Surah Al-Falaq merupakan salah satu surah pendek dalam Al-Qur'an yang memiliki makna mendalam dan selalu dibaca oleh umat Muslim sebagai perlindungan diri. Surah ini diturunkan di Mekkah dan terdiri dari lima ayat. Ayat terakhir dari surah ini, yaitu ayat kelima, secara khusus sering menjadi fokus perenungan karena mengandung inti permohonan perlindungan dari segala keburukan. Memahami arti Surah Al Falaq ayat 5 beserta keseluruhan maknanya sangat penting bagi seorang Muslim dalam membangun keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT sebagai pelindung utama.
Sebelum mendalami arti ayat kelima, mari kita pahami terlebih dahulu konteks surah ini secara keseluruhan. Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sering disebut sebagai surah Mu'awwidzatain (dua surah yang memohon perlindungan). Keduanya mengajarkan manusia untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT dari berbagai macam keburukan yang tidak kasat mata maupun yang terlihat. Ayat-ayat awal Surah Al-Falaq memerintahkan kita untuk memohon perlindungan kepada Tuhan yang menguasai "falaq", yaitu waktu subuh atau segala sesuatu yang terbelah. Kemudian, kita diperintahkan untuk berlindung dari keburukan ciptaan-Nya, keburukan malam ketika gelapnya menyelimuti, keburukan wanita-wanita tukang sihir yang meniup pada buhul-buhul, dan keburukan orang-orang yang dengki apabila ia dengki.
Ayat kelima Surah Al-Falaq merupakan puncak dari permohonan perlindungan yang diajarkan dalam surah ini. Berikut adalah lafal dan terjemahan dari ayat tersebut:
"Dan dari kejahatan orang yang mendengki apabila ia dengki."
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kita untuk memohon perlindungan dari tiga unsur utama yang patut diwaspadai, yaitu:
Memahami arti Surah Al Falaq ayat 5 membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang berbagai bentuk keburukan yang mungkin dihadapi manusia. Kedengkian (hasad) adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Orang yang dengki merasa tidak senang ketika melihat orang lain mendapatkan nikmat atau karunia dari Allah SWT. Mereka berharap nikmat tersebut hilang dari orang yang didengkinya. Sifat ini tidak hanya merusak diri sendiri, tetapi juga dapat membahayakan orang lain melalui ucapan, perbuatan, atau bahkan pikiran negatif yang dilancarkan.
Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kejahatan dari sifat dengki ini bisa bermacam-macam. Bisa jadi kedengkian itu mendorong seseorang untuk berbuat zalim, menyebarkan fitnah, menggunjing, atau bahkan melakukan sihir untuk mencelakai orang yang didengkinya. Oleh karena itu, permohonan perlindungan dari sifat dengki ini mencakup perlindungan dari segala macam bahaya yang timbul akibat kedengkian tersebut, baik yang disengaja maupun tidak.
Penting untuk dicatat bahwa ayat ini tidak hanya memohon perlindungan dari orang lain yang bersifat pendengki, tetapi juga memohon agar diri kita sendiri dijauhkan dari sifat dengki. Seringkali, tanpa disadari, kita mungkin menyimpan rasa tidak suka atau iri ketika melihat keberhasilan orang lain. Ayat ini menjadi pengingat agar kita senantiasa membersihkan hati dari sifat tercela ini dan menggantinya dengan rasa syukur, tawadhu', dan mendoakan kebaikan bagi sesama.
Ketika seseorang terhindar dari sifat dengki, maka ia akan lebih mudah untuk menerima takdir Allah, menghargai karunia yang dimiliki, dan senantiasa berprasangka baik kepada sesama. Hal ini tentu akan membawa ketenangan jiwa dan kedamaian dalam hidup.
Selain itu, ayat ini juga mengajarkan pentingnya tawakal. Setelah kita berusaha melindungi diri dengan membaca ayat-ayat Al-Qur'an, termasuk Surah Al-Falaq, kita juga harus menyerahkan sepenuhnya hasil perlindungan tersebut kepada Allah SWT. Segala usaha kita adalah ikhtiar, sedangkan perlindungan sejati datangnya hanya dari Allah. Dengan memohon perlindungan dari kejahatan orang yang dengki, kita mengakui bahwa ada kekuatan yang lebih besar dan lebih mampu melindungi kita dari segala marabahaya, termasuk yang timbul dari niat buruk manusia.
Oleh karena itu, mengamalkan Surah Al-Falaq, terutama memahami arti Surah Al Falaq ayat 5, bukan sekadar rutinitas ibadah, melainkan sebuah strategi spiritual untuk menghadapi kompleksitas kehidupan. Dalam dunia yang semakin penuh persaingan dan potensi ketidakpuasan, pemahaman akan ayat ini membantu kita untuk tetap menjaga hati, senantiasa memohon pertolongan Tuhan, dan berlindung dari segala bentuk keburukan yang dapat mengancam kedamaian dan kebahagiaan kita.