Simbol kejelasan dan kebaikan.
Surat Al Bayyinah, yang berarti "Bukti yang Nyata", adalah salah satu surat dalam Al-Qur'an yang memiliki kedalaman makna luar biasa. Terdiri dari sepuluh ayat, surat ini secara tegas menjelaskan perbedaan fundamental antara orang yang beriman dan orang yang tidak beriman, serta konsekuensi dari kedua pilihan tersebut. Keindahan dan kekuatannya terasa kian mendalam ketika kita memperhatikan bagaimana surat ini diakhiri dengan sebuah lafal yang mengingatkan kita pada janji dan kebaikan Allah.
Surat ini dibuka dengan pernyataan yang lugas: "Orang-orang yang kafir di antara ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak akan terhindarkan (dari azab)..." (QS. Al-Bayyinah: 1). Pernyataan ini langsung menetapkan sebuah garis pemisah yang jelas. Allah Subhanallahu wa Ta'ala menegaskan bahwa tidak ada keraguan sedikit pun mengenai konsekuensi dari kekufuran dan kemusyrikan.
Selanjutnya, surat ini memaparkan gambaran tentang orang-orang yang beriman dan beramal saleh: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." (QS. Al-Bayyinah: 7). Ayat ini adalah penegasan akan kedudukan mulia yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya yang tulus dalam keimanan dan konsisten dalam perbuatan baik. Ini bukan sekadar pujian, melainkan sebuah janji dan kabar gembira.
Surat Al Bayyinah juga menyoroti pentingnya ketauhidan dan penolakan terhadap segala bentuk kesesatan. Allah berfirman, "...sedangkan mereka tidak diperintah kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan mereka diperintahkan agar mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah: 5). Ayat ini menekankan esensi dari ajaran para rasul, yaitu mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah dan menegakkan syariat-Nya yang paling mendasar: shalat dan zakat. Agama yang lurus adalah agama yang bebas dari syirik dan bid'ah.
Bagian paling berkesan dan menjadi sorotan utama dari surat ini adalah ayat terakhirnya. Surat Al Bayyinah diakhiri dengan sebuah lafal yang begitu indah dan penuh makna, merangkum janji kebaikan dan kemuliaan dari Sang Pencipta. Ayat kesepuluh berbunyi:
"Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada Tuhannya."
Radhiyallahu 'anhum wa radu 'anhu ( رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ )
Lafal "Radhiyallahu 'anhum wa radu 'anhu" memiliki arti yang sangat mendalam. "Radhiyallahu 'anhum" berarti "Allah rida terhadap mereka." Ini adalah anugerah yang luar biasa; kebahagiaan tertinggi bagi seorang mukmin adalah ketika ia mendapatkan keridaan dari Rabb-nya. Keridaan Allah berarti terbebas dari murka-Nya, mendapatkan rahmat-Nya yang luas, dan akhirnya mencapai surga-Nya.
Sementara itu, frasa "wa radu 'anhu" berarti "dan mereka pun rida kepada-Nya." Ini menunjukkan tingkat kepasrahan dan kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya. Ketika hati telah dipenuhi oleh keimanan dan pemahaman akan kebesaran serta kebaikan Allah, maka timbullah rasa rida yang mendalam terhadap segala ketetapan-Nya, baik yang menyenangkan maupun yang terasa berat. Rida ini merupakan buah dari ketakwaan dan kejernihan hati yang senantiasa mengingat Allah.
Surat Al Bayyinah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni. Ia mengingatkan bahwa perbedaan antara kebenaran dan kebatilan sangatlah nyata, dan pilihan kita akan menentukan nasib akhir kita. Surat ini juga menjadi motivasi terkuat untuk terus beramal saleh, menjaga keikhlasan dalam ibadah, dan mengharapkan keridaan Allah.
Penutup surat yang sarat dengan lafal "Radhiyallahu 'anhum wa radu 'anhu" memberikan harapan dan gambaran tentang kenikmatan abadi di surga. Ini adalah balasan istimewa bagi mereka yang senantiasa takut kepada Allah, menjaga batasan-Nya, dan berusaha untuk taat kepada-Nya.
Memahami dan merenungi Surat Al Bayyinah, terutama pada bagian penutupnya, dapat membangkitkan semangat spiritual kita. Lafal tersebut menjadi pengingat bahwa tujuan tertinggi seorang mukmin adalah meraih keridaan Ilahi, sebuah puncak kebahagiaan yang tidak tertandingi. Dengan keimanan yang teguh dan amal saleh yang konsisten, semoga kita termasuk golongan yang mendapatkan predikat mulia tersebut.