Perjalanan Islam dari tanah kelahirannya hingga menjadi agama terbesar kedua di dunia adalah kisah epik yang diwarnai oleh ketekunan, kebijaksanaan, dan dedikasi para penyebar agama Islam. Mereka tidak hanya membawa risalah kenabian, tetapi juga nilai-nilai universal seperti keadilan, kasih sayang, dan ilmu pengetahuan. Para ulama, pedagang, musafir, dan tokoh masyarakat ini adalah garda terdepan dalam mengenalkan Islam kepada berbagai bangsa dan budaya. Berbekal keyakinan yang teguh dan akhlak yang mulia, mereka berhasil menaklukkan hati jutaan manusia, bukan dengan paksaan, melainkan dengan keteladanan dan dakwah yang damai.
Berbeda dengan penaklukan militer yang seringkali diasosiasikan dengan penyebaran agama di masa lalu, penyebaran Islam di banyak wilayah, terutama di Nusantara, lebih banyak dilakukan melalui jalur damai. Para penyebar agama Islam ini menggunakan berbagai strategi yang terbukti efektif dan menyentuh hati masyarakat. Salah satunya adalah melalui perdagangan. Pedagang Muslim yang singgah di pelabuhan-pelabuhan strategis tidak hanya melakukan transaksi jual beli, tetapi juga berinteraksi dengan penduduk lokal, memperkenalkan ajaran Islam, dan membangun hubungan baik. Kesantunan, kejujuran, dan etika berbisnis mereka yang Islami seringkali menjadi daya tarik tersendiri.
Selain perdagangan, peran para ulama dan tokoh agama sangatlah krusial. Mereka mendirikan pesantren, masjid, dan majelis taklim sebagai pusat pembelajaran agama dan interaksi sosial. Di tempat-tempat inilah nilai-nilai Islam diajarkan melalui pengajian, diskusi, dan contoh nyata. Para ulama seperti Sunan Kalijaga, misalnya, dikenal karena kebijaksanaannya dalam berdakwah dengan menggunakan pendekatan budaya lokal, seperti seni pertunjukan wayang kulit, yang sangat digemari masyarakat Jawa. Hal ini menunjukkan kemampuan adaptasi dan kearifan dalam menyampaikan ajaran Islam agar mudah diterima tanpa menghilangkan esensinya.
Sejarah mencatat banyak nama tokoh yang berjasa besar dalam penyebaran Islam. Di Timur Tengah, para sahabat Nabi Muhammad SAW dan tabi'in menjadi pelopor awal penyebaran ajaran Islam ke berbagai wilayah kekhalifahan. Mereka membangun peradaban yang maju, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan mendirikan pusat-pusat keilmuan yang menarik para cendekiawan dari berbagai belahan dunia.
Di Nusantara, sembilan ulama yang dikenal sebagai Walisongo memiliki peran yang sangat signifikan. Mereka tidak hanya menyebarkan Islam melalui pendekatan yang inovatif, tetapi juga berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur seperti masjid dan pondok pesantren, serta mendorong perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat. Nama-nama seperti Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Ampel, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, dan Syekh Maulana Malik Ibrahim, adalah pilar-pilar yang kokoh dalam sejarah Islam di Indonesia. Masing-masing memiliki cara dan strategi dakwah yang unik, namun kesemuanya berlandaskan pada kasih sayang, kebijaksanaan, dan keteladanan.
Di wilayah lain seperti Asia Tenggara daratan, India, Afrika, hingga Eropa, berbagai ulama dan cendekiawan Muslim juga berperan serupa. Mereka berjuang untuk menyebarkan ajaran Islam melalui ilmu, seni, dan diplomasi, membangun jembatan antarbudaya dan meletakkan dasar-dasar peradaban Islam yang kaya. Kisah perjalanan mereka seringkali diwarnai dengan tantangan dan rintangan, namun semangat dakwah mereka tidak pernah padam.
Warisan para penyebar agama Islam tidak hanya terbatas pada ajaran agama itu sendiri. Mereka juga meninggalkan jejak dalam bentuk seni, arsitektur, sistem pendidikan, tata kelola pemerintahan, hingga tradisi masyarakat. Keberadaan masjid-masjid bersejarah dengan arsitektur yang khas, pondok pesantren yang terus mencetak generasi ulama, serta nilai-nilai moral yang dipegang teguh oleh umat Islam, semuanya adalah bukti nyata dari perjuangan para pendahulu.
Di era modern ini, semangat para penyebar Islam terdahulu dapat terus dihidupkan melalui dakwah yang santun, berwawasan luas, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Mempelajari sejarah mereka bukan hanya untuk mengenang jasa, tetapi juga untuk mengambil inspirasi bagaimana Islam dapat terus menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta, membawa kedamaian, ilmu, dan kebaikan di tengah kompleksitas dunia masa kini. Para ulama terdahulu telah meletakkan fondasi yang kokoh, dan kini menjadi tugas kita untuk melanjutkan estafet dakwah ini dengan cara yang sesuai dengan konteks zaman, berlandaskan pada Al-Qur'an dan Sunnah, serta meneladani akhlak Rasulullah SAW.