Simbol visual kontras dan perjalanan spiritual
Surah Al-Baqarah, surah terpanjang dalam Al-Qur'an, menyimpan banyak mutiara hikmah dan pelajaran berharga bagi umat manusia. Di antara ayat-ayatnya yang indah, rentang ayat 16 hingga 20 menawarkan sebuah perenungan mendalam tentang dua jalur kehidupan yang sangat kontras: jalan orang-orang yang beriman dan jalan orang-orang yang kafir. Ayat-ayat ini bukan sekadar narasi, melainkan sebuah gambaran realistis tentang pilihan-pilihan yang kita hadapi dalam kehidupan ini dan konsekuensinya di akhirat kelak.
Ayat 16 Surah Al-Baqarah menggambarkan sebuah skenario di mana orang-orang yang telah memilih kekufuran, mereka yang menolak kebenaran setelah mengetahuinya, akan mendapatkan kerugian yang sangat besar. Mereka menukar petunjuk Allah yang lurus dengan kesesatan yang menyesatkan.
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ ۖ فَمَا رَبِحَت تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
"Merekalah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk."
Ini adalah metafora perdagangan yang sangat kuat. Dalam perdagangan, keuntungan adalah tujuan utama. Namun, dalam pertukaran ini, mereka justru kehilangan modal berharga (petunjuk Allah) dan hanya mendapatkan kerugian (kesesatan). Perdagangan seperti ini adalah kerugian yang paling parah, karena ia bukan hanya berdampak pada kehidupan duniawi, tetapi juga pada keabadian di akhirat. Ketidakmampuan mereka untuk meraih petunjuk Allah menunjukkan bahwa pilihan mereka adalah pilihan yang tanpa panduan, tanpa arah yang benar.
Selanjutnya, ayat 17 dan 18 menggambarkan sebuah fenomena yang lebih kompleks, yaitu kemunafikan. Ayat ini menggunakan perumpamaan tentang nyala api yang menerangi sekitar, namun tak lama kemudian padam, meninggalkan kegelapan pekat.
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَّا يُبْصِرُونَ
"Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat."
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ
"Mereka tuli, bisu, dan buta, maka mereka tidak dapat kembali."
Perumpamaan ini sangat relevan untuk menggambarkan kondisi orang-orang munafik. Mereka mungkin pernah merasakan dan melihat kebenaran (seperti api yang menerangi), atau bahkan sempat berada di lingkungan kaum beriman. Namun, karena hati mereka yang tidak teguh pada iman, mereka kehilangan cahaya itu. Mereka meninggalkan kebenaran dan kembali ke kegelapan keraguan dan kesesatan. Ketulian, kebutaan, dan kebisuan di sini adalah metafora bagi ketidakmampuan mereka untuk mendengar kebenaran, melihat tanda-tanda Allah, dan berbicara dengan jujur tentang keimanan. Akibatnya, mereka tidak dapat kembali ke jalan yang benar.
Ayat 19 dan 20 beralih untuk menggambarkan ujian yang dihadapi oleh orang-orang beriman, namun dengan perspektif yang berbeda. Mereka dihadapkan pada badai kehidupan yang dahsyat, tetapi Allah mengizinkan mereka untuk melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya yang bisa menjadi sumber harapan.
أَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِم مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ ۚ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ
"Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, di dalamnya terdapat kegelapan, guruh, dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya karena petir, (karena) takut akan kematian. Padahal Allah melingkupi orang-orang yang kafir."
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُم مَّشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Hampir saja kilat itu menyambar pandangan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawahnya; dan apabila gelap mendera mereka, mereka berhenti. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."
Perumpamaan hujan badai ini menggambarkan situasi yang penuh ketidakpastian dan ancaman. Kegelapan, guruh, dan kilat melambangkan ujian, godaan, dan bahaya yang mungkin datang silih berganti dalam kehidupan. Orang-orang beriman, seperti orang yang menyumbat telinganya dari petir, berupaya melindungi diri dari bahaya yang mengancam. Namun, perbedaannya adalah bahwa mereka memiliki kesadaran akan kehadiran Allah yang selalu mengawasi, bahkan terhadap orang-orang kafir.
Dalam kondisi seperti ini, mereka bergerak maju saat ada cahaya (petunjuk) dan berhenti saat kegelapan datang (ketika ujian terlalu berat). Ini menunjukkan kemampuan adaptasi dan kehati-hatian mereka. Penting untuk dicatat bahwa semua ini terjadi atas kehendak Allah. Allah berkuasa penuh untuk melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka, namun Dia tidak melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa ujian yang diberikan adalah bagian dari rencana-Nya, dan orang-orang beriman diberi kesempatan untuk belajar dan bertumbuh melaluinya. Keberadaan Allah yang Maha Kuasa memberikan rasa aman sekaligus kesadaran akan keterbatasan diri.
Ayat-ayat Surah Al-Baqarah 16-20 memberikan kita pelajaran fundamental:
Dengan memahami dan merenungkan ayat-ayat ini, semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk memilih jalan kebenaran, menjauhi kemunafikan, dan bersabar dalam menghadapi setiap ujian kehidupan, semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.