Surah Al-Baqarah, ayat 31, merupakan salah satu ayat penting dalam Al-Qur'an yang menceritakan kisah penciptaan Nabi Adam AS. Ayat ini menjelaskan momen krusial ketika Allah SWT memberikan keistimewaan kepada Adam AS berupa pengajaran nama-nama segala sesuatu. Peristiwa ini menjadi dasar bagi kemuliaan Adam AS di hadapan para malaikat.
وَعَلَّمَ اَدَمَ ٱلْأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنْبِـُٔونِى بِأَسْمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
Wa 'allama Adama al-asmaa'a kullahaa thumma 'aradahum 'alal malaa'ikati faqaala anbi'uunii bi asmaa'i haa'ulaa'i in kuntum shaadiqiin.
Ayat ini diawali dengan firman Allah SWT, "Wa 'allama Adama al-asmaa'a kullahaa..." yang berarti "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya...". Pengajaran ini mencakup nama-nama semua makhluk, benda, dan segala sesuatu yang ada di alam semesta. Ini bukan sekadar pengenalan terhadap label, melainkan pemahaman mendalam tentang esensi, fungsi, dan kegunaan dari setiap objek tersebut.
Dengan mengajarkan nama-nama ini, Allah SWT membekali Adam AS dengan kapasitas intelektual dan kemampuan berpikir yang luar biasa. Ini adalah anugerah pertama yang menempatkan Adam AS pada kedudukan yang istimewa. Kemampuan untuk memahami dan memberi nama adalah fondasi bagi peradaban manusia, ilmu pengetahuan, dan interaksi sosial.
Selanjutnya, Allah SWT berfirman, "...thumma 'aradahum 'alal malaa'ikati..." yang berarti "...kemudian mengemukakan benda-benda itu kepada para malaikat...". Setelah Adam AS memahami nama-nama tersebut, Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda yang telah diajarkan kepada Adam. "Faqaala anbi'uunii bi asmaa'i haa'ulaa'i in kuntum shaadiqiin." yang berarti "Lalu Dia berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda tersebut, jika kamu memang orang-orang yang benar (dalam pengakuanmu bahwa manusia akan berbuat kerusakan)'."
Para malaikat, meskipun memiliki ilmu dan ketaatan yang tinggi kepada Allah, tidak mampu menjawab permintaan tersebut. Mereka mengakui ketidakmampuan mereka dengan berkata, "Subhanaka la 'ilma lana illa ma 'allamtana innaka antal 'alimul hakim." yang berarti "Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (terdapat dalam kelanjutan ayat).
1. Keutamaan Ilmu: Ayat ini menegaskan betapa pentingnya ilmu pengetahuan. Allah menganugerahkan ilmu sebagai tanda kemuliaan dan keistimewaan. Adam AS diangkat derajatnya karena ilmu yang dianugerahkan kepadanya.
2. Kapasitas Manusia: Allah menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi akal budi dan kemampuan untuk belajar serta menguasai ilmu, sesuatu yang bahkan tidak dimiliki malaikat dalam kapasitas tertentu.
3. Ketaatan dan Kerendahan Hati: Pengakuan malaikat atas ketidakmampuan mereka menunjukkan sifat tawaduk (kerendahan hati) dan pengakuan atas kebesaran Allah.
4. Dasar Pembeda Adam dari Malaikat: Peristiwa ini menjadi bukti bahwa Adam AS, sebagai manusia pertama, memiliki kedudukan yang unik dan berbeda dari malaikat, meskipun malaikat adalah makhluk yang sangat mulia.
5. Tanggung Jawab Manusia: Dengan ilmu dan kemampuan yang dianugerahkan, manusia memikul tanggung jawab besar untuk mengelola dan memanfaatkan alam semesta sesuai dengan petunjuk Allah.
Kisah dalam Al Baqarah ayat 31 memberikan inspirasi yang mendalam bagi umat manusia. Ia mengingatkan kita tentang anugerah akal yang luar biasa dan tanggung jawab yang menyertainya. Pengajaran nama-nama oleh Allah kepada Adam AS adalah bukti awal dari tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi, yang diberi kemampuan untuk memahami, mencipta, dan memakmurkan.
Oleh karena itu, mempelajari dan merenungkan ayat ini mendorong kita untuk terus mencari ilmu, menggunakan akal pikiran untuk kebaikan, dan senantiasa bersyukur atas segala karunia yang diberikan Allah SWT. Pemahaman akan pentingnya ilmu sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Adam AS menjadi motivasi untuk terus belajar dan berkembang sepanjang hayat.