Simbol keikhlasan dalam beribadah dan keteguhan dalam agama.
Surat Al-Bayyinah, yang berarti "Bukti yang Nyata", adalah surat ke-98 dalam Al-Qur'an. Surat ini merupakan surat Madaniyah yang turun setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Al-Bayyinah terdiri dari 8 ayat, dan ayat ke-5 memiliki kedudukan yang sangat penting dalam menjelaskan esensi dan tujuan utama dari ajaran agama yang dibawa oleh para rasul. Ayat ini merupakan puncak dari penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya dalam surat ini mengenai keberadaan bukti yang nyata bagi manusia.
Ayat kelima dari Surat Al-Bayyinah ini memuat perintah fundamental yang ditujukan kepada seluruh umat manusia, bahkan sejak zaman Nabi Ibrahim AS hingga Nabi Muhammad SAW. Perintah ini menegaskan bahwa inti dari ajaran agama samawi adalah tentang bagaimana manusia seharusnya berhubungan dengan Sang Pencipta, Allah SWT.
Bagian pertama dari ayat ini menekankan pentingnya "mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar mereka melaksanakan salat dan menunaikan zakat". Kata "mukhlishiina" (mengikhlaskan) merupakan kunci utama. Ini berarti bahwa setiap ibadah yang dilakukan haruslah murni ditujukan hanya kepada Allah SWT, tanpa ada unsur syirik atau menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Keikhlasan ini mencakup niat, perkataan, dan perbuatan. Jika ibadah dilakukan bukan karena Allah, melainkan karena ingin dipuji manusia, mencari keuntungan duniawi semata, atau mengikuti hawa nafsu, maka ibadah tersebut tidak akan diterima.
Selanjutnya, kata "hunafaa'" (hanif) merujuk pada sikap teguh dan cenderung kepada kebenaran, menjauhi kesesatan. Seorang yang hanif adalah orang yang lurus dalam aqidahnya, tidak condong kepada paham yang menyimpang dari ajaran tauhid. Ini menunjukkan bahwa keikhlasan dalam beribadah harus dibarengi dengan keteguhan prinsip dalam memegang teguh ajaran Islam yang murni.
Ayat ini secara spesifik menyebutkan dua pilar utama dalam Islam setelah keikhlasan dalam beribadah, yaitu salat dan zakat. Salat adalah tiang agama yang menghubungkan langsung antara hamba dengan Tuhannya. Melalui salat, seorang Muslim senantiasa mengingat Allah, memohon pertolongan, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Salat yang dikerjakan dengan khusyuk dan ikhlas merupakan manifestasi dari ketaatan dan ketundukan total kepada Allah.
Sementara itu, zakat adalah bentuk ibadah maliyah (harta) yang memiliki dampak sosial yang sangat besar. Zakat membersihkan harta seseorang dan merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama, terutama fakir miskin dan golongan yang berhak menerimanya. Zakat mengajarkan tentang berbagi, menolong kaum dhuafa, dan menciptakan keseimbangan ekonomi dalam masyarakat. Pelaksanaan zakat yang benar mencerminkan keikhlasan hati dalam beribadah kepada Allah sekaligus wujud kasih sayang kepada sesama ciptaan-Nya.
Frasa "wa dhalika diinul qayyimah" menutup ayat ini dengan penegasan. "Dīnul Qayyimah" diartikan sebagai agama yang lurus, agama yang kokoh, agama yang benar, dan agama yang menjadi pegangan yang hakiki. Apa yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu ibadah yang ikhlas, hanif, pelaksanaan salat, dan penunaian zakat, adalah esensi dari agama yang lurus ini. Ini berarti bahwa ajaran Islam, yang berpusat pada tauhid dan ibadah yang benar, adalah jalan yang paling tepat dan paling lurus untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ayat ini berfungsi sebagai pengingat dan penegasan bagi umat Islam agar senantiasa menjaga kemurnian niat dalam beribadah, konsisten dalam menjalankan syariat, serta tidak menyimpang dari ajaran Islam yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dengan memahami dan mengamalkan kandungan ayat ini, seorang Muslim diharapkan dapat menjadikan agamanya sebagai panduan hidup yang kokoh dan benar.
Secara keseluruhan, Surat Al-Bayyinah ayat 5 memberikan fondasi yang kuat bagi pemahaman tentang hakikat agama. Ia mengajarkan bahwa tujuan utama penciptaan adalah untuk beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan. Ibadah tersebut harus diwujudkan dalam bentuk ketaatan yang teguh, pelaksanaan ibadah vertikal seperti salat, dan ibadah horizontal seperti zakat. Semua ini membentuk sebuah kesatuan yang utuh, yaitu agama yang lurus yang akan membawa keselamatan dan keberkahan.