Simbolisasi kesederhanaan dan kekayaan rasa buah keluak.
Di tengah kekayaan kuliner Indonesia yang beragam, terdapat satu bahan pangan yang mungkin kurang familiar di telinga banyak orang, namun memiliki peran krusial dalam menciptakan cita rasa otentik berbagai masakan Nusantara, terutama dari tanah Jawa. Bahan pangan tersebut adalah buah keluak, yang memiliki nama ilmiah Pangium edule. Buah ini bukan sekadar bumbu biasa, melainkan jantung dari hidangan-hidangan istimewa seperti Rawon, Sup Blada, dan hidangan tradisional lainnya.
Buah keluak sendiri berasal dari pohon yang tumbuh subur di daerah rawa-rawa dataran rendah, terutama di pesisir pantai dan daerah berawa di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Bentuknya yang besar, bulat telur, dan terbungkus cangkang keras berwarna cokelat kehitaman membuatnya tampak kokoh. Namun, di balik cangkang yang tebal itu tersimpan "harta karun" berupa daging buah berwarna putih kekuningan yang beraroma khas, serta biji yang memiliki karakteristik unik.
Salah satu aspek paling menarik dari buah keluak adalah proses pengolahannya yang tidak instan. Biji buah keluak yang mentah mengandung senyawa asam sianida yang membuatnya beracun dan berasa pahit. Oleh karena itu, biji ini harus melalui serangkaian proses fermentasi dan perebusan yang cukup panjang sebelum bisa dikonsumsi.
Secara tradisional, biji keluak direbus berulang kali atau difermentasi dalam tanah liat selama beberapa minggu. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan racun dan mengurangi rasa pahit, sekaligus memunculkan aroma khas yang gurih dan sedikit seperti cokelat. Setelah proses tersebut selesai, biji keluak akan berubah warna menjadi hitam pekat, teksturnya menjadi lebih lunak, dan siap diolah menjadi bumbu masakan.
Ternyata, daging buah yang berada di sekitar biji keluak juga memiliki kegunaan. Daging ini biasanya diparut dan dijadikan bumbu, memberikan rasa gurih dan sedikit manis yang melengkapi keunikan cita rasa hidangan.
Aroma dan rasa buah keluak memang sulit dideskripsikan, namun sangat khas dan menggugah selera. Setelah diolah, daging buah keluak yang berwarna hitam pekat ini memberikan sensasi rasa gurih yang mendalam, sedikit pahit yang harmonis, dan aroma yang unik, mirip dengan perpaduan kopi sangrai dan cokelat. Kombinasi inilah yang membuat masakan berbahan dasar keluak terasa begitu istimewa dan berbeda dari hidangan lainnya.
Penggunaan buah keluak dalam masakan bukan hanya sekadar menambah rasa, tetapi juga memberikan warna gelap yang khas pada kuah hidangan. Warna hitam pekat ini menjadi salah satu ciri utama dari hidangan seperti Rawon, yang sering disebut sebagai sup daging hitam.
Buah keluak adalah salah satu kunci kelezatan dari beberapa hidangan paling ikonik di Indonesia, terutama yang berasal dari Jawa Timur. Yang paling terkenal tentu saja adalah:
Selain kelezatannya, buah keluak juga diketahui memiliki beberapa potensi manfaat kesehatan. Kandungan protein, lemak sehat, dan serat dalam biji keluak yang telah diolah menjadikannya sumber nutrisi yang baik. Beberapa penelitian awal juga menunjukkan adanya senyawa antioksidan dalam buah keluak, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengkonfirmasi potensi medisnya.
Meskipun pengolahannya membutuhkan ketekunan, buah keluak tetap menjadi bahan pangan yang berharga. Kelestarian pohon keluak dan pengetahuan tentang cara mengolahnya perlu dijaga agar kekayaan kuliner Indonesia ini terus lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Jadi, jika Anda berkesempatan mencicipi hidangan yang menggunakan buah keluak, jangan lewatkan kesempatan ini. Rasakan kekayaan cita rasa otentik Indonesia yang unik dan memikat dari bahan pangan istimewa ini.