Kisah mengenai sapi (Al-Baqarah) merupakan salah satu narasi paling ikonik dalam Al-Qur'an, mengisi sebagian besar surah kedua. Di antara rentetan ayat-ayatnya, bagian yang mencakup ayat 71 hingga 80 menawarkan pelajaran mendalam tentang kepatuhan, kehati-hatian, dan tanda-tanda kekuasaan Allah. Ayat-ayat ini menceritakan permintaan Bani Israil untuk menyembelih seekor sapi dan interaksi mereka dengan Nabi Musa AS yang penuh dengan pertanyaan dan keraguan.
Kisah ini bermula ketika terjadi kasus pembunuhan misterius di kalangan Bani Israil. Seorang kerabat kaya dibunuh, dan pelakunya tidak diketahui. Agar kebenaran terungkap dan keadilan ditegakkan, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk meminta kaumnya menyembelih seekor sapi. Perintah ini terdengar sederhana, namun respons Bani Israil justru menunjukkan sifat mereka yang sering kali berbelit-belit dan mencoba mencari jalan pintas atau dispensasi.
Allah berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: 'Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.' Mereka berkata: 'Mengapa kamu menjadikan kami lelucon?' Musa menjawab: 'Aku berlindung kepada Allah agar aku tidak termasuk orang-orang yang bodoh.'"
"Dan ketika Musa berkata kepada kaumnya, 'Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyembelih seekor sapi.' Mereka berkata, 'Apakah engkau akan menjadikan kami bahan olok-olokan?' Dia (Musa) menjawab, 'Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang bodoh.'"
Ayat-ayat ini menggambarkan kekecewaan awal Bani Israil yang menganggap perintah tersebut sebagai lelucon. Mereka mungkin mengharapkan perintah yang lebih jelas atau cara yang lebih mudah untuk mengungkap pembunuh. Nabi Musa AS dengan tegas menolak tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa ia berbicara atas perintah Allah.
Selanjutnya, mereka meminta kriteria sapi tersebut:
"Mereka berkata: 'Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menjelaskan apa jenis sapi itu bagi kami.' Musa berkata: 'Sesungguhnya Allah berfirman: '(Sapi) itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak terlalu muda; (tetapi) pertengahan di antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.'"
"Mereka berkata, 'Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan apa warnanya.' Musa menjawab, 'Sesungguhnya Dia berfirman, (sapi) itu adalah sapi betina yang kuning, yang warnanya bagus lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.'"
Meskipun telah diberi penjelasan mengenai usia sapi, Bani Israil tidak berhenti di situ. Mereka terus mengajukan pertanyaan lebih lanjut, menunjukkan keengganan mereka untuk melaksanakan perintah begitu saja. Ini menunjukkan sifat mereka yang cenderung mempersulit diri sendiri dan mencari celah.
Perilaku Bani Israil yang terus-menerus bertanya membuat hati mereka menjadi keras:
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan di antaranya ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan di antaranya ada yang jatuh tergelincir karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan."
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Dan di antara batu-batu itu ada yang memancarkan sungai, dan di antaranya ada yang terbelah lalu keluarlah mata air, dan di antaranya ada yang runtuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan."
Ayat ini merupakan peringatan keras dari Allah SWT mengenai bahaya hati yang keras dan enggan patuh. Kekerasan hati ini membuat mereka tidak peka terhadap tanda-tanda kebesaran Allah dan semakin menjauhkan diri dari rahmat-Nya. Bahkan batu pun bisa terbelah dan memancarkan air karena tunduk pada hukum alam dan kehendak Allah, namun hati mereka yang seharusnya lebih peka justru mengeras.
Selanjutnya, Allah menggambarkan konsekuensi dari kekerasan hati tersebut:
"Maka apakah kamu mengharapkan agar mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, sedang mereka mengetahuinya."
"Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, sedang mereka mengetahui?"
Ayat ini menegaskan bahwa sebagian dari mereka sengaja mengubah firman Allah setelah memahaminya. Ini adalah bentuk pembangkangan yang lebih serius, bukan hanya keengganan, tetapi juga manipulasi ajaran Ilahi. Hal ini menunjukkan betapa dalamnya jurang pemisah antara mereka dan kebenaran.
Meskipun demikian, sebagian dari mereka akhirnya berusaha untuk memenuhi perintah, namun dengan cara yang menyulitkan:
"Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: 'Kami telah beriman.' Tetapi apabila sebahagian mereka berasingan dengan sebahagian yang lain, mereka berkata: 'Apakah kamu akan menceritakan kepada mereka apa yang telah dijelaskan Allah kepadamu, agar mereka dapat membantah kamu dengan kitab (Taurat) di sisi Tuhanmu? Apakah kamu tidak memahaminya?'"
"Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, 'Kami telah beriman.' Tetapi apabila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka berkata, 'Sesungguhnya kami bersama kamu, sesungguhnya kami hanya mengolok-olok.'"
Kisah kemudian berlanjut pada upaya mereka untuk menemukan sapi yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan. Upaya ini akhirnya membuahkan hasil, namun penemuan sapi yang tepat pun menjadi momen yang sarat pelajaran:
"Dan ingatlah ketika Musa membunuh seorang diri, lalu kamu saling membunuh (érique), sedang Allah menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan. Maka Kami berfirman: 'Pukullah mayat itu dengan sebagian sapi betina itu.' Demikianlah Allah menghidupkan orang-orang mati, dan Allah memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti."
"Dan (ingatlah) ketika Musa membunuh seorang laki-laki, lalu kamu saling menyalahkan (tentang dia). Padahal Allah akan menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan. Maka Kami berfirman, 'Pukullah mayat itu dengan sebagian sapi betina itu.' Demikianlah Allah menghidupkan orang-orang mati, dan Allah memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti."
Puncak dari kisah ini adalah ketika mayat orang yang terbunuh dihidupkan kembali setelah dipukul dengan bagian dari sapi tersebut, sehingga pelakunya terungkap. Ini adalah mukjizat luar biasa yang menunjukkan kekuasaan mutlak Allah untuk menghidupkan dan mematikan, serta mengungkap kebenaran.
Kisah Surah Al-Baqarah ayat 71-80 memberikan banyak pelajaran penting:
Melalui kisah sapi ini, Allah SWT mendidik Bani Israil dan seluruh umat manusia tentang pentingnya keyakinan yang tulus, kepatuhan yang murni, dan kehati-hatian dalam beragama. Ayat-ayat ini tetap relevan hingga kini sebagai pengingat akan nilai-nilai fundamental dalam hubungan manusia dengan Sang Pencipta.