🌊

Kejadian 7: Kisah Penting dalam Sejarah Umat Manusia

Kejadian pasal 7 merupakan salah satu babak paling dramatis dan transformatif dalam narasi kitab Kejadian. Bagian ini menceritakan tentang peristiwa Air Bah yang dahsyat, sebuah bencana yang tidak hanya menghapus sebagian besar kehidupan di bumi, tetapi juga menandai permulaan baru bagi umat manusia di bawah perjanjian ilahi. Kisah ini sarat akan makna teologis, moral, dan historis yang relevan hingga kini.

Perintah Terinci Tuhan kepada Nuh

Sebelum hujan turun, Tuhan memberikan instruksi yang sangat spesifik kepada Nuh. Perintah untuk masuk ke dalam bahtera bersama keluarganya dan semua jenis hewan menjadi fokus utama. Tuhan memerintahkan Nuh untuk membawa hewan bersih berpasangan tujuh-tujuh, dan hewan yang tidak bersih berpasangan dua-dua. Perbedaan jumlah ini sering diinterpretasikan memiliki makna simbolis, baik terkait dengan keperluan pengorbanan setelah Air Bah maupun untuk memperbanyak jenis hewan yang akan menghuni bumi pasca-bencana. Kesungguhan Nuh dalam menaati setiap detail perintah Tuhan adalah kunci kelangsungan hidupnya dan seluruh ciptaan yang diselamatkannya. Ia tidak hanya membangun bahtera sesuai rancangan Tuhan, tetapi juga dengan teliti mengumpulkan dan memasukkan hewan-hewan tersebut.

Mulai dan Berakhirnya Air Bah

Pasal 7 menggambarkan momen ketika pintu bahtera ditutup oleh Tuhan sendiri, menandakan dimulainya penghakiman ilahi. Keesokan harinya, air mulai meluap dari dalam bumi dan hujan turun dengan lebat dari langit selama empat puluh hari empat puluh malam. Peninggian air ini sangat ekstrem, bahkan gunung-gunung tertinggi pun tertutup oleh air. Semua makhluk hidup yang bernapas di darat, selain yang ada di dalam bahtera, binasa. Deskripsi mengenai luasnya kehancuran ini menekankan skala global dari bencana tersebut dan kepatuhan Tuhan terhadap firman-Nya mengenai penghakiman atas dosa manusia.

Selama seratus lima puluh hari, air terus meninggi dan menutupi bumi. Setelah periode itu, Tuhan mengingat Nuh, dan membuat angin melintasi bumi sehingga air mulai surut. Perlahan tapi pasti, bahtera itu akhirnya terdampar di pegunungan Ararat. Periode surutnya air ini juga memakan waktu yang cukup lama, menunjukkan bahwa pemulihan dan pembersihan bumi dari murka ilahi membutuhkan proses yang bertahap.

Harapan Baru Melalui Burung Merpati

Untuk memastikan bahwa bumi sudah kering dan aman untuk ditinggali kembali, Nuh melepaskan serangkaian burung. Dimulai dengan seekor gagak yang terus berulang-alik, kemudian disusul dengan seekor merpati. Ketika merpati pertama tidak menemukan tempat untuk mendarat, ia kembali ke bahtera. Pelepasan merpati kedua, yang kembali dengan daun zaitun di paruhnya, memberikan indikasi pertama bahwa kehidupan telah mulai pulih di daratan. Daun zaitun ini menjadi simbol harapan dan pemulihan yang sangat kuat. Pelepasan merpati ketiga, yang tidak kembali lagi karena sudah menemukan tempat tinggal, menjadi konfirmasi terakhir bahwa bumi sudah cukup kering. Momen ini adalah titik balik yang penuh harapan setelah sekian lama terperangkap dalam bahtera.

Perjanjian dan Janji Tuhan

Kejadian 7 tidak hanya tentang kehancuran, tetapi juga tentang keselamatan dan permulaan baru. Setelah air surut sepenuhnya dan Nuh beserta seluruh isinya keluar dari bahtera, Tuhan membuat perjanjian dengan Nuh dan semua makhluk hidup. Perjanjian ini adalah janji abadi bahwa Tuhan tidak akan lagi membinasakan seluruh makhluk hidup dengan Air Bah. Tanda perjanjian ini adalah pelangi yang indah di awan, mengingatkan setiap generasi akan kesetiaan dan belas kasihan Tuhan. Pasal ini menutup narasi dengan Nuh memulai kembali kehidupan di bumi yang baru, mendirikan mezbah, dan mempersembahkan korban syukur kepada Tuhan.

Kisah Kejadian 7 mengajarkan kita tentang keadilan Tuhan terhadap dosa, namun juga tentang belas kasihan dan janji-Nya yang tak tergoyahkan. Peristiwa ini menjadi fondasi bagi seluruh sejarah umat manusia selanjutnya, mengingatkan kita bahwa di tengah penghakiman, selalu ada kesempatan untuk pemulihan dan awal yang baru di bawah kasih karunia ilahi.

🏠 Homepage