Musim 2001-2002 menjadi salah satu periode paling dikenang dalam sejarah AS Roma. Di bawah arahan Fabio Capello, tim ibukota Italia ini menampilkan performa gemilang yang membekas di hati para penggemar Giallorossi. Musim tersebut bukan hanya tentang gelar juara, tetapi juga tentang determinasi, talenta luar biasa, dan pertandingan-pertandingan yang mendebarkan.
AS Roma saat itu dihuni oleh bintang-bintang papan atas dunia yang memberikan warna tersendiri di Serie A. Trio penyerang legendaris: Francesco Totti, Gabriel Batistuta, dan Vincenzo Montella menjadi momok menakutkan bagi pertahanan lawan. Totti, sang Pangeran Roma, berada di puncak permainannya, menunjukkan visi brilian, umpan-umpan mematikan, dan kemampuan mencetak gol yang impresif. Batistuta, sang "Lion King", meskipun usianya sudah tidak muda lagi, tetap menjadi ancaman serius dengan tendangan kerasnya. Sementara Montella, sang "Aeroplanino", memiliki naluri mencetak gol yang tajam dan kemampuan positioning yang luar biasa.
Tidak hanya lini serang, pertahanan AS Roma musim itu juga patut diacungi jempol. Di bawah mistar gawang, ada kiper tangguh seperti Francesco Antonioli. Lini belakang diperkuat oleh pemain-pemain berkualitas seperti Walter Samuel yang kokoh, Aldair yang berpengalaman, dan Cafu yang tak kenal lelah di sisi kanan. Keberadaan pemain-pemain ini menciptakan keseimbangan yang sempurna, memungkinkan AS Roma untuk tidak hanya unggul dalam menyerang tetapi juga solid dalam bertahan.
Midfield Roma pun diisi oleh talenta-talenta seperti Emerson dan Damiano Tommasi. Emerson menjadi dinamo di lini tengah dengan kemampuan merebut bola, mendistribusikan bola, dan bahkan mencetak gol penting. Tommasi, dengan energinya yang tak habis-habis, menjadi perekat tim yang tak ternilai harganya.
Di Serie A musim 2001-2002, AS Roma bersaing ketat dengan tim-tim kuat lainnya. Persaingan memuncak di pekan-pekan akhir liga. Pertandingan-pertandingan krusial dilalui dengan penuh drama. Totti dan kawan-kawan menunjukkan mental juara yang luar biasa dalam menghadapi tekanan. Setiap pertandingan terasa seperti final, dan dukungan dari para penggemar di Stadio Olimpico menjadi bahan bakar semangat tim.
Momen-momen penting tak terhitung jumlahnya tercipta. Gol-gol indah, penyelamatan gemilang, dan determinasi tinggi dari setiap pemain menjadi ciri khas Roma musim itu. Meskipun akhirnya AS Roma tidak berhasil meraih Scudetto di akhir musim (mereka finis di posisi kedua, kalah tipis dari Juventus), performa mereka tetap dianggap sebagai salah satu yang terbaik.
Meskipun trofi Serie A lolos dari genggaman, tim AS Roma 2002 meninggalkan warisan yang tak terlupakan. Mereka menunjukkan kepada dunia bagaimana sepak bola yang indah, menyerang, dan penuh semangat dapat dimainkan. Legenda seperti Totti terus berjuang di Roma selama bertahun-tahun, menjadi simbol kesetiaan dan kehebatan. Para penggemar masih mengenang musim ini dengan bangga, mengingat para pahlawan yang telah berjuang keras di lapangan.
Kisah AS Roma 2002 adalah pengingat bahwa sepak bola bukan hanya tentang siapa yang mengangkat trofi, tetapi juga tentang perjalanan, perjuangan, dan momen-momen magis yang tercipta. Momen tersebut terus hidup dalam ingatan para Tifosi, menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang dan kaya AS Roma.
Setiap kali nama "AS Roma 2002" disebut, ingatan akan para bintang lapangan hijau, pertandingan-pertandingan sengit, dan semangat pantang menyerah segera muncul. Ini adalah era di mana Serigala Roma benar-benar mengaum dengan kekuatan penuh, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah sepak bola Italia.