Al-Qur'an, Cahaya Jiwa

Ilustrasi: Keagungan Al-Qur'an.

Quran Surat Al Bayyinah Ayat 5: Keikhlasan Ibadah & Balasannya

Surat Al-Bayyinah, yang berarti "Bukti yang Nyata", adalah salah satu surat dalam Al-Qur'an yang menekankan pentingnya tauhid (mengesakan Allah) dan penolakan terhadap kemusyrikan. Surat ini turun di Madinah dan memiliki 7 ayat. Di dalam surat ini, Allah SWT menegaskan siapa sebenarnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta balasan yang akan mereka terima. Ayat kelima dari surat Al-Bayyinah memegang peranan krusial dalam memahami inti ajaran ini, yaitu tentang perintah untuk beribadah hanya kepada Allah dengan penuh keikhlasan.

Memahami Inti Ayat 5 Surat Al-Bayyinah

Ayat kelima Surat Al-Bayyinah berbunyi:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Ayat ini secara gamblang menyatakan bahwa tujuan utama penciptaan manusia, yaitu agar mereka beribadah kepada Allah SWT. Namun, ibadah tersebut tidak semata-mata dilakukan, melainkan dengan syarat yang sangat penting: yaitu ikhlas. Kata "mukhlishina" (مُخْلِصِينَ) yang berarti "mengikhlaskan" menjadi kunci utama. Ikhlas berarti membersihkan niat dari segala bentuk pamrih duniawi, ria (ingin dilihat orang lain), atau tujuan lain selain mencari keridhaan Allah semata.

Lebih lanjut, ayat ini juga menegaskan bahwa ibadah yang lurus (hanifaa - حُنَفَاءَ) adalah ibadah yang menyimpang dari segala bentuk kesyirikan dan kebatilan, serta condong kepada agama yang hak. Ini berarti seorang mukmin haruslah teguh pada ajaran Allah dan menjauhi segala bentuk penyimpangan. Perintah untuk mendirikan salat dan menunaikan zakat adalah implementasi konkret dari ibadah yang ikhlas tersebut. Salat adalah hubungan langsung antara hamba dengan Tuhannya, sementara zakat adalah wujud kepedulian sosial yang mencerminkan kesempurnaan iman.

Pentingnya Keikhlasan dalam Beribadah

Keikhlasan adalah pondasi dari setiap amal ibadah yang diterima oleh Allah SWT. Tanpa keikhlasan, amal sekecil apapun bisa menjadi sia-sia di hadapan-Nya. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali yang murni dan hanya mengharap wajah-Nya." (HR. An-Nasai). Pernyataan ini menunjukkan betapa sentralnya posisi ikhlas dalam setiap tindakan kebaikan.

Dalam konteks ayat kelima Al-Bayyinah, keikhlasan bukan hanya sekadar niat di dalam hati, melainkan juga tercermin dalam seluruh aspek ibadah. Ketika seseorang mendirikan salat, ia harus melakukannya karena Allah, bukan karena ingin dipuji sebagai orang yang rajin salat. Ketika ia menunaikan zakat, ia harus memberikannya semata-mata karena perintah Allah dan untuk membantu sesama, bukan karena ingin dianggap dermawan. Ikhlas membebaskan diri dari beban ego dan kepalsuan, sehingga ibadah yang dilakukan benar-benar murni dan bernilai di sisi-Nya.

Balasan bagi Orang yang Beribadah dengan Ikhlas

Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa agama yang lurus, yang dibangun di atas keikhlasan, adalah "dien al-qayyimah" (دِينُ الْقَيِّمَةِ) – agama yang teguh dan lurus. Ini berarti ajaran Islam adalah ajaran yang benar, kokoh, dan tidak berubah. Balasan yang dijanjikan bagi mereka yang menjalankan ajaran ini dengan ikhlas sangatlah besar. Allah SWT berfirman dalam ayat-ayat selanjutnya dari surat Al-Bayyinah bahwa balasan bagi orang-orang beriman dan beramal saleh adalah surga yang kekal, dialiri sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah kemenangan yang besar.

Kehidupan di dunia pun akan terasa lebih ringan dan penuh berkah ketika dijalani dengan niat yang ikhlas. Beban ekspektasi dari manusia hilang, digantikan oleh ketenangan jiwa karena hanya berserah diri kepada Allah. Kesulitan dan cobaan yang dihadapi akan lebih mudah dihadapi karena disadari sebagai ujian dari Sang Pencipta. Oleh karena itu, terus-menerus melatih diri untuk mencapai dan menjaga keikhlasan dalam setiap ibadah dan perbuatan adalah sebuah keniscayaan bagi setiap muslim yang ingin meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dengan merenungi makna mendalam dari quran surat Al Bayyinah ayat 5, kita diingatkan kembali akan esensi ibadah yang sesungguhnya. Ibadah yang tidak hanya sekadar ritual, tetapi sebuah manifestasi dari cinta dan kepatuhan yang tulus kepada Allah SWT. Marilah kita berusaha untuk senantiasa membersihkan hati dan niat kita, agar setiap amal ibadah yang kita lakukan menjadi bekal yang berharga di sisi-Nya.

🏠 Homepage