Rahasia Dzikir Al-Fatihah 100 Kali: Jalan Menuju Fana dan Ma’rifah

Simbol Al-Fatihah dan Cahaya Spiritual Ilustrasi kitab terbuka yang memancarkan cahaya, melambangkan Surah Al-Fatihah sebagai pembuka rahmat dan petunjuk. Warna hijau dan emas dominan.

Visualisasi Cahaya Al-Fatihah

Surah Al-Fatihah, yang dijuluki Ummul Qur’an (Induk Al-Qur’an) dan As-Sab’ul Matsani (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang), adalah fondasi dari seluruh ajaran Islam. Ia adalah doa pembuka, penyembuh, dan pemandu yang mutlak dibutuhkan dalam setiap shalat. Namun, ketika surah yang agung ini diamalkan bukan hanya dalam shalat wajib, melainkan dijadikan wirid atau dzikir sebanyak 100 kali dalam sehari, gerbang rahasia spiritualitas mulai terbuka lebar. Praktik ini melampaui sekadar kewajiban ritual; ia adalah sebuah perjalanan mendalam menuju pemurnian hati (Tazkiyatun Nafs) dan penyingkapan hakikat ketuhanan (Ma’rifatullah).

Mengamalkan Al-Fatihah 100x bukan sekadar hitungan repetisi mekanis. Ia adalah disiplin spiritual yang menuntut kehadiran hati (hudhur al-qalb), pemahaman makna, dan keyakinan yang teguh. Intensitas dzikir ini dirancang untuk mengikis karat-karat duniawi yang menempel pada jiwa, sehingga sang pengamal mampu mencapai frekuensi spiritual yang lebih tinggi, di mana pertolongan dan rahasia ilahiah (futuh) menjadi lebih mudah diakses.

I. Hakikat Al-Fatihah: Ummul Qur’an dan Tujuh Gerbang Hikmah

Sebelum membahas metode pengamalan, penting untuk memahami mengapa Surah Al-Fatihah dipilih sebagai fokus dzikir yang intensif. Surah ini adalah ringkasan sempurna dari seluruh Al-Qur’an. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan bahwa seluruh ilmu dalam Al-Qur’an—Tauhid, hukum, janji, ancaman, kisah, dan petunjuk—terkandung dalam tujuh ayat ini. Mengulanginya 100 kali adalah upaya sistematis untuk menanamkan seluruh esensi ilahi ini ke dalam sanubari.

Tafsir Mendalam Wirid Ayat Per Ayat

Wirid 100x mewajibkan konsentrasi pada makna setiap ayat. Pengulangan ini memungkinkan ayat-ayat tersebut beresonansi di lapisan kesadaran yang paling dalam, mengubah cara pandang dan perilaku seseorang.

1. (Ayat 1) Basmalah: Gerbang Kebergantungan Mutlak

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Meskipun Basmalah dalam pandangan mazhab Syafi'i adalah bagian dari Al-Fatihah, dalam wirid ia menjadi kunci pembuka yang diulang 100 kali. Setiap pengucapan adalah penyerahan total. Ketika diulang terus-menerus, ia mengajarkan bahwa setiap gerak dan diam harus dilakukan atas nama-Nya, menanggalkan ego dan kehendak pribadi. Ini adalah permulaan dari tauhid al-af’al (mengesakan Allah dalam segala perbuatan).

Pengulangan 100 kali memastikan bahwa hati terisi dengan sifat Ar-Rahman (kasih sayang universal) dan Ar-Rahim (kasih sayang khusus bagi orang beriman). Ini membantu pengamal melepaskan dendam, iri hati, dan kesombongan, karena ia menyaksikan bahwa segala kebaikan dan keindahan berasal dari Dua Sifat Agung ini.

2. (Ayat 2) Pujian dan Kekuasaan: Rabbul ‘Alamin

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ (Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam). Dalam wirid 100x, ayat ini adalah latihan syukur intensif. Bukan hanya mengucapkan syukur, tetapi memaksa jiwa untuk mengakui bahwa setiap pujian—baik yang diucapkan manusia maupun makhluk lain—adalah milik-Nya semata. Pengulangan ini menghancurkan sifat ingin dipuji (riya’) dan ujub (bangga diri). Ketika seorang hamba mengucap 100x, ia membangun kesadaran bahwa Allah adalah Rabb (Pemelihara, Pengatur, Pendidik). Kesadaran ini menumbuhkan rasa aman, karena ia tahu bahwa segala urusannya berada dalam pengaturan terbaik dari Sang Pencipta.

3. (Ayat 3) Pengulangan Sifat Rahmat: Penegasan Harapan

ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ (Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang). Pengulangan sifat Rahmat (yang telah disebut di Basmalah) menekankan betapa pentingnya Rahmat Allah. Para ahli tasawuf mengatakan, pengulangan ini adalah penegasan bahwa meskipun hamba penuh dosa dan kekurangan, pintu rahmat-Nya selalu terbuka. Mengulanginya 100 kali adalah tindakan mengetuk pintu rahmat tanpa henti, memohon ampunan secara terus-menerus, dan menyingkirkan keputusasaan. Ini menanamkan optimisme spiritual yang mendalam.

4. (Ayat 4) Kedaulatan Mutlak: Maaliki Yaumiddin

مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ (Pemilik Hari Pembalasan). Ayat ini adalah penyeimbang antara harapan (Raja’) dan rasa takut (Khauf). Wirid 100x pada ayat ini berfungsi sebagai peringatan konstan tentang Akherat. Ini adalah katalisator untuk perbaikan amal. Ketika diulang, kesadaran akan hari pertanggungjawaban menjadi semakin tajam, mendorong pengamal untuk meninggalkan maksiat kecil sekalipun. Ini juga memberikan kekuatan kepada jiwa yang terzalimi, bahwa keadilan mutlak hanya milik Allah, dan tidak ada penguasa dunia yang dapat menandingi kedaulatan-Nya di hari perhitungan.

5. (Ayat 5) Inti Ibadah dan Isti'anah: Gerbang Tawakal

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan). Inilah puncak dialog antara hamba dan Rabb. Mengulang 100x adalah pengukuhan perjanjian total. Frasa Iyyaka Na’budu (Hanya kepada Engkau kami menyembah) melahirkan keikhlasan murni (ikhlas) karena ibadah hanya ditujukan kepada-Nya. Sementara wa Iyyaka Nasta’in (dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan) melahirkan tawakal sejati. Pengulangan ini menghancurkan syirik tersembunyi (syirik khafi), yaitu ketergantungan pada kekuatan selain Allah, baik itu harta, jabatan, atau kemampuan diri sendiri. Setelah 100 kali, hati seseorang seharusnya hanya bersandar mutlak kepada-Nya.

6. (Ayat 6) Permintaan Pemandu: Shiratal Mustaqim

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ (Tunjukilah kami jalan yang lurus). Jika ayat kelima adalah janji penyerahan, ayat keenam adalah realisasi kebutuhan manusia akan petunjuk. Wirid 100x pada ayat ini adalah permohonan hidayah yang terus-menerus. Hidayah bukan hanya petunjuk untuk masuk Islam, tetapi petunjuk langkah demi langkah dalam setiap aspek kehidupan, dari yang terbesar hingga yang terkecil. Pengamal menyadari bahwa tanpa petunjuk-Nya, ia pasti tersesat, bahkan dalam niat yang baik. Repetisi ini menjamin bahwa jiwa selalu diarahkan menuju kebenaran dan dijauhkan dari keragu-raguan (syubhat).

7. (Ayat 7) Definisi Jalan Lurus dan Penutup

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ (Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat). Ayat penutup ini mendefinisikan jalan lurus (Shiratal Mustaqim) dengan merujuk pada tiga kategori manusia: yang diberi nikmat (para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin), yang dimurkai (orang-orang yang tahu kebenaran tetapi menolaknya), dan yang tersesat (orang-orang yang beribadah tanpa ilmu). Dengan mengulang 100x, pengamal berjanji untuk mengikuti jejak para shalihin dan memohon perlindungan dari dua jenis penyimpangan, yaitu penyimpangan niat (keinginan duniawi) dan penyimpangan ilmu (bid’ah atau kesesatan). Ini adalah penguatan komitmen untuk berpegang teguh pada Sunnah dan menjauhi hawa nafsu.

II. Tata Cara dan Adab Wirid Al-Fatihah 100x

Mencapai angka 100 kali dalam satu waktu membutuhkan ketahanan fisik, mental, dan spiritual. Oleh karena itu, adab (etika) dalam wirid sangat menentukan kualitas dan hasil yang didapatkan.

Persiapan Spiritual dan Fisik

Proses Pengamalan (Wirid)

Proses wirid 100x ini dapat memakan waktu antara 30 hingga 60 menit, tergantung kecepatan dan level konsentrasi. Kualitas lebih penting daripada kuantitas.

  1. Istighfar dan Shalawat (Pembuka): Mulai dengan membaca Istighfar (misalnya, Astaghfirullahal Adzim) sebanyak 10-33 kali, dilanjutkan dengan Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW 10-33 kali. Ini berfungsi membersihkan hati dan membuka jalan doa.
  2. Tawassul (Penghubung): Kirimkan Al-Fatihah kepada Rasulullah SAW, para Sahabat, keluarga, guru-guru spiritual (masyayikh), dan kedua orang tua. Ini adalah adab untuk menghormati jalur spiritual (sanad).
  3. Memulai Dzikir Al-Fatihah: Baca Al-Fatihah sebanyak 100 kali dengan tartil (tidak terlalu cepat), menjaga makharijul huruf (pengucapan huruf) yang benar.
  4. Konsentrasi Makna: Setiap kali membaca, hadirkan makna ayat dalam hati. Pada Ayat 5 (Iyyaka Na’budu...), tingkatkan konsentrasi seolah-olah sedang berbicara langsung dengan Allah SWT (maqam muraqabah).
  5. Penutup dan Doa: Setelah mencapai 100, tutup dengan Shalawat dan kemudian panjatkan doa hajat secara spesifik, atau doa untuk kesucian hati dan kemantapan iman.

III. Faidah dan Keutamaan Mengamalkan Al-Fatihah 100x

Praktik intensif ini menghasilkan perubahan signifikan dalam dimensi spiritual, psikologis, dan bahkan material pengamalnya. Manfaat ini bukan sihir, melainkan hasil dari peningkatan koneksi ilahiah (taqarrub ilallah) yang dibentuk melalui konsentrasi yang mendalam selama 100 kali repetisi.

1. Pembukaan Pintu Rezeki (Jalb ar-Rizq)

Al-Fatihah adalah surah yang penuh berkah. Ketika dibaca 100 kali, ia mengaktifkan energi tauhid yang menarik keberkahan. Karena di dalamnya terdapat janji tawakal total (Iyyaka Nasta’in) dan pengakuan Rabbul ‘Alamin, seorang pengamal akan dibebaskan dari kekhawatiran yang berlebihan terhadap rezeki. Keyakinan penuh bahwa Allah adalah Sang Pemberi Rezeki (Ar-Razzaq) membuat rezeki datang dari jalan yang tidak disangka-sangka (min haitsu laa yahtasib). Wirid ini secara spiritual membuka simpul-simpul kesulitan finansial yang seringkali disebabkan oleh kurangnya tawakal dan kekhawatiran yang bersifat manusiawi.

2. Pengobatan Spiritual dan Fisik (Asy-Syifa’)

Salah satu nama Al-Fatihah adalah Asy-Syifa’ (Penyembuh). Para salaf dan tabiin telah menggunakan Al-Fatihah sebagai ruqyah yang paling ampuh. Mengulanginya 100 kali dengan keyakinan penuh akan mentransfer energi penyembuhan yang luar biasa. Repetisi yang masif ini ibarat membanjiri tubuh dan jiwa dengan "cahaya" dan "rahmat" Allah (Ar-Rahman Ar-Rahim). Ini sangat efektif untuk mengobati penyakit hati seperti kegelisahan, depresi, was-was (kecemasan berlebihan), serta membantu proses penyembuhan penyakit fisik yang sulit. Kekuatan kalimat tauhid yang terulang 100 kali itu membersihkan aura negatif dan menghalau gangguan spiritual (sihir atau jin).

3. Penajam Intuisi dan Pembuka Ilmu (Futuh al-Ghaib)

Bagi mereka yang menempuh jalan Ma’rifat (pengenalan hakikat Tuhan), wirid 100x adalah alat pembersih cermin hati (qalbu). Ketika hati bersih, ia mampu menerima ilham atau bisikan kebenaran (kasyf atau firasat) dari Allah. Permintaan hidayah (Ihdinas Shiratal Mustaqim) yang diulang 100 kali memastikan bahwa pengamal selalu berada dalam bimbingan yang benar. Ini meningkatkan kecerdasan spiritual, membantu dalam pengambilan keputusan yang sulit, dan membuka pemahaman mendalam tentang ilmu-ilmu agama yang sebelumnya terasa samar.

4. Transformasi Akhlak dan Penghancuran Ego

Ego (an-nafs al-ammarah bis-suu’) adalah penghalang terbesar antara hamba dan Rabb-nya. Setiap ayat Al-Fatihah, ketika diresapi 100 kali, bekerja menghancurkan ego ini:

Hasilnya, pengamal menunjukkan peningkatan kualitas akhlak yang nyata: menjadi lebih sabar, pemaaf, rendah hati, dan mudah bersyukur.

IV. Mencapai Maqam Khusyuk dan Hudhur al-Qalb dalam Wirid

Tantangan utama dalam wirid 100x adalah menjaga khusyuk dan kehadiran hati. Repetisi yang banyak berpotensi menjerumuskan pada dzikir yang mekanis, di mana lisan berdzikir tetapi hati mengembara. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan teknik konsentrasi.

Teknik Konsentrasi (Muraqabah)

A. Fokus pada Makna Ayat (Tadabbur)

Gunakan lima atau sepuluh kali putaran pertama untuk menghadirkan makna secara utuh. Misalnya, ketika membaca `Ar-Rahmanir Rahim`, bayangkan lautan rahmat Allah yang meliputi segala sesuatu. Ketika membaca `Ihdinas Shiratal Mustaqim`, hadirkan visualisasi jalan terang yang membentang di hadapan Anda, menembus kegelapan. Fokus pada makna ini akan mencegah pikiran melayang ke urusan duniawi.

B. Teknik Hitungan Bertahap

Jangan menghitung 100 secara keseluruhan, tetapi bagi menjadi 10 set (masing-masing 10 kali), atau 5 set (masing-masing 20 kali). Di akhir setiap set, tarik napas dalam-dalam, lakukan jeda sejenak, dan perbaharui niat sebelum melanjutkan ke set berikutnya. Jeda ini memastikan bahwa setiap set dibaca dengan kesadaran yang segar.

C. Metode Tafakkur (Kontemplasi)

Selama wirid, libatkan indra batin. Bayangkan diri Anda sedang berdiri di hadapan Allah (maqam ihsan). Setiap kata yang keluar dari lisan adalah dialog langsung. Jika pada Ayat 5, bayangkan Anda sedang mengikat janji suci; jika pada Ayat 6, bayangkan diri Anda sedang menerima cahaya petunjuk-Nya. Tafakkur mendalam ini adalah kunci untuk mengubah dzikir menjadi pengalaman spiritual yang transformatif.

V. Mempertahankan Konsistensi dan Mengatasi Hambatan Spiritual

Dzikir Al-Fatihah 100x adalah amalan berat. Energi spiritual yang dikeluarkan untuk menjaga konsentrasi sedemikian rupa sering kali menghadapi serangan dari hawa nafsu dan setan. Konsistensi (istiqamah) adalah ujian sejati dari amalan ini.

Hambatan Umum dan Solusinya

1. Kebosanan dan Kehilangan Rasa (Futur)

Setelah beberapa minggu, pengamal mungkin merasakan kebosanan atau dzikir terasa hambar. Solusinya adalah mengubah metode pembacaan (misalnya, jika sebelumnya dibaca pelan, coba sedikit lebih cepat tanpa mengurangi kualitas tajwid) atau merenungkan kisah-kisah sukses orang-orang saleh yang mengamalkan dzikir ini. Ingatkan diri pada tujuan utama: Ma’rifatullah.

2. Gangguan Pikiran dan Lalai (Ghaflah)

Ini adalah hambatan paling umum. Ketika pikiran mulai melayang, segera sadari dan kembali ke ayat yang sedang dibaca. Jangan menyalahkan diri sendiri. Para sufi menyarankan untuk mengulang kembali ayat yang baru saja dibaca dengan lalai, untuk menegaskan bahwa hati telah kembali hadir. Dzikir adalah medan pertempuran melawan kelalaian.

3. Merasa Diri Lebih Baik (Ujub)

Setelah melihat manfaat dan keajaiban dari wirid ini, muncul risiko ujub atau riya’ (pamer). Solusinya adalah memperkuat fokus pada Ayat 2 (`Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin`). Semua pujian adalah milik Allah. Jika ada manfaat yang terlihat, itu murni karunia-Nya, bukan karena kemampuan diri sendiri. Sembunyikan amalan ini dari pandangan manusia sebisa mungkin untuk menjaga keikhlasan.

Pengaruh Jangka Panjang Wirid 100x

Praktik yang konsisten selama berbulan-bulan akan menghasilkan apa yang disebut ahli tasawuf sebagai hal (keadaan spiritual) yang permanen. Pengamal mulai hidup dalam kesadaran tauhid yang konstan. Setiap peristiwa hidup, baik kesulitan maupun kemudahan, diinterpretasikan melalui lensa Al-Fatihah. Kesulitan adalah ujian dari Rabbul ‘Alamin, dan pertolongan adalah manifestasi dari Ar-Rahmanir Rahim. Hidup menjadi lebih terarah, stabil, dan penuh makna, karena Shiratal Mustaqim telah terukir dalam DNA spiritualnya.

Ketika jiwa telah terbiasa dengan dialog intensif 100 kali sehari, ia akan menemukan kedamaian yang tidak dapat digoyahkan oleh gejolak dunia. Ini adalah realisasi dari firman Allah, "Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS Ar-Ra'd: 28). Pengulangan Al-Fatihah 100x adalah mekanisme paling efektif untuk mencapai ketenteraman abadi tersebut.

Wirid ini sejatinya adalah sebuah kurikulum spiritual yang padat. Dalam setiap repetisi, kita diperkenalkan kembali kepada hakikat Ketuhanan, dituntut untuk berserah diri, diingatkan akan Hari Pembalasan, dan diajak untuk terus memohon petunjuk. Amalan ini bukan sekadar mengejar manfaat duniawi, melainkan sebuah usaha keras untuk meniru akhlak Rasulullah SAW, yang hidupnya dipenuhi dzikir dan refleksi mendalam.

Mengamalkan Al-Fatihah seratus kali bukan hanya tentang angka, tetapi tentang intensitas kehadiran. Ia adalah penyerahan total, permohonan yang tak putus, dan pengakuan yang terus-menerus akan kelemahan diri di hadapan keagungan Ilahi. Bagi seorang salik (penempuh jalan spiritual), ini adalah batu loncatan penting menuju maqam-maqam yang lebih tinggi, di mana hijab (penghalang) antara hamba dan Rabb-nya mulai tersingkap perlahan, membuka jalan menuju cinta dan pengenalan yang hakiki.

VI. Sintesis Keajaiban: Integrasi Al-Fatihah dalam Kehidupan Sehari-hari

Efektivitas wirid 100x tidak berhenti setelah sesi dzikir selesai. Kekuatan dzikir yang intensif harus diintegrasikan ke dalam setiap aspek kehidupan. Al-Fatihah menjadi filter yang memproses semua pengalaman, memastikan bahwa setiap reaksi dan tindakan adalah cerminan dari tujuh ayat suci tersebut.

Aplikasi Ayat dalam Tindakan Nyata

Ketika seseorang telah membacanya 100 kali, pesan inti surah tersebut secara otomatis menjadi panduan hidup:

Wirid 100x adalah pelatihan harian untuk menguasai pikiran dan hati. Latihan ini mempersiapkan jiwa untuk menjalani kehidupan dunia dengan kesadaran penuh (ihsan), menjadikan setiap momen—bekerja, makan, berinteraksi—sebagai bentuk ibadah yang utuh.

VII. Perspektif Para Ahli Hikmah tentang Wirid Al-Fatihah

Para ulama salaf dan khalaf telah mengakui kekuatan wirid yang diulang-ulang secara intensif. Mereka menekankan bahwa bilangan 100 sering kali dipilih karena memiliki resonansi spiritual tertentu dalam tradisi Islam, melambangkan kesempurnaan dan kesungguhan dalam mencari keberkahan. Pengulangan ini dianggap sebagai salah satu cara terbaik untuk mencapai ‘isti’mal’ (penggunaan optimal) dari kekuatan spiritual yang tersembunyi dalam surah tersebut.

“Al-Fatihah adalah kunci segala kebaikan. Barang siapa yang memasukinya dengan hati yang hadir dan lidah yang jujur dalam jumlah yang konsisten, ia akan dibukakan baginya rahasia yang tersembunyi di balik tirai-tirai hikmah.” – Sebuah kutipan yang disarikan dari ajaran para ulama ahli hikmah yang menekankan keutamaan dzikir ini.

Pengamalan 100x ini juga sering dikaitkan dengan pemenuhan hajat mendesak. Dalam kondisi terdesak, pengamal yang rutin melakukan wirid ini akan menemukan kemudahan luar biasa, karena hubungan (washilah) spiritualnya telah terjalin kuat. Permintaan yang muncul dari hati yang telah dibersihkan oleh dzikir 100 kali memiliki kekuatan tembus yang berbeda dibandingkan dengan doa biasa yang diucapkan tanpa persiapan spiritual mendalam.

Kesinambungan pengamalan ini juga menghasilkan apa yang disebut sebagai ‘Sirr Al-Fatihah’ (Rahasia Al-Fatihah). Rahasia ini bukanlah sihir atau kekuatan supranatural, melainkan kemampuan Allah untuk memudahkan urusan hamba-Nya di dunia dan akhirat, yang disebabkan oleh tingkat kepasrahan dan tauhid yang tak tergoyahkan. Setiap kesulitan yang datang akan disambut dengan kesabaran, setiap nikmat akan disambut dengan syukur, menjadikan hidup pengamal sebagai cerminan nyata dari ayat-ayat Al-Fatihah.

Akhirnya, wirid Al-Fatihah 100x adalah undangan untuk hidup dalam dimensi spiritual yang lebih tinggi, di mana koneksi dengan Sang Pencipta adalah prioritas mutlak. Ini adalah upaya manusia untuk memproyeksikan keseluruhan Al-Qur’an ke dalam satu hati, menyucikannya, dan menyiapkannya untuk menerima cahaya Ilahi secara penuh. Latihan ini adalah bekal terpenting bagi mereka yang mendambakan kedekatan sejati (muqarrabin) dengan Allah SWT.

Maka, mulailah praktik ini dengan niat yang murni dan keyakinan yang teguh. Biarkan Al-Fatihah 100 kali membersihkan hati, menenangkan jiwa, dan membawa Anda kepada hakikat kebahagiaan sejati yang hanya ditemukan dalam pengenalan dan ketaatan kepada Allah Yang Maha Agung.

Setiap pengulangan adalah langkah kaki menuju puncak spiritualitas. Seratus kali adalah janji komitmen, dan hasilnya adalah kehidupan yang disinari oleh petunjuk Shiratal Mustaqim.

🏠 Homepage