Surat Al-Bayyinah, yang berarti "Pembuktian," adalah salah satu surat Madaniyyah dalam Al-Qur'an yang menekankan pentingnya keimanan dan penolakan terhadap kesesatan. Surat ini secara keseluruhan merupakan bukti nyata (bayyinah) atas kebenaran ajaran Islam. Salah satu ayat yang paling fundamental dan mendalam dalam surat ini adalah ayat kedua.
رَسُولٌ مِّنَ ٱللَّهِ يَتْلُوٓا۟ صُحُفًا مُّطَهَّرَةً
"rasul (utusan) dari Allah yang membacakan lembaran-lembaran yang suci."
Ayat kedua dari Surat Al-Bayyinah ini secara tegas menyatakan identitas dan tugas seorang utusan dari Allah. Pernyataan ini merujuk kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh umat manusia. Kata "rasul" sendiri mengandung makna seorang utusan yang diutus dengan membawa pesan atau wahyu dari Yang Maha Kuasa.
Poin penting lainnya yang disorot dalam ayat ini adalah sifat dari apa yang dibacakan oleh sang rasul, yaitu "shuhufan muthaharah" atau lembaran-lembaran yang suci. Istilah "shuhuf" merujuk pada kumpulan wahyu yang diturunkan Allah, yang bisa berupa lembaran-lembaran atau naskah-naskah. Kata "muthaharah" (disucikan) memiliki makna yang sangat luas. Pertama, ia menyucikan dari segala bentuk kebatilan, keraguan, atau ketidakmurnian yang mungkin ada dalam ajaran-ajaran atau kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur'an sebagai wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah murni, tidak bercampur dengan kesesatan atau penyimpangan.
Kedua, "muthaharah" juga menyiratkan kesucian dari dosa dan noda. Wahyu yang dibawa oleh Rasulullah adalah kalamullah yang suci, bebas dari kesalahan manusia. Inilah yang menjadikannya sebagai sumber kebenaran yang absolut dan dapat dipercaya sepenuhnya. Ayat ini menegaskan bahwa apa yang dibacakan oleh Rasulullah bukanlah sekadar perkataan biasa, melainkan berasal langsung dari Allah dan terbebas dari segala cela.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini juga mengindikasikan bahwa Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad merupakan agama yang membawa kesucian, baik dalam akidah, syariah, maupun akhlak. Ia membersihkan hati dari syirik, membersihkan jiwa dari kekufuran, dan membersihkan masyarakat dari kezaliman dan kemaksiatan. Al-Qur'an adalah panduan hidup yang suci, membimbing manusia menuju jalan kebaikan dan kebenaran.
Ayat ini memberikan dua pesan utama. Pertama, pentingnya mengenali dan mengakui kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai utusan Allah. Kedua, pentingnya meyakini kesucian dan kebenaran Al-Qur'an sebagai wahyu yang diturunkan kepadanya. Keimanan yang benar tidak akan terwujud kecuali dengan menerima kedua hal ini.
Bagi umat Islam, ayat ini menjadi pengingat yang kuat untuk terus mentadabburi Al-Qur'an, menjaga kesucian diri dan hati dalam mengamalkannya, serta menjadikannya sebagai pedoman utama dalam setiap aspek kehidupan. Sebaliknya, bagi mereka yang menolak kebenaran ini, ayat ini menjadi bukti atas penolakan mereka terhadap risalah ilahi yang jelas dan suci.
Memahami Surat Al-Bayyinah ayat 2 secara mendalam mengajak kita untuk merenungkan kembali hakikat keimanan kita. Apakah kita telah benar-benar meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah? Apakah kita telah menempatkan Al-Qur'an sebagai sumber utama petunjuk dan kebenaran yang suci? Ayat ini adalah pembuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam tentang surat Al-Bayyinah yang mengingatkan kita pada kebenaran mutlak dari Allah SWT.
Di akhir surat Al-Bayyinah, Allah memberikan gambaran tentang balasan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta balasan bagi mereka yang ingkar. Ayat kedua ini merupakan pondasi penting dalam memahami argumen-argumen yang disampaikan dalam surat tersebut, menegaskan sumber kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu wahyu Allah yang suci.
Baca Ayat Lengkap di Quran.com