Simbol kebenaran dan cahaya ilahi.
Dalam lautan hikmah dan petunjuk ilahi yang terbentang luas dalam kitab suci Al-Qur'an, terdapat frasa-frasa yang memiliki kedalaman makna luar biasa. Salah satunya adalah "Hatta Ta Tiya Humul Bayyinah". Frasa ini, meskipun terdengar sederhana, menyimpan pesan fundamental mengenai esensi kebenaran, kesadaran, dan tanggung jawab spiritual yang harus dipegang teguh oleh setiap mukmin. Mari kita selami lebih dalam arti dan relevansinya dalam kehidupan kita.
Secara harfiah, "Hatta Ta Tiya Humul Bayyinah" (حَتَّىٰ تَتْقُوا بَيِّنَةٌ) dapat diterjemahkan sebagai "sampai datang kepada mereka Bayyinah". Kata "Bayyinah" sendiri memiliki makna yang sangat kaya. Ia bisa berarti bukti yang jelas, keterangan yang terang, argumentasi yang kuat, tanda yang nyata, atau bahkan mukjizat.
Dalam konteks ayat-ayat Al-Qur'an yang memuat frasa ini, "Bayyinah" seringkali merujuk pada risalah kenabian, ajaran-ajaran Islam yang murni, bukti-bukti keesaan Allah, atau manifestasi kebenaran yang begitu nyata sehingga tidak menyisakan keraguan bagi hati yang mau menerima.
Ayat-ayat yang mengandung frasa ini seringkali berbicara tentang bagaimana Allah mengutus para nabi dengan membawa bukti-bukti yang nyata untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Tujuannya adalah agar manusia tidak lagi memiliki alasan untuk mengingkari kebenaran setelah Bayyinah itu datang.
Di era modern yang serba informasi ini, tantangan untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan semakin kompleks. Berbagai macam informasi, ideologi, dan narasi bersaing untuk mendapatkan perhatian kita. Di sinilah makna "Hatta Ta Tiya Humul Bayyinah" menjadi sangat relevan. Ini mengingatkan kita untuk senantiasa mencari dan berpegang teguh pada kebenaran yang jelas dan tidak ambigu.
Pertama, frasa ini menekankan pentingnya pencarian ilmu dan pemahaman. "Bayyinah" tidak datang begitu saja, melainkan perlu dicari, dipelajari, dan direnungkan. Kita dituntut untuk tidak bersikap pasif dalam menerima informasi, tetapi aktif mencari sumber yang terpercaya, mengkaji ajaran agama dengan benar, dan menggunakan akal sehat yang telah Allah anugerahkan.
Kedua, ia mengajarkan tentang konsekuensi dari penolakan kebenaran. Ketika Bayyinah telah jelas tersaji, namun seseorang tetap menolaknya, maka konsekuensinya adalah kesesatan dan tertutupnya hati. Ini adalah peringatan keras agar kita tidak menjadi orang-orang yang sengaja menutup mata terhadap kebenaran demi mempertahankan ego, hawa nafsu, atau kepentingan duniawi semata.
Ketiga, frasa ini menggarisbawahi tugas untuk menyampaikan kebenaran. Sebagaimana para nabi diutus dengan membawa Bayyinah, sebagai umat yang beriman, kita pun memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan kebenaran tersebut kepada orang lain. Tentu saja, dengan cara yang bijak, santun, dan penuh hikmah, agar pesan kebenaran dapat diterima oleh hati.
Makna dari "Hatta Ta Tiya Humul Bayyinah" sesungguhnya adalah panggilan untuk hidup dalam terang kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran ini bukan hanya sebatas konsep teoritis, melainkan petunjuk nyata yang membimbing setiap langkah kehidupan kita. Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW adalah sumber utama Bayyinah yang senantiasa terbuka bagi siapa saja yang mau merenung dan mengamalkannya.
Dengan terus merenungkan makna frasa ini, diharapkan hati kita semakin terdorong untuk senantiasa berada di jalan kebenaran, menjauhi keraguan, dan menjadi agen kebaikan yang membawa cahaya petunjuk bagi sekeliling kita. "Hatta Ta Tiya Humul Bayyinah" adalah pengingat abadi bahwa kejernihan dan bukti yang tak terbantahkan adalah kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan hakiki.