Ayat 285 dari Surah Al-Baqarah merupakan salah satu ayat yang paling mendalam dalam Al-Qur'an, seringkali disebut sebagai Ayat Kursi dari surah ini, meskipun Ayat Kursi sebenarnya adalah ayat ke-255. Ayat ini secara ringkas namun padat menjelaskan tentang keyakinan fundamental seorang Muslim, yaitu iman kepada Allah SWT, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta keharusan untuk beriman kepada takdir, baik yang baik maupun yang buruk. Ayat ini menegaskan bahwa iman bukanlah sekadar ucapan di lisan, melainkan keyakinan yang tertanam kuat di dalam hati dan dibuktikan melalui amal perbuatan.
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Āmanar-rasūlu bimā unzila ilaihi mir-rabbihī wal-mu'minūn(a). Kullun āmana billāhi wa malā'ikatihī wa kutubihī wa rusulih(i). Lā nufarriqu baina aḥadim mir-rusulih(i). Wa qālū sami'nā wa aṭa'nā. Ghufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr.
Rasul (Muhammad) beriman kepada apa (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), "Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya." Dan mereka berkata, "Kami mendengar dan kami menaati." (Mereka berdoa), "Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan hanya kepada Engkaulah tempat kembali."
Ayat ini diawali dengan penegasan iman Rasulullah SAW dan orang-orang beriman terhadap wahyu yang diturunkan kepadanya. Ini menunjukkan bahwa iman yang sejati datang dari penerimaan total terhadap kebenaran ilahi. Kemudian, ayat ini merinci rukun-rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap Muslim, yaitu:
Frasa "Lā nufarriqu baina aḥadim mir-rusulih(i)" (Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya) sangat penting. Ini berarti seorang Muslim harus beriman kepada semua nabi dan rasul tanpa terkecuali. Menolak salah satu dari mereka berarti menolak seluruh ajaran kenabian.
Setelah merinci rukun iman, ayat ini melanjutkan dengan pengakuan dan doa dari kaum beriman: "Wa qālū sami'nā wa aṭa'nā." (Dan mereka berkata, "Kami mendengar dan kami menaati."). Kalimat ini mencerminkan sikap seorang mukmin sejati yang tidak hanya mendengar firman Allah dan ajaran Rasul, tetapi juga segera melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ketaatan adalah buah dari keimanan yang tulus.
Doa penutup, "Ghufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr" (Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan hanya kepada Engkaulah tempat kembali), menunjukkan kerendahan hati dan kesadaran bahwa manusia senantiasa membutuhkan ampunan Allah atas segala kekhilafan dan kekurangan. Pengakuan bahwa hanya kepada Allah-lah tempat kembali menegaskan keyakinan akan hari kebangkitan dan hisab.
Secara keseluruhan, Al Baqarah ayat 285 adalah pengingat abadi bagi umat Islam tentang fondasi keyakinan yang kokoh. Ayat ini menekankan pentingnya mengimani seluruh aspek keghaiban yang diajarkan dalam agama, serta pentingnya menggabungkan keyakinan hati dengan ketaatan lahiriah. Memahami dan mengamalkan ajaran ayat ini akan memperkuat hubungan seorang hamba dengan Tuhannya dan membimbingnya menuju jalan kebaikan dan keridaan-Nya.
Ayat ini memiliki keutamaan yang sangat besar, sebagaimana disebutkan dalam banyak hadis Nabi Muhammad SAW. Di antaranya adalah keutamaan membacanya di rumah, yang konon dapat mengusir setan. Lebih dari itu, ayat ini adalah penegasan paling komprehensif mengenai keimanan seorang muslim, yang menjadi dasar bagi seluruh amal ibadah dan interaksi dengan dunia. Keimanan yang terkandung dalam ayat ini adalah pondasi teguh yang membentengi diri dari keraguan dan kesesatan.
Oleh karena itu, mempelajari, merenungkan, dan mengamalkan kandungan ayat ini adalah sebuah keniscayaan bagi setiap Muslim yang mendambakan kedekatan dengan Allah SWT dan kebahagiaan dunia akhirat. Ayat ini mengajarkan kita untuk senantiasa waspada terhadap bisikan syaitan, memperkuat keyakinan pada hal-hal gaib yang telah diberitakan, dan menjadikan ketaatan sebagai prioritas utama dalam hidup. Pengakuan "Kami mendengar dan kami menaati" adalah respons ideal seorang mukmin terhadap segala perintah Allah dan Rasul-Nya.