kekuatan fisik, sementara makanan yang halal dan diperoleh dengan cara yang diridhai Allah akan menjaga kejernihan hati dan ketenangan jiwa.

2. Kewajiban Bersyukur kepada Allah SWT

Setelah diperintahkan untuk mengonsumsi rezeki yang halal dan baik, Allah SWT selanjutnya mengingatkan pentingnya rasa syukur. Kata "syukur" dalam ayat ini berarti mengakui nikmat dari Allah, menghaturkan pujian kepada-Nya, serta menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridhai-Nya. Bersyukur bukan hanya sekadar mengucapkan "alhamdulillah," tetapi juga mencerminkan sikap hati yang mengakui bahwa segala kenikmatan berasal dari Allah dan hanya kepada-Nya kita kembali.

Rasa syukur ini sangat erat kaitannya dengan keimanan. Allah SWT mengaitkan perintah bersyukur dengan kondisi keimanan: "jika kamu hanya menyembah kepada-Nya." Ini menunjukkan bahwa bersyukur adalah salah satu bentuk ibadah dan bukti keimanan yang otentik. Seseorang yang benar-benar beriman akan senantiasa menyadari bahwa seluruh rezeki yang ia terima adalah karunia dari Allah, sehingga ia layak untuk disyukuri.

3. Keterkaitan Ibadah dan Rezeki

Ayat ini secara tegas menyambungkan antara mengonsumsi rezeki yang baik dan bersyukur dengan ibadah hanya kepada Allah. Hal ini menyiratkan bahwa cara kita memperoleh dan mengonsumsi rezeki juga merupakan bagian dari ibadah. Ketika seorang mukmin memilih rezeki yang halal dan menggunakannya untuk kebaikan, ia sebenarnya sedang beribadah kepada Allah. Sebaliknya, ketika ia bersyukur atas segala karunia-Nya, ia meneguhkan statusnya sebagai hamba Allah yang taat.

Keterkaitan ini mengajarkan bahwa tidak ada pemisahan antara aspek duniawi dan ukhrawi dalam kehidupan seorang mukmin. Setiap aktivitas, termasuk makan dan minum, dapat bernilai ibadah jika dilakukan sesuai dengan tuntunan Allah dan diiringi niat yang ikhlas.

4. Hikmah di Balik Perintah

Perintah untuk mengonsumsi makanan yang halal dan bersyukur mengandung banyak hikmah. Pertama, ini adalah bentuk penjagaan Allah terhadap kesehatan fisik dan mental hamba-Nya. Makanan haram atau yang diperoleh dengan cara batil seringkali membawa dampak negatif, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Kedua, menjaga kehalalan rezeki adalah salah satu kunci terkabulnya doa. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik-baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang mukmin dengan apa yang diperintahkan-Nya kepada para rasul..." (HR. Muslim). Ini menunjukkan betapa pentingnya rezeki yang halal dalam kehidupan seorang muslim.

Ketiga, rasa syukur akan menambah nikmat. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya akan Aku tambah (nikmat) kepadamu..." (QS. Ibrahim: 7). Dengan bersyukur, seorang mukmin akan terus merasakan keberkahan dalam hidupnya.

Penutup

Al Baqarah ayat 172 adalah pengingat yang kuat bagi umat Islam untuk selalu menjaga integritas dalam mencari rezeki dan selalu menyertai setiap nikmat dengan rasa syukur. Dengan mengonsumsi yang halal dan baik, serta senantiasa bersyukur, seorang mukmin akan senantiasa berada dalam lindungan dan rahmat Allah SWT, serta memperkuat hubungan ibadahnya hanya kepada-Nya.

🏠 Homepage