Ilustrasi: Tanda tanya di tengah lautan pengetahuan agama.
Dalam perjalanan spiritual umat Islam, pertanyaan-pertanyaan yang menantang pemahaman dan logika seringkali muncul. Beberapa di antaranya berkaitan dengan sifat Tuhan, takdir, keadilan ilahi, dan misteri alam semesta yang diciptakan-Nya. Pertanyaan-pertanyaan ini bukan untuk meragukan ajaran agama, melainkan untuk memperdalam refleksi dan keyakinan.
Salah satu area paling kompleks adalah memahami hakikat Allah SWT. Al-Qur'an dan Hadis memberikan gambaran tentang kebesaran, kekuasaan, dan kesempurnaan-Nya, namun zat-Nya sendiri tidak dapat sepenuhnya dijangkau oleh akal manusia. Pertanyaan seperti "Bagaimana bentuk Allah?" atau "Di mana Allah?" seringkali dijawab dengan tegasan bahwa pengetahuan tentang zat-Nya berada di luar kapasitas kita. Al-Qur'an menegaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui" (QS. Al-An'am: 103).
Konsep takdir (qada' dan qadar) adalah salah satu topik yang paling banyak diperdebatkan. Bagaimana mungkin manusia memiliki kehendak bebas jika segala sesuatu sudah ditakdirkan oleh Allah? Jika Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, termasuk dosa yang akan kita perbuat, mengapa kita tetap dimintai pertanggungjawaban? Pertanyaan ini menguji keseimbangan antara kehendak mutlak Tuhan dan tanggung jawab individu. Para ulama telah memberikan berbagai penjelasan, seringkali menekankan bahwa takdir bukan berarti manusia tidak berikhtiar, melainkan segala ikhtiar dan hasilnya sudah diketahui oleh Allah sejak azali. Kunci jawabannya seringkali terletak pada keyakinan bahwa Allah memiliki hikmah yang tak terjangkau oleh akal manusia.
Mengapa orang baik menderita dan orang jahat hidup makmur? Mengapa ada anak-anak yang lahir dalam kemiskinan atau penderitaan? Pertanyaan-pertanyaan tentang keadilan ilahi dalam menghadapi realitas ketidakadilan duniawi bisa sangat membingungkan. Jawaban Islam seringkali mengarahkan pada kehidupan akhirat sebagai arena keadilan sejati, di mana setiap amal sekecil atom akan diperhitungkan. Selain itu, penderitaan di dunia juga bisa menjadi ujian keimanan, penghapus dosa, atau sarana untuk meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah.
Dari mana datangnya kejahatan di dunia? Apakah Allah menciptakan kejahatan? Islam mengajarkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu, namun kejahatan muncul dari pilihan makhluk-Nya, terutama jin dan manusia yang memilih untuk menolak perintah-Nya. Kisah Iblis yang membangkang menjadi contoh bagaimana keangkuhan dan penolakan terhadap kebenaran dapat melahirkan kejahatan. Namun, pertanyaan tentang mengapa Allah membiarkan Iblis ada, padahal Dia Maha Kuasa untuk menghancurkannya, tetap menjadi topik perenungan.
Al-Qur'an seringkali mengajak manusia untuk merenungkan penciptaan langit dan bumi sebagai tanda-tanda kebesaran Allah. Namun, sejauh mana pemahaman manusia tentang alam semesta dan tempat kita di dalamnya, seringkali memunculkan pertanyaan lebih lanjut. Apa sebenarnya tujuan akhir dari semua penciptaan ini? Apakah ada kehidupan di luar Bumi? Walaupun ilmu pengetahuan modern terus mengungkap misteri alam semesta, pemahaman mendalam tentang hikmah di balik penciptaan tersebut tetap menjadi ranah spiritual.
Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab dalam agama Islam sejatinya bukanlah untuk menjerumuskan umat, melainkan untuk mendorong pendalaman iman, keluasan ilmu, dan kerendahan hati di hadapan Kebesaran Ilahi. Jawaban atas sebagian besar pertanyaan tersebut mungkin tidak akan pernah sepenuhnya terkuak di dunia ini, namun proses pencarian dan perenungan itu sendiri adalah bagian dari ibadah yang berharga.