Surah Al-Bayyinah, yang sering disebut dengan bacaan awal ayatnya, "Lam yakunil ladziina kafaruu" (Surah ke-98 dalam Al-Qur'an), adalah salah satu surah Madaniyyah yang memiliki pesan fundamental tentang kebenaran Islam dan konsekuensi dari kekafiran. Surah ini bukan hanya sekadar bacaan, melainkan sebuah ajakan untuk merenungkan hakikat iman, bukti-bukti kenabian, dan perbedaan mendasar antara orang yang beriman dan orang yang ingkar. Dengan penekanan pada kejelasan (bayyinah) yang dibawa oleh para rasul, surah ini menjadi peneguh bagi kaum mukminin dan peringatan keras bagi mereka yang menolak kebenaran.
Secara harfiah, "Lam yakunil ladziina kafaruu min ahlil kitaabi wal musyrikiina munfakkhiina hatta ta'tiyahumul bayyinah" berarti "Orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak akan mengingkari (ajaran-ajaran Allah) sampai datang kepada mereka bukti yang nyata." Ayat pembuka ini langsung menggarisbawahi inti dari surah ini: kedatangan 'bukti yang nyata' (al-bayyinah) yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Bukti ini adalah risalah Islam itu sendiri, Al-Qur'an, dan pribadi Rasulullah sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan.
Surah ini membagi manusia menjadi dua golongan utama: orang yang beriman dan beramal saleh, serta orang yang kafir dan ingkar. Bagi golongan pertama, Allah menjanjikan balasan yang berlimpah di akhirat. Mereka adalah sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya. Balasan mereka adalah surga 'Adn yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, Allah rida kepada mereka, dan mereka pun rida kepada-Nya. Ini adalah puncak kebahagiaan yang tak terbayangkan, sebuah anugerah dari Sang Pencipta bagi hamba-Nya yang tulus beriman dan beramal saleh.
Sebaliknya, bagi golongan yang kedua, yaitu orang-orang yang kufur dan enggan menerima kebenaran, ancaman azab yang pedih telah disiapkan. Tempat kembali mereka adalah neraka Jahanam, tempat yang kekal di mana mereka akan mengalami siksaan yang tidak pernah berakhir. Penolakan terhadap bukti yang jelas, yaitu Islam dan Al-Qur'an, akan membawa mereka pada kehancuran abadi.
Salah satu poin penting yang ditekankan dalam surah ini adalah penolakan orang-orang ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) dan kaum musyrikin untuk memisahkan diri dari kemusyrikan dan kesesatan, meskipun telah datang bukti yang jelas. Mereka tetap teguh pada keyakinan nenek moyang mereka dan menolak kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya sifat kesombongan dan keengganan untuk menerima kebenaran yang datang dari luar tradisi mereka.
Surah Al-Bayyinah mengingatkan kita akan pentingnya memahami hakikat iman yang sesungguhnya. Iman bukan sekadar pengakuan lisan, melainkan harus disertai dengan keyakinan hati yang mendalam dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang saleh. Amal saleh di sini mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari ibadah ritual hingga muamalah (interaksi sosial) yang sesuai dengan ajaran Islam.
Selain itu, surah ini juga mengajarkan kita untuk selalu terbuka terhadap kebenaran. Sejarah telah membuktikan bahwa banyak umat terdahulu yang celaka karena menolak kebenaran yang datang kepada mereka, baik karena kesombongan, fanatisme golongan, maupun ketakutan akan perubahan. Kita sebagai umat Islam patut bersyukur atas nikmat hidayah yang telah Allah berikan, dan hendaknya kita senantiasa menjaga serta meningkatkan keimanan kita agar termasuk dalam golongan sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya.
Keindahan Surah Al-Bayyinah tidak hanya terletak pada pesannya yang tegas dan jelas, tetapi juga pada keagungan firman Allah yang mengandung hikmah mendalam. Membaca, merenungkan, dan mengamalkan isi surah ini akan memberikan pencerahan spiritual dan menguatkan fondasi keimanan kita dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Surah ini adalah mercusuar yang menerangi jalan kebenaran, sebuah pengingat abadi tentang konsekuensi dari pilihan hidup kita di dunia dan akhirat.
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
لَمْ يَكُنِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَـٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ مُنفَكِّينَ حَتَّىٰ تَأْتِيَهُمُ ٱلْبَيِّنَةُ
Orang-orang kafir dari ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa) mereka tidak akan berpisah (dari kekafiran mereka), sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata.
رَسُولٌ مِّنَ ٱللَّهِ يَتْلُوا۟ صُحُفًا مُّطَهَّرَةً
(Yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al-Qur'an).
فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ
Di dalamnya terdapat kitab-kitab yang lurus (benar).
وَمَا تَفَرَّقَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ ٱلْبَيِّنَةُ
Dan tidaklah ber-beda-beda orang-orang yang diberi Kitab itu, kecuali sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَـٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَـٰلِدِينَ فِيهَآ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمْ شَرُّ ٱلْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari ahli Kitab dan orang-orang musyrik (berada) di neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمْ خَيْرُ ٱلْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
جَزَآؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّـٰتُ عَدْنٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِىَ رَبَّهُۥ
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.