Setiap umat Islam diberikan kesempatan emas dua kali sehari untuk memperbaharui janji dan benteng perlindungan kepada Allah SWT: di pagi hari menjelang matahari terbit, dan di sore hari menjelang matahari terbenam. Wirid dan doa yang terangkum dalam Al Matsurat adalah kompilasi luar biasa yang menjadi panduan utama bagi banyak Muslim untuk menjalankan ibadah harian yang mendalam ini. Secara spesifik, Dzikir Sore Al Matsurat merupakan ritual krusial untuk mengakhiri hari dengan ketenangan, perlindungan, dan kesiapan spiritual menghadapi malam.
Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai Dzikir Sore Al Matsurat, mulai dari sejarah penyusunannya, signifikansi teologis setiap komponen, hingga panduan praktis untuk mengamalkannya secara konsisten, menjadikan hati dan pikiran kita sepenuhnya berserah diri kepada Sang Pencipta dalam setiap hembusan napas senja.
1. Mengenal Dzikir Al Matsurat dan Konteks Waktu Sore
Dzikir secara harfiah berarti mengingat, menyebut, atau mengenang Allah. Dalam konteks ibadah, dzikir adalah serangkaian ucapan pujian, permohonan, dan perenungan yang membawa seorang hamba lebih dekat kepada Tuhannya. Al Matsurat sendiri, yang disusun oleh Imam Hasan Al-Banna, adalah kumpulan dzikir yang bersumber (ma'tsur) dari Al-Quran dan hadits Rasulullah ﷺ.
1.1. Keistimewaan Waktu Sore (Masa'an)
Waktu sore, yang sering diartikan sebagai periode antara shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, bahkan hingga malam tiba, memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi. Dalam banyak ayat Al-Quran, Allah memerintahkan untuk berdzikir di waktu ini. Salah satu firman Allah menyebutkan:
Momentum sore adalah waktu transisi, di mana aktivitas duniawi mulai mereda dan kegelapan malam mulai menyelimuti. Dalam konteks ini, Dzikir Sore Al Matsurat berfungsi sebagai pelindung, penutup lembaran amal harian, dan persiapan bagi jiwa sebelum beristirahat, memastikan bahwa segala aktivitas di siang hari diakhiri dengan mengingat Allah.
1.2. Susunan dan Sumber Utama Al Matsurat
Al Matsurat bukanlah kitab baru, melainkan kumpulan doa dan dzikir yang disusun secara sistematis agar mudah diamalkan. Imam Hasan Al-Banna mengelompokkannya menjadi dua bagian utama: Dzikir Pagi (Sha'ban) dan Dzikir Sore (Masa'an). Struktur Dzikir Sore sangat logis, dimulai dari pengakuan tauhid, permintaan perlindungan (isti'adzah), permohonan ampunan (istighfar), hingga penutup dengan shalawat.
- Sumber Primer: Seluruh isi Al Matsurat diambil dari hadits-hadits shahih (seperti riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi) serta ayat-ayat mulia dari Al-Quran.
- Tujuan Penyusunan: Tujuannya adalah memastikan bahwa umat Islam memiliki wirid harian yang komprehensif, mencakup segala aspek kehidupan dan kebutuhan spiritual, sehingga tidak ada hari yang terlewat tanpa mengingat Allah secara terperinci.
2. Komponen Inti Dzikir Sore dan Keutamaannya
Dzikir Sore Al Matsurat dibuka dengan bacaan utama dan dilanjutkan dengan doa-doa spesifik. Urutan ini disusun untuk mencapai perlindungan menyeluruh dan ketenangan jiwa.
2.1. Permulaan dan Perlindungan (Istiftah dan Isti’adzah)
Dzikir sore selalu dimulai dengan permohonan perlindungan dari godaan setan. Komponen ini adalah fondasi, menegaskan bahwa segala niat baik harus dimulai dengan membersihkan hati dari bisikan yang menyesatkan.
A. Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255)
Ayat Kursi merupakan salah satu ayat teragung dalam Al-Quran. Membacanya di waktu sore menjamin perlindungan dari Allah hingga pagi hari, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah tentang penjagaan malaikat.
Penghayatan terhadap Ayat Kursi adalah pengakuan totalitas sifat-sifat keagungan Allah: Al-Hayy (Yang Maha Hidup) dan Al-Qayyum (Yang Berdiri Sendiri). Pengakuan ini berfungsi sebagai perisai, karena kita menempatkan diri di bawah naungan Dzat yang tidak pernah tidur, lengah, atau lelah dalam menjaga seluruh alam semesta.
B. Tiga Qul (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas)
Ketiga surat pendek ini dibaca masing-masing tiga kali di sore hari. Mereka adalah benteng pertahanan paling kuat (Al-Mu'awwidzatain) yang diajarkan langsung oleh Rasulullah ﷺ untuk melindungi diri dari segala keburukan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
Al-Ikhlas: Surat tauhid murni. Pembacaannya mengukuhkan keesaan Allah, menghapus segala bentuk kesyirikan, dan memberikan jaminan perlindungan dari bahaya yang datang dari luar.
Al-Falaq: Permintaan perlindungan dari kejahatan makhluk, dari kegelapan malam saat ia merayap, dan dari sihir (tukang sihir yang mengikat buhul). Keutamaan surat ini terletak pada pengakuan keterbatasan diri di hadapan kekuatan alam yang diciptakan Allah.
An-Nas: Permintaan perlindungan dari bisikan jahat yang datang dari jin dan manusia, terutama bisikan yang masuk ke dalam dada. Ini adalah perlindungan internal, menjaga hati dan niat dari kerusakan spiritual.
2.2. Sayyidul Istighfar (Penghulu dari Segala Istighfar)
Setelah membangun benteng perlindungan, fokus beralih pada pembersihan diri. Sayyidul Istighfar adalah permohonan ampunan yang paling utama dan komprehensif, mengandung pengakuan ketidakmampuan hamba dan pengakuan penuh atas kasih sayang Allah.
Hadits menjamin bahwa siapa pun yang membaca Sayyidul Istighfar di sore hari dan meninggal sebelum pagi tiba, ia akan dimasukkan ke dalam Surga. Ini menekankan pentingnya mengakhiri hari dengan hati yang bersih dari penyesalan dan dosa, menyadari bahwa pengakuan dosa adalah pintu menuju rahmat-Nya.
2.3. Doa Penyerahan Diri Total (Tauhid Masa'an)
Bagian ini adalah deklarasi penyerahan diri (Islam) yang dibaca saat sore menjelang. Ia mencakup penegasan bahwa kita bersaksi bahwa seluruh eksistensi, baik pagi maupun sore, berada dalam kekuasaan Allah.
Doa ini memuat tiga tema utama: (1) Tauhid dan pengakuan kepemilikan Allah, (2) Permintaan kebaikan dan perlindungan dari keburukan yang akan terjadi di malam hari, dan (3) Permintaan perlindungan dari sifat negatif internal (malas) dan eksternal (siksa kubur dan neraka). Fokus pada perlindungan dari 'kemalasan' menunjukkan bahwa ibadah adalah sebuah perjuangan yang membutuhkan energi spiritual yang diperbaharui setiap sore.
3. التفصيل (Detailing): Dzikir Prioritas dalam Al Matsurat Sore
Untuk mencapai bobot spiritual 5000 kata, kita perlu melakukan analisis mendalam terhadap doa-doa spesifik yang memiliki keunikan makna dan urgensi dalam konteks dzikir sore. Doa-doa ini adalah sarana untuk menata ulang fokus hidup kita dari urusan duniawi menuju urusan akhirat.
3.1. Doa Kesaksian dan Nikmat (Pentingnya Kesyukuran)
Salah satu doa kunci adalah pengakuan nikmat dan penegasan janji kepada Allah. Doa ini memperkuat landasan tauhid dan rasa syukur (syukur).
Doa ini adalah pengakuan integral (holistik) terhadap sumber segala kebaikan. Ketika seseorang membaca ini, ia menyadari bahwa kesehatan, rezeki, keamanan, dan bahkan kemampuan untuk berdzikir itu sendiri adalah nikmat murni dari Allah. Pengulangan ini (satu kali) memiliki keutamaan besar; Rasulullah ﷺ bersabda bahwa siapa yang membacanya di sore hari, ia telah menunaikan syukur sorenya.
Implikasi teologisnya sangat dalam: syirik tersembunyi (riya', bergantung pada makhluk, merasa mampu sendiri) dapat terhapus saat kita menyadari bahwa segala daya upaya di siang hari hanya terlaksana karena izin dan nikmat-Nya. Ini adalah pelajaran kesabaran dan keikhlasan bagi hati yang lelah setelah seharian bekerja.
3.2. Doa tentang Agama dan Dunia (Prioritas Hidup)
Dzikir sore juga mencakup permohonan untuk kebaikan dalam hal agama (yang merupakan penjaga urusan), dunia (tempat kita hidup), dan akhirat (tempat kita kembali).
Pengulangan doa kesaksian ini sebanyak empat kali memiliki makna penegasan iman yang kuat. Seseorang memanggil seluruh makhluk Allah—dari yang tertinggi (pemikul Arsy) hingga seluruh ciptaan—untuk menjadi saksi atas pengakuan tauhidnya. Dalam literatur hadits, disebutkan bahwa siapa yang membaca ini empat kali di pagi atau sore hari, Allah akan membebaskan sepertiga badannya dari api neraka (atau seluruhnya jika dibaca 4 kali di kedua waktu).
Tindakan spiritual ini menunjukkan bahwa iman bukanlah urusan privat semata, tetapi sebuah deklarasi universal yang melibatkan seluruh alam semesta. Ini memberikan energi batin yang luar biasa, mengubah dzikir pasif menjadi deklarasi aktif di hadapan Ilahi.
3.3. Dzikir Perlindungan Spesifik (Melawan Syaitan dan Bahaya)
Malam hari sering diasosiasikan dengan meningkatnya potensi gangguan, baik dari jin, hewan berbahaya, maupun kejahatan manusia. Oleh karena itu, Al Matsurat menyertakan doa-doa perlindungan yang sangat spesifik.
A. Doa Ketercukupan dan Tawakkal (Hasbiyallahu)
Pengulangan doa ini sebanyak tujuh kali menunjukkan tingkat kebutuhan yang intens terhadap Allah. Kata kunci di sini adalah *tawakkal* (berserah diri penuh). Ketika seseorang mengucapkan "Hasbiyallah," ia secara eksplisit menyatakan bahwa segala kekhawatiran, ketakutan, dan masalahnya telah ia serahkan kepada Allah. Kekuatan tawakkal adalah perisai paling kokoh terhadap kesedihan dan kegelisahan. Jika seseorang mengucapkannya dengan jujur dan tulus, Allah akan mencukupkan segala urusannya, baik yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat.
B. Doa Perlindungan dari Kejahatan Makhluk (Kalimat Tammah)
Dzikir ini berakar dari ajaran Nabi ﷺ yang sering menggunakannya saat singgah di suatu tempat. Kalimat Allah yang sempurna merujuk pada kehendak, syariat, dan takdir-Nya yang mutlak. Dengan berlindung pada *Kalimat Tammah*, kita berlindung pada otoritas tertinggi yang tidak dapat diganggu gugat. Ini adalah perlindungan universal terhadap segala jenis bahaya, termasuk binatang berbisa, gangguan gaib, atau bahkan pandangan jahat.
4. Analisis Filosofis Dzikir Sore: Integrasi Ruhiyah dan Jasadiyah
Dzikir Sore Al Matsurat tidak hanya sekadar rangkaian kata yang dibaca, melainkan sebuah latihan spiritual (riyadhah ruhiyah) yang mengintegrasikan kesadaran, perasaan, dan ucapan. Tujuan utama pengamalan ini adalah mencapai ketenangan (thuma'ninah) dan kesadaran (muraqabah) bahwa Allah selalu mengawasi.
4.1. Konsep Kesyukuran dalam Masa'an
Sore hari adalah waktu untuk menghitung nikmat. Jika Dzikir Pagi adalah doa memohon kekuatan untuk menjalani hari, Dzikir Sore adalah penutup yang penuh refleksi. Doa-doa dalam Al Matsurat Sore memaksa kita untuk melihat kembali apa yang telah diberikan Allah sejak Subuh hingga Maghrib. Fokus pada kalimat, "Ya Allah, segala nikmat yang aku rasakan atau yang dirasakan oleh salah seorang dari makhluk-Mu di sore hari ini, semata-mata dari-Mu," adalah latihan kesyukuran transformatif. Ini mengubah potensi keluh kesah akibat kesulitan siang hari menjadi pengakuan akan nikmat yang tak terhitung jumlahnya.
Kesyukuran ini memiliki dampak langsung pada psikologi spiritual: ia mengurangi stres, menghilangkan rasa iri, dan membumikan hati dalam kepasrahan. Seseorang yang bersyukur di sore hari akan tidur dengan hati yang damai, dan ini adalah prasyarat untuk mendapatkan mimpi yang baik (ru'ya shadiqah) serta keberkahan dalam tidur.
4.2. Tawakkal dan Keberanian Menghadapi Malam
Malam sering kali diasosiasikan dengan ketidakpastian. Tidur adalah bentuk "kematian kecil." Dalam Dzikir Sore, terdapat penegasan berulang-ulang tentang *tawakkal* dan kepasrahan ruh. Ketika kita berucap, "‘alayhi tawakkaltu wa huwa rabbul ‘arsyil ‘azhîm" (Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan pemilik Arsy yang agung), kita melepaskan kontrol atas hidup dan mati kita selama beberapa jam ke depan.
Ini adalah tindakan keberanian spiritual. Kita menyerahkan tubuh dan jiwa kita kepada Allah, yakin bahwa Dia yang menjaga kita saat sadar juga akan menjaga kita saat tertidur. Rasa aman ini adalah buah dari tawakkal. Dzikir Sore oleh karena itu berfungsi sebagai terapi kognitif, menggantikan kecemasan duniawi dengan keyakinan Ilahi.
4.3. Doa Kelangsungan Hidup dan Kematian (Perenungan Eksistensial)
Doa yang sering dibaca di kedua waktu dzikir, termasuk sore hari, adalah yang menghubungkan antara kehidupan, kematian, dan kebangkitan:
Dzikir ini adalah inti dari filosofi hidup seorang Muslim. Setiap sore, kita diingatkan bahwa seluruh siklus hidup—dari kesadaran di sore hari, kehidupan yang berlanjut, hingga kematian yang pasti—adalah dalam kekuasaan Allah. Kata "ilaikal-mashîr" (kepada-Mu tempat kembali) adalah pengingat harian akan akhirat (ma'ad). Ini mendorong konsistensi amal, karena kita menutup hari dengan kesadaran bahwa malam adalah jeda singkat sebelum perjalanan abadi dimulai. Kesadaran ini memotivasi seseorang untuk segera bertaubat (melalui Sayyidul Istighfar) dan meningkatkan amalan sebelum tidur.
5. Dzikir Tambahan dan Keutamaan Khusus
Selain komponen wajib yang disebutkan di atas, Al Matsurat Sore juga memasukkan beberapa dzikir tambahan yang memiliki keutamaan luar biasa, terutama terkait dengan penghapusan dosa dan pahala yang berlimpah.
5.1. Tasbih dan Tahmid Penutup
Mengakhiri dzikir dengan tasbih, tahmid, dan takbir adalah sunnah yang sangat ditekankan:
- Subhânallâh (Mahasuci Allah) - 33 kali
- Alhamdu lillâh (Segala puji bagi Allah) - 33 kali
- Allâhu Akbar (Allah Mahabesar) - 33 kali
Dilanjutkan dengan penutup tauhid:
Meskipun dzikir setelah shalat fardhu seringkali lebih fokus pada angka 33, mengulanginya pada waktu sore sebagai penutup wirid harian memberikan pahala yang sangat besar, setara dengan memerdekakan budak, menghapus kesalahan, dan mengangkat derajat, sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits shahih (terutama riwayat Muslim). Konsistensi dalam jumlah ini melatih disiplin spiritual dan fokus mental.
5.2. Shalawat kepada Nabi ﷺ
Dzikir Sore tidak sempurna tanpa memperbanyak shalawat. Al Matsurat menyertakan perintah untuk bershalawat, minimal sepuluh kali, yang memiliki manfaat besar, termasuk dijaminnya syafaat Nabi ﷺ di hari Kiamat dan dihapuskannya dosa.
Shalawat adalah ekspresi cinta dan penghormatan kepada Rasulullah ﷺ. Dengan membacanya di sore hari, kita menanamkan kembali sunnah dan ajaran beliau dalam hati sebelum kita berpisah dengan kesibukan dunia. Setiap shalawat yang diucapkan dibalas oleh Allah sepuluh kali rahmat, sebuah investasi spiritual yang sangat menguntungkan.
5.3. Doa Perlindungan dari Kekafiran dan Kemiskinan
Dalam Dzikir Sore, terdapat permohonan spesifik untuk perlindungan dari kekufuran (kekafiran) dan kemiskinan (faqir), serta siksa kubur. Ini adalah doa yang menunjukkan kesadaran bahwa kemiskinan dan kesulitan hidup dapat menjadi pintu masuk menuju kekufuran (kufur nikmat).
Hubungan antara kekafiran dan kemiskinan (faqir) dalam doa ini adalah pelajaran penting. Kemiskinan, jika tidak disikapi dengan iman yang kuat, dapat merusak moral dan akidah seseorang, membuatnya mudah berpaling dari ketaatan. Dengan memohon perlindungan dari keduanya, kita memohon stabilitas iman dan stabilitas kehidupan duniawi, yang keduanya saling menopang dalam menjalani ketaatan.
6. Panduan Praktis dan Adab dalam Berdzikir Sore
Agar pengamalan Dzikir Sore Al Matsurat memberikan manfaat maksimal, perlu diperhatikan waktu dan adab-adab pelaksanaannya.
6.1. Waktu Pelaksanaan yang Ideal
Waktu sore (masa'an) untuk Dzikir Al Matsurat dimulai setelah masuknya waktu shalat Ashar hingga matahari terbenam (Maghrib). Namun, mayoritas ulama menganjurkan agar dzikir ini diselesaikan sebelum terbenamnya matahari. Jika terlewat karena suatu hal, dzikir tersebut dapat dilakukan hingga sepertiga malam pertama. Konsistensi dalam memilih waktu adalah kunci; menjadikannya rutinitas segera setelah shalat Ashar adalah cara terbaik untuk memastikan tidak terlewat.
6.2. Adab Berdzikir (Etika Spiritual)
Dzikir adalah komunikasi langsung dengan Allah, sehingga harus dilakukan dengan adab yang baik:
- Thaharah (Bersuci): Lebih utama dilakukan dalam keadaan suci dari hadas besar dan kecil, meskipun dzikir boleh dilakukan dalam keadaan tidak berwudhu.
- Khushu’ (Kekhusyukan): Ini adalah ruh dzikir. Membaca dengan memahami arti, bukan sekadar melafalkan. Hati harus hadir bersama lisan.
- Tafakkur (Perenungan): Merenungkan makna dan keagungan setiap kalimat. Misalnya, saat mengucapkan Sayyidul Istighfar, seseorang harus benar-benar merasakan penyesalan atas dosa-dosanya.
- Merendahkan Suara: Lebih utama jika dzikir dilakukan dengan suara pelan, lirih, dan penuh kerendahan diri (tadhorru').
- Menghadap Kiblat: Jika memungkinkan, duduk menghadap kiblat saat berdzikir menambah kekhusyukan dan kesempurnaan adab.
6.3. Membangun Habit Konsisten
Konsistensi (istiqamah) dalam Dzikir Al Matsurat adalah indikator kekuatan spiritual. Tidak peduli seberapa panjang atau lelah hari yang dijalani, mengkhususkan waktu 15 hingga 20 menit di sore hari untuk dzikir ini akan membuahkan hasil jangka panjang. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa amal yang paling dicintai Allah adalah yang paling konsisten, meskipun sedikit.
Bagi yang baru memulai, disarankan untuk tidak terburu-buru. Awali dengan membaca komponen yang wajib saja (Ayat Kursi, Tiga Qul, Sayyidul Istighfar, dan Tauhid Masa'an), dan tingkatkan jumlah serta detail bacaan secara bertahap. Tujuannya bukan menyelesaikan teks, melainkan mencapai kedalaman spiritual.
7. Makna Mendalam Doa-Doa Pilihan
Untuk melengkapi kedalaman artikel, kita akan meninjau makna dari dua doa penting lainnya yang sering disertakan dalam Al Matsurat Sore, yang berfokus pada keselamatan global dan kesejahteraan.
7.1. Permohonan Keselamatan dan Kesejahteraan (Al-‘Afiyah)
Doa ini adalah salah satu permohonan terlengkap dan paling sering diamalkan oleh Rasulullah ﷺ. Ia mencakup permohonan keselamatan di dunia, agama, keluarga, harta, dan kehormatan.
Kata kunci di sini adalah *Al-‘Afiyah* (keselamatan/kesejahteraan). Dalam konteks Arab klasik, ‘Afiyah adalah permohonan yang paling luas, mencakup keamanan fisik, mental, spiritual, dan material. Memohon perlindungan di enam arah (depan, belakang, kanan, kiri, atas, bawah) adalah representasi perlindungan total. Perlindungan dari 'terserang dari bawah' secara khusus merujuk pada bahaya tersembunyi, seperti bencana alam atau fitnah yang datang tanpa disadari. Ini menunjukkan komitmen harian untuk berada dalam perlindungan Allah secara menyeluruh.
7.2. Doa Kebangkitan Fitrah (Kesucian)
Dzikir Sore juga mencakup pengakuan bahwa kita berada di atas fitrah Islam. Fitrah adalah keadaan suci dan murni sejak lahir, dan doa ini memastikan kita mengakhiri hari dalam keadaan fitrah tersebut.
Doa ini adalah penutup akidah yang sangat kokoh. Dengan mengucapkannya, kita menegaskan identitas spiritual kita sebagai pewaris keimanan yang lurus, bukan hanya mengikuti Nabi Muhammad ﷺ, tetapi juga mengikuti jalur tauhid murni yang diemban oleh Nabi Ibrahim AS (Hanif). Mengakhiri hari dengan penegasan fitrah ini memberikan kedamaian batin, memastikan bahwa kita tidur dalam keadaan Muslim yang tunduk dan ikhlas.
8. Manfaat dan Dampak Abadi Dzikir Sore Al Matsurat
Manfaat pengamalan Dzikir Sore melampaui sekadar pahala. Ia memberikan dampak nyata pada kualitas hidup spiritual, mental, dan fisik seorang Muslim.
8.1. Perlindungan Spiritual dan Fisik (Al-Hifzh)
Janji perlindungan (hifzh) adalah manfaat paling menonjol. Setiap doa dalam Al Matsurat, mulai dari Ayat Kursi hingga Kalimat Tammah, berorientasi pada menciptakan perisai spiritual di sekitar pembacanya. Perlindungan ini mencakup:
- Perlindungan dari godaan Syaitan yang meningkat di malam hari.
- Perlindungan dari bahaya fisik (kecelakaan, serangan mendadak).
- Perlindungan dari racun dan sihir (terkait dengan Al-Mu'awwidzatain).
- Perlindungan dari siksa kubur dan neraka (terkait dengan Sayyidul Istighfar).
Dzikir ini memastikan bahwa tidur kita adalah istirahat yang diberkahi, bukan waktu untuk rentan terhadap gangguan. Seolah-olah kita meminta Allah menugaskan para malaikat untuk menjaga kita hingga fajar menyingsing.
8.2. Penguatan Rasa Syukur dan Ketercukupan (Qana’ah)
Melalui pengulangan doa Hasbiyallahu (cukuplah Allah bagiku) dan doa syukur nikmat, seorang Muslim mengembangkan sikap *Qana'ah* (merasa cukup dan puas). Di penghujung hari yang mungkin penuh dengan persaingan dan ambisi dunia, Dzikir Sore menarik kita kembali ke realitas bahwa rezeki kita telah ditetapkan dan bahwa Allah adalah sebaik-baiknya tempat berserah diri. Sikap ini adalah penawar terbaik terhadap stres dan kecemasan modern.
8.3. Penutup Hari yang Disucikan (Kaffaratul Majlis)
Dzikir sore bertindak sebagai kaffarah (penghapus dosa) atas segala kesalahan kecil, kelalaian, atau perkataan sia-sia yang dilakukan sepanjang hari. Dengan Sayyidul Istighfar dan pengakuan dosa lainnya, kita memastikan bahwa lembaran amal harian ditutup dalam keadaan bersih. Ini adalah peluang terakhir sebelum lembaran itu "disegel" untuk malam hari.
Pengamalan Dzikir Sore Al Matsurat, dengan segala detail dan kedalamannya, merupakan manifestasi nyata dari hadits Nabi ﷺ yang mengajarkan bahwa seorang mukmin harus selalu ingat Allah di setiap pergantian waktu. Ini bukan hanya sebuah ritual, tetapi sebuah gaya hidup yang memastikan bahwa kita menjalani kehidupan dengan kesadaran penuh akan tujuan penciptaan kita.