Simbol dejavu yang merepresentasikan kilatan pikiran atau ingatan.
Pernahkah Anda merasa sedang mengalami sesuatu untuk pertama kalinya, namun di saat yang sama, ada perasaan kuat bahwa kejadian ini pernah terjadi sebelumnya? Perasaan aneh inilah yang dikenal dengan istilah dejavu. Kata ini berasal dari bahasa Prancis yang secara harfiah berarti "sudah melihat". Dejavu adalah sebuah fenomena psikologis yang dialami oleh banyak orang di seluruh dunia, meskipun sifat dan penyebabnya masih menjadi subjek penelitian yang menarik.
Secara sederhana, dejavu adalah sensasi yang sangat kuat bahwa pengalaman saat ini telah terjadi sebelumnya, meskipun secara rasional Anda tahu bahwa ini adalah pertama kalinya Anda mengalaminya. Sensasi ini bisa sangat meyakinkan, sering kali disertai dengan detail spesifik tentang apa yang terjadi, tempat di mana Anda berada, atau bahkan percakapan yang sedang berlangsung. Namun, biasanya perasaan ini berlangsung singkat, hanya beberapa detik, dan kemudian menghilang begitu saja, meninggalkan rasa penasaran.
Penting untuk dicatat bahwa dejavu bukanlah sebuah prekognisi atau kemampuan melihat masa depan. Ini adalah sebuah pengalaman subjektif yang berasal dari cara otak kita memproses informasi dan memori. Meskipun sering kali terasa misterius, dejavu umumnya dianggap sebagai kejadian yang normal dan tidak berbahaya bagi kebanyakan orang.
Ilmuwan dan peneliti telah mengemukakan berbagai teori untuk menjelaskan mengapa dejavu terjadi. Beberapa teori yang paling menonjol meliputi:
Salah satu teori yang paling diterima adalah bahwa dejavu terjadi akibat adanya sedikit kesalahan atau penundaan dalam cara otak kita memproses informasi sensorik dan menyimpannya sebagai memori. Otak kita terus-menerus menerima input dari indra kita (penglihatan, pendengaran, penciuman, dll.). Kadang-kadang, proses pengiriman informasi ini ke area otak yang bertanggung jawab untuk memori jangka panjang bisa mengalami sedikit "gangguan". Akibatnya, informasi yang baru saja diterima bisa secara keliru ditafsirkan oleh otak sebagai sesuatu yang sudah tersimpan dalam memori.
Bayangkan otak sebagai sebuah sistem yang sangat efisien. Ketika ada sedikit jeda dalam aliran informasi, sistem ini mungkin secara tidak sengaja menandai pengalaman baru sebagai "bekas" karena adanya pemrosesan yang tidak sinkron antara jalur ingatan jangka pendek dan jangka panjang.
Teori ini menyarankan bahwa pengalaman kita diproses oleh otak melalui dua jalur yang berbeda. Normalnya, kedua jalur ini bekerja secara bersamaan. Namun, dejavu dapat terjadi ketika ada sedikit ketidaksesuaian dalam kecepatan pemrosesan kedua jalur tersebut. Salah satu jalur mungkin memproses informasi sedikit lebih cepat daripada yang lain, sehingga otak secara keliru merasakan pengalaman tersebut sebagai pengulangan.
Dejavu lebih sering dilaporkan oleh orang-orang yang menderita epilepsy lobus temporal, sebuah kondisi neurologis yang memengaruhi aktivitas listrik di bagian otak yang berhubungan dengan memori dan emosi. Sebelum serangan kejang, beberapa pasien melaporkan mengalami dejavu sebagai gejala peringatan. Hal ini menunjukkan bahwa dejavu mungkin terkait dengan aktivitas saraf yang tidak biasa di area otak tertentu, meskipun pada orang yang sehat, aktivitas ini tidak sampai menyebabkan kejang.
Ada kemungkinan bahwa dejavu dipicu oleh elemen-elemen dalam situasi saat ini yang secara tidak sadar mengingatkan kita pada pengalaman masa lalu yang tidak dapat kita ingat secara sadar. Misalnya, Anda mungkin memasuki ruangan yang memiliki tata letak, bau, atau suara yang samar-samar mirip dengan tempat yang pernah Anda kunjungi di masa kecil, namun Anda tidak dapat mengingat tempat aslinya. Otak Anda mengenali kesamaan tersebut dan memicu sensasi familiar yang kuat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dejavu lebih mungkin terjadi ketika seseorang sedang lelah, stres, atau kurang tidur. Dalam kondisi ini, fungsi kognitif otak mungkin sedikit terganggu, membuat terjadinya kesalahan pemrosesan informasi lebih mungkin terjadi.
Dejavu adalah fenomena yang sangat umum. Diperkirakan bahwa sekitar dua pertiga hingga tiga perempat populasi pernah mengalaminya setidaknya sekali dalam hidup mereka. Dejavu cenderung lebih sering terjadi pada orang muda, biasanya antara usia 15 hingga 25 tahun, dan frekuensinya cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Ini mungkin karena otak masih dalam tahap perkembangan yang lebih dinamis pada usia muda, atau karena faktor gaya hidup yang berubah seiring bertambahnya usia.
Meskipun umum, sensasi dejavu bisa sangat membingungkan dan terkadang menakutkan bagi mereka yang mengalaminya, terutama jika intensitasnya tinggi atau terjadi berulang kali. Namun, bagi sebagian besar orang, ini hanyalah "gangguan kecil" dalam sistem saraf yang tidak memerlukan perhatian medis.
Arti kata dejavu merujuk pada pengalaman psikologis yang kompleks di mana seseorang merasa sangat yakin telah mengalami situasi saat ini sebelumnya, meskipun secara sadar tahu bahwa itu adalah pengalaman baru. Fenomena ini, yang berasal dari bahasa Prancis yang berarti "sudah melihat", telah menjadi subjek berbagai teori ilmiah, mulai dari gangguan pemrosesan memori, pemrosesan ganda, hingga potensi kaitannya dengan aktivitas saraf di otak. Dejavu adalah pengalaman yang umum terjadi, terutama pada individu yang lebih muda, dan umumnya tidak dianggap sebagai tanda masalah kesehatan yang serius. Meskipun misterius, dejavu memberikan wawasan menarik tentang bagaimana otak kita bekerja dan memproses realitas.