Dalam lautan ayat-ayat Al-Qur'an yang sarat makna, terdapat firman Allah SWT yang mengingatkan kita tentang anugerah rezeki dan kewajiban bersyukur. Surat Al-Baqarah, ayat 172, adalah salah satu ayat yang relevan untuk direnungkan, terutama dalam konteks kehidupan modern yang seringkali dipenuhi dengan kesibukan dan tantangan. Ayat ini menyoroti dua kelompok manusia dan sikap mereka terhadap rezeki yang diberikan Allah.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami berbuat kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami pikul. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."
Ayat ini mengandung dua bagian penting. Bagian pertama menegaskan prinsip keadilan Ilahi yang mutlak: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." Frasa ini adalah sumber ketenangan dan kepastian bagi setiap individu mukmin. Allah, dalam kemahatahuan dan kemahabijaksanaan-Nya, tidak akan pernah menjatuhkan beban atau ujian yang melampaui batas kemampuan hamba-Nya.
Setiap usaha yang kita lakukan, baik itu dalam kebaikan maupun dalam keburukan, akan berimplikasi langsung pada diri kita sendiri. Kebaikan akan mendatangkan pahala, sementara keburukan akan berujung pada siksa. Ini adalah sistem akuntabilitas yang adil, di mana setiap orang bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Ayat ini juga sekaligus menjadi pengingat agar kita senantiasa berusaha melakukan kebaikan dan menjauhi larangan-Nya, karena setiap detik kehidupan adalah investasi untuk akhirat.
Bagian kedua dari ayat ini adalah sebuah doa yang diajarkan Allah kepada hamba-Nya. Doa ini menunjukkan kerendahan hati dan ketergantungan total kepada Sang Pencipta. Para hamba yang beriman memohon agar Allah tidak menghukum mereka karena kelalaian atau kesalahan yang mungkin mereka perbuat, baik disengaja maupun tidak. Mereka juga memohon agar Allah tidak membebani mereka dengan ujian atau cobaan yang terlalu berat, sebagaimana yang pernah dialami oleh umat-umat terdahulu.
Dalam konteks rezeki, ayat ini bisa diartikan secara lebih luas. Allah memberikan rezeki sesuai dengan kemampuan kita untuk mengelolanya. Rezeki tidak hanya berupa materi, tetapi juga kesehatan, kesempatan, ilmu, dan kemampuan untuk beribadah. Ketika kita diberikan kemampuan untuk mencari rezeki, itu adalah amanah yang harus dijalankan dengan cara yang halal dan baik. Tanggung jawab kita adalah menggunakan rezeki tersebut untuk kebaikan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat, serta untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Nya.
Permohonan agar Allah tidak membebani dengan beban yang tidak sanggup dipikul adalah pengakuan atas keterbatasan manusia. Dalam kehidupan, kita pasti akan menghadapi berbagai ujian dan cobaan yang terasa berat. Namun, dengan keyakinan bahwa Allah tidak akan memberi beban melebihi kesanggupan, kita dapat menghadapinya dengan sabar dan tawakal. Doa ini mengajarkan pentingnya berserah diri dan memohon pertolongan kepada Allah di setiap situasi.
Selanjutnya, doa yang memohon ampunan, maaf, dan rahmat adalah inti dari hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. Kesalahan dan dosa adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia. Oleh karena itu, memohon ampunan (istighfar) dan rahmat-Nya adalah kunci keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat. Frasa "Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir" menunjukkan urgensi perlindungan dan pertolongan Allah dalam menghadapi segala bentuk tantangan, termasuk godaan dan tekanan dari pihak-pihak yang menentang kebenaran.
Dalam meniti kehidupan di era modern ini, di mana tekanan ekonomi dan berbagai tantangan lainnya seringkali terasa membebani, Surat Al-Baqarah ayat 172 menjadi pengingat yang sangat berharga. Ia mengajarkan kita untuk senantiasa bersandar pada Allah, menyadari batasan diri, dan memohon pertolongan-Nya dalam segala hal. Dengan memahami dan mengamalkan isi ayat ini, kita diharapkan dapat menjalani kehidupan dengan lebih tenang, penuh syukur, dan senantiasa dalam lindungan serta rahmat Allah SWT.