Surat Al Bayyinah Ayat 1-4: Kejelasan yang Memisahkan

Kejelasan Iman & Kebaikan

Ilustrasi: Tanda Kejelasan dan Kebenaran

Surat Al Bayyinah, yang berarti "Bukti yang Nyata" atau "Yang Memisahkan", adalah surat ke-98 dalam Al-Qur'an. Surat ini memiliki kedalaman makna yang luar biasa, terutama pada empat ayat pertamanya yang membahas tentang hakikat orang-orang yang beriman dan kafir di sisi Allah. Ayat-ayat ini menegaskan bahwa keimanan yang benar adalah yang bersumber dari petunjuk ilahi, bukan sekadar pengakuan lisan tanpa dasar.

Ayat 1: Penegasan dari Sang Pencipta

لَمْ يَكُنِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَـٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ مُنفَكِّينَ حَتَّىٰ تَأْتِيَهُمُ ٱلْبَيِّنَةُ
"Orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak akan terperikan (dari kekafirannya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,"

Ayat pertama ini membuka pembahasan dengan pernyataan tegas bahwa kelompok-kelompok yang mengingkari kebenaran, baik dari kalangan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) maupun kaum musyrik (penyembah berhala), tidak akan pernah melepaskan diri dari kesesatan mereka sampai datangnya bukti yang jelas. "Bukti yang nyata" di sini merujuk pada kedatangan seorang rasul dengan mukjizat yang hakiki, yang membawa ajaran dari Tuhan semesta alam. Ini menunjukkan bahwa perubahan hati dan pikiran dari kekafiran menuju keimanan memerlukan adanya pencerahan yang konkret dan tak terbantahkan.

Ayat 2: Utusan Allah dan Kitab Suci

رَسُولٌ مِّنَ ٱللَّهِ يَتْلُوٓا۟ صُحُفًۭا مُّطَهَّرَةً
"yaitu seorang rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan (ayat-ayat) Al Quran yang disucikan."

Ayat kedua menjelaskan lebih lanjut tentang apa bukti nyata itu. Ia adalah seorang utusan dari Allah, yaitu Nabi Muhammad SAW, yang membacakan wahyu-wahyu Allah yang suci dan bersih. Al-Qur'an yang dibacakan oleh beliau adalah bukti itu sendiri. Sifat "disucikan" (muthahharah) menunjukkan bahwa Al-Qur'an bebas dari keraguan, kebohongan, dan segala bentuk penyimpangan. Ia adalah sumber kebenaran murni yang datang langsung dari Tuhan. Dengan demikian, Al-Qur'an menjadi bukti paling agung yang membuktikan kebenaran kerasulan Nabi Muhammad dan ajaran Islam.

Ayat 3: Isi Kitab yang Mulia

فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ
"di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar)."

Ayat ketiga menegaskan kembali kandungan dari kitab suci yang dibacakan tersebut. Di dalam Al-Qur'an terdapat kitab-kitab atau ajaran-ajaran yang lurus dan benar (qayyimah). Istilah "qayyimah" mengandung makna lurus, tegak, kokoh, dan mengandung nilai-nilai kebaikan yang abadi. Ini berarti bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW melalui Al-Qur'an bukanlah ajaran yang sembarangan, melainkan ajaran yang memiliki prinsip-prinsip kehidupan yang lurus, adil, dan membawa kebaikan bagi umat manusia di dunia dan akhirat. Ajaran ini akan membimbing manusia ke jalan yang benar, menjauhkan dari kesesatan dan kebatilan.

Ayat 4: Perpecahan Akibat Ingkar

وَمَا تَفَرَّقَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ ٱلْبَيِّنَةُ
"Dan tidaklah berpecah-belah (menjadi beberapa golongan) orang-orang yang telah diberi Kitab sehingga datang kepada mereka bukti yang nyata."

Ayat keempat melanjutkan penjelasan mengenai dampak dari bukti yang nyata tersebut. Dikisahkan bahwa perpecahan yang terjadi di kalangan Ahli Kitab (menjadi berbagai aliran dan keyakinan yang berbeda) tidak terjadi begitu saja, melainkan justru setelah datangnya bukti yang jelas dari Allah. Ini menyiratkan bahwa adanya kebenaran tunggal dari Allah seharusnya menyatukan, namun karena sifat manusia yang kadang cenderung mengikuti hawa nafsu atau mencari keuntungan duniawi, bahkan kebenaran yang jelas pun bisa menimbulkan perpecahan ketika ada pihak yang menolak atau menafsirkannya secara menyimpang. Mereka yang menolak bukti nyata ini akan terus berada dalam perpecahan dan ketidakjelasan.

Keempat ayat pertama Surat Al Bayyinah ini memberikan fondasi yang kuat dalam memahami hakikat keimanan. Ia mengajarkan bahwa keimanan yang sejati adalah yang didasari oleh bukti-bukti yang jelas dari Allah, yaitu melalui utusan-Nya dan kitab suci-Nya yang diturunkan dengan tujuan membawa petunjuk dan kebaikan. Penolakan terhadap bukti ini akan menjauhkan manusia dari kebenaran dan justru menjerumuskan ke dalam kekafiran serta perpecahan.

🏠 Homepage