Surat Al Baqarah, surat terpanjang dalam Al-Qur'an, merupakan permata risalah Islam yang sarat dengan ajaran, kisah, dan petunjuk. Di antara ayat-ayatnya yang penuh hikmah, terdapat rentetan ayat dari nomor 40 hingga 60 yang secara spesifik menyoroti kisah Bani Israil dan peringatan keras dari Allah SWT. Bagian ini sering menjadi rujukan penting untuk memahami sejarah perjuangan umat terdahulu, konsekuensi dari pengingkaran, serta pentingnya bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya. Memahami makna dan pesan di balik ayat-ayat ini memberikan pelajaran berharga bagi umat Islam di seluruh zaman.
Berikut adalah teks Latin dari Surat Al Baqarah ayat 40 hingga 60, beserta terjemahannya, yang memaparkan berbagai perintah, larangan, dan peringatan Allah kepada Bani Israil. Ayat-ayat ini sering kali dibahas dalam konteks sejarah kenabian dan menjadi pengingat bagi umat Islam akan pentingnya ketaatan dan keimanan.
يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتِىَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا۟ بِعَهْدِىٓ أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّٰىَ فَٱرْهَبُونِ
Yā banī isrāʼīla ʼżkurū niʻmatī − ʼallatī ʼanʻamtu ʻalaikum waʼūfū biʻahdī ʼūfi biʻahdikum waʼiyyāya farhabūn
40. Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu, dan penuhilah janji-Ku (dengan menaati-Ku), Aku akan penuhi janji-Ku (dengan memberikan balasan)-Mu, dan hanya kepada-Ku lah hendaknya kamu takut.
وَءَامِنُوا۟ بِمَآ أَنزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ وَلَا تَكُونُوٓا۟ أَوَّلَ كَافِرٍۭ بِهِۦ ۖ وَلَا تَشْتَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِى ثَمَنًا قَلِيلًا وَإِيَّٰىَ فَٱتَّقُونِ
Waʼāminū bimā ʼanzaltu muṣaddiqan limā maʻakum walā takūnū ʼawwala kāfirin bihī ۖ walā tashtarū biʼāyātī ṯamanan qalīlan waʼiyyāya fattagūn
41. Dan berimanlah kepada apa (Al-Qur'an) yang telah Aku turunkan yang membenarkan apa (Taurat) yang ada padamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit, dan hanya kepada-Ku lah hendaknya kamu bertakwa.
وَلَا تَلْبِسُوا۟ ٱلْحَقَّ بِٱلْبَٰطِلِ وَتَكْتُمُوا۟ ٱلْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Walā talbisū al-ḥaqqa bil-bāṭili wa-taktumū al-ḥaqqa waʼantum taʻlamūn
42. Dan janganlah kamu campurkan kebenaran dengan kebatilan dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran, sedang kamu mengetahuinya.
وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ
Waʼaqīmū aṣ-ṣalāta waʼātū az-zakāta warkāʻū maʻa ar-rākiʻīn
43. Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.
أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Ataʼmurūna an-nāsa bil-birri wa-tansawna ʼanfusakum waʼantum tatlūna al-kitāb ۚ ʼAfalā taʻqilūn
44. Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?
وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ
Wastaʻīnū bi-aṣ-ṣabri wa-aṣ-ṣalāti ۚ waʼinnahā lakabīratun ʼillā ʻalā al-khāshiʻīn
45. Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya salat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُوا۟ رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
Allaḏīna yaẓunnūna ʼannahum mulāqū rabbihim waʼannahum ʼilayhi rājiʻūn
46. (Yaitu) orang-orang yang menyangka bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhan mereka, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتِىَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّى فَضَّلْتُكُمْ عَلَى ٱلْعَٰلَمِينَ
Yā banī isrāʼīla ʼżkurū niʻmatī − ʼallatī ʼanʻamtu ʻalaikum waʼannī faḍḍaltukum ʻalā al-ʻālamīn
47. Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah) bahwa Aku telah melebihkan kamu atas umat-umat (lain) pada masa itu.
وَٱتَّقُوا۟ يَوْمًا لَّا تَجْزِى نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْـًٔا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَٰعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ
Wattaqū yawman lā ta jzī nafsun ʻan nafsin šayʼan walā yuqbalu minhā šafāʻatun walā yuʼkhadhu minhā ʻadlun walā hum yunṣarūn
48. Dan takutlah kepada suatu hari (Kiamat), ketika seorang tidak dapat membela orang lain sedikit pun, dan (pula) tidak diterima syafaat daripadanya, dan (pula) tidak diterima tebusan daripadanya, dan mereka (orang-orang yang bersalah) tidak akan mendapat pertolongan.
وَإِذْ نَجَّيْنَٰكُم مِّنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوٓءَ ٱلْعَذَابِ يُقَتِّلُونَ أَبْنَآءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَآءَكُمْ ۚ وَفِى ذَٰلِكُم بَلَآءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ
Waʼiḏ najjaynākum min ʼāli firʻawna yasūmūnakum sūʼa al-ʻaḏābi yuqattilūna ʼabnāʼakum wa-yastaḥyūna nisāʼakum ۚ wa-fī ḏālikum balāʼun mir rabbikum ʻaẓīm
49. Dan (ingatlah), ketika Kami menyelamatkan kamu dari kaum Firaun, yang memperlakukan kamu dengan siksaan yang buruk, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu.
وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ ٱلْبَحْرَ فَأَنجَيْنَٰكُمْ وَأَغْرَقْنَآ ءَالَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ
Waʼiḏ faraqnā bikumu al-baḥra faʼanjaynākum waʼaġraqnā ʼāla firʻawna waʼantum tanẓurūn
50. Dan (ingatlah), ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya, sedang kamu menyaksikan.
وَإِذْ وَٰعَدْنَا مُوسَىٰٓ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ ٱتَّخَذْتُمُ ٱلْعِجْلَ مِنۢ بَعْدِهِۦ وَأَنتُمْ ظَٰلِمُونَ
Waʼiḏ wāʻadnā mūsā ʼarbaʻīna laylatan ṯumma attakhaḏtum al-ʻijla min baʻdihī waʼantum ẓālimūn
51. Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (untuk memberikan Taurat) selama empat puluh malam, kemudian kamu (Bani Israil) menjadikan (patung) anak lembu (sebagai sembahan) setelah (kematian) Musa, dan kamu adalah orang-orang zalim.
ثُمَّ عَفَوْنَا عَنكُم مِّنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Ṯumma ʻafawnā ʻankum mim baʻdi ḏālika laʻallakum taškūrūn
52. Kemudian setelah itu Kami maafkan kamu, agar kamu bersyukur.
وَإِذْ ءَاتَيْنَا مُوسَى ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Waʼiḏ ʼātaynā mūsā al-kitāba wal-furqāna laʻallakum tahtadūn
53. Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan kitab (Taurat) dan Al-Furqaan (pembeda antara yang hak dan batil) kepada Musa, agar kamu mendapat petunjuk.
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِۦ يَٰقَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنفُسَكُم بِٱتِّخَاذِكُمُ ٱلْعِجْلَ فَتُوبُوٓا۟ إِلَىٰ بَارِئِكُمْ فَٱقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِندَ بَارِئِكُمْ ۖ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
Waʼiḏ qāla mūsā liqawmihī yā qawmi ʼinnakum ẓalamtum ʼanfusakum bi-ʼttikhāḏikum al-ʻijla fatūbū ʼilā bāriʼikum faqtulū ʼanfusakum ۚ ḏālikum khayrun lakum ʻinda bāriʼikum ۖ fatāba ʻalaikum ۚ ʼinnahu huwa at-tawwābu ar-raḥīm
54. Dan ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak lembu (untuk disembah), maka bertobatlah kepada Penciptamu, dan bunuhlah dirimu. Itulah yang lebih baik bagimu di sisi Pencipta-mu." Maka Dia menerima tobatmu. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
وَإِذْ قُلْتُمْ يَٰمُوسَىٰ لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى ٱللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ ٱلصَّٰعِقَةُ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ
Waʼiḏ qultum yā mūsā lan nuʼmina laka ḥattā narā allāha jahratan faʼakhaḏatkum aṣ-ṣāʻiqatu waʼantum tanẓurūn
55. Dan ketika kamu berkata, "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang," maka lantaran itu halilintar menyambarmu, sedang kamu melihatnya.
ثُمَّ بَعَثْنَٰكُمْ مِّنۢ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Ṯumma baʻaṯnākum mim baʻdi mawtikum laʻallakum taškūrūn
56. Sesudah itu Kami hidupkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ ٱلْغَمَامَ وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ ٱلْمَنَّ وَٱلسَّلْوَىٰ ۖ كُلُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقْنَٰكُمْ ۚ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِن كَانُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Wa-ẓallalnā ʻalaikumu al-ġamāma waʼanzalnā ʻalaikumu al-manna was-salwā ۖ kulū min ṭayyibāti mā razaqnākum ۚ wa mā ẓalūmūnā wa-lākin kānū ʼanfusahum yaẓlimūn
57. Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan salwa. (Firman Allah): "Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepada kamu." Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya diri sendiri.
وَإِذْ قُلْنَا ٱدْخُلُوا۟ هَٰذِهِ ٱلْقَرْيَةَ فَكُلُوا۟ مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَٱدْخُلُوا۟ ٱلْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا۟ حِطَّةٌ نَّغْفِرْ لَكُمْ خَطَٰيَٰكُمْ ۚ وَسَنَزِيدُ ٱلْمُحْسِنِينَ
Waʼiḏ qulnā odkhulū hāḏihi al-qaryata fa-kulū minhā ḥaiṯu šiʼtum raġadan wadkhulū al-bāba sujjadan wa-qūlū ḥiṭṭatun naġfirlakum ḵaṭāyākum ۚ wa sa-nazīdu al-muḥsinīn
58. Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman, "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah darinya apa saja yang kamu sukai dengan senang di mana saja yang kamu ingini. Dan masuklah kamu melalui pintu gerbangnya dengan sujud, dan katakanlah (bacaan) 'hiththah', niscaya akan Kami ampuni dosa-dosamu." Dan kelak akan Kami tambah balasan bagi orang-orang yang berbuat baik.
فَبَدَّلَ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ قَوْلًا غَيْرَ ٱلَّذِى قِيلَ لَهُمْ فَأَنزَلْنَا عَلَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ رِجْزًا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ بِمَا كَانُوا۟ يَفْسُقُونَ
Fa-baddala llaḏīna ẓalamū qawlan ġayra llaḏī qīla lahum fa-ʼanzalnā ʻalā llaḏīna ẓalamū rijzan min as-samāʼi bimā kānū yafsuqūn
59. Maka orang-orang zalim mengganti perintah yang ke luar dari mereka dengan perintah yang tidak mereka anggap (sebagai): "Kami turunkan atas orang-orang zalim itu siksaan dari langit karena mereka berbuat fasik."
وَإِذِ ٱسْتَسْقَىٰ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِۦ فَقُلْنَا ٱضْرِب بِّعَصَاكَ ٱلْحَجَرَ ۖ فَٱنفَجَرَتْ مِنْهُ ٱثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۖ قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ ۚ كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ مِن رِّزْقِ ٱللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
Waʼiḏi s-tasaqyā mūsā liqawmihī fa-qulnā iḍrib bi-ʻaṣāka al-ḥajara ۖ fa-nfajarat minhu iṯnatā ʻašrata ʻaynan ۖ qad ʻalima kullu ʼunāsin mašrabahum ۚ kulū wa-šrabū mir rizqi allāhi walā taʻṯaw fī al-ʼarḍi mufsidīn
60. Dan (ingatlah), ketika Musa memohon air untuk minum kaumnya, lalu Kami berfirman, "Pukullah batu itu dengan tongkatmu." Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya. (Allah berfirman), "Makanlah dan minumlah dari rezeki (yang telah disediakan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di bumi sambil berbuat kerusakan."
Rentetan ayat Al Baqarah 40-60 ini memberikan banyak pelajaran penting. Pertama, penekanan pada pengingatan nikmat Allah dan pemenuhan janji adalah pondasi keimanan yang kokoh. Allah mengingatkan Bani Israil akan nikmat-nikmat-Nya yang tak terhitung, mulai dari penyelamatan dari penindasan Firaun, terbelahnya Laut Merah, hingga diturunkannya wahyu. Ini mengajarkan kita untuk senantiasa bersyukur dan tidak melupakan jasa Allah dalam setiap langkah kehidupan.
Kedua, perintah untuk beriman pada Al-Qur'an yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya adalah bukti universalitas risalah Islam. Pesan ini relevan bagi seluruh umat manusia, bahwa Al-Qur'an bukan sekadar kitab baru, melainkan penyempurna ajaran ilahi yang telah ada. Larangan mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan menyembunyikan ilmu juga menjadi peringatan keras terhadap perilaku para ulama dan pemuka agama yang tidak amanah.
Ketiga, penegasan pentingnya salat dan zakat sebagai pilar ibadah, serta rukuk bersama orang-orang yang taat, menunjukkan betapa pentingnya ibadah komunal dalam Islam. Ironisnya, ayat 44 menyindir keras fenomena kemunafikan, yaitu menyuruh orang berbuat baik sementara diri sendiri lalai. Ini mengingatkan kita untuk introspeksi diri dan menjadikan ibadah sebagai bukti nyata dalam tindakan.
Kisah-kisah mengenai pengingkaran Bani Israil, seperti membuat patung anak lembu, permintaan melihat Allah secara langsung, hingga perubahan kata-kata mereka, menggambarkan betapa mudahnya manusia terjerumus dalam kesesatan jika tidak teguh pada ajaran. Namun, di balik itu semua, selalu ada pintu tobat yang terbuka, sebagaimana Allah mengampuni mereka setelah melakukan kesalahan yang fatal tersebut. Ini adalah janji Allah bahwa Dia Maha Penerima tobat dan Maha Penyayang.
Terakhir, ayat-ayat ini menunjukkan bagaimana Allah memenuhi kebutuhan umat-Nya dalam kesulitan, seperti menaungi dengan awan dan menurunkan makanan anugerah (manna dan salwa). Ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang tak terbatas, namun tetap menuntut hamba-Nya untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi setelah segala kemudahan yang diberikan. Memahami dan merenungi ayat-ayat Al Baqarah 40-60 ini adalah jendela untuk memahami sejarah umat terdahulu, sekaligus membekali diri dengan keimanan yang lebih kuat dan kesadaran akan pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.