Surat At-Tin adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang memiliki makna mendalam, terutama pada ayat kelimanya. Surat ini terdiri dari delapan ayat dan termasuk dalam golongan surat Makkiyah. Allah SWT bersumpah dengan beberapa ciptaan-Nya yang memiliki nilai spiritual dan fisik yang tinggi, seperti buah zaitun dan buah tin, serta tempat-tempat suci seperti Bukit Tursina dan kota Makkah yang aman. Sumpah ini ditujukan untuk menegaskan sebuah kebenaran fundamental mengenai penciptaan dan kedudukan manusia.
Ayat kelima dari Surat At-Tin berbunyi:
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ
(Tsumma radadnaahu asfala saafiliin)
Terjemahan ayat ini adalah: "kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya." (QS. At-Tin: 5).
Pemahaman mendalam mengenai arti surat at tin ayat 5 sangat penting untuk mengapresiasi keseluruhan pesan surat ini. Ayat ini sering kali dibaca dan dipelajari bersama dengan ayat sebelumnya yang menyatakan bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (ahsan taqwim).
Ayat kelima ini datang sebagai penyeimbang dan penjelas terhadap ayat sebelumnya (ayat 4). Jika ayat 4 berbicara tentang potensi puncak kemanusiaan dalam bentuk fisik dan spiritual yang sempurna, maka ayat 5 berbicara tentang risiko penurunan atau kehancuran jika potensi tersebut tidak dijaga. Allah SWT menyatakan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna, dengan akal, hati, dan kemampuan untuk mengenal serta menyembah-Nya. Potensi ini adalah anugerah luar biasa yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Namun, anugerah ini juga datang dengan ujian. Jika manusia menggunakan potensi tersebut untuk keburukan, kesombongan, kemaksiatan, dan berpaling dari ajaran Allah, maka ia akan terjatuh dari derajat kemuliaannya. Penurunan ke "tempat yang serendah-rendahnya" ini dapat diartikan dalam beberapa tingkatan:
Penting untuk dicatat bahwa ayat ini tidak berlaku mutlak bagi semua manusia tanpa kecuali. Allah SWT segera melanjutkan pada ayat berikutnya (ayat 6) dengan pengecualian bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
Ayat 6 berbunyi:
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
(Illal ladziina aamanuu wa 'amilush shoolihaati falahum ajrun ghairu mamnuun)
Yang artinya: "kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, maka mereka akan mendapatkan pahala yang tidak terputus."
Penegasan ini menunjukkan bahwa potensi penurunan ke tempat terendah adalah ancaman bagi mereka yang menyalahgunakan karunia Allah. Namun, bagi orang-orang yang mempertahankan keimanannya dan senantiasa berbuat baik, mereka akan terhindar dari jurang kehinaan tersebut dan justru akan meraih kebahagiaan abadi serta pahala yang tak terhingga.
Oleh karena itu, arti surat at tin ayat 5 mengingatkan kita untuk selalu waspada terhadap diri sendiri. Kita diberi potensi luar biasa, namun harus terus dijaga dan dikembangkan melalui keimanan yang teguh dan amal perbuatan yang saleh. Jauh dari kesombongan dan penyalahgunaan karunia Allah adalah kunci untuk tetap berada pada posisi kemuliaan yang telah dianugerahkan-Nya.
Memahami ayat ini secara utuh bersama ayat-ayat lainnya dalam Surat At-Tin memberikan pandangan komprehensif tentang hakikat penciptaan manusia, ujian yang dihadapi, serta jalan menuju keselamatan dan kesuksesan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.