SURAT AL FATIHAH BESERTA TAJWIDNYA:
PANDUAN BACAAN SEMPURNA

Mukaddimah: Keutamaan Al Fatihah dan Kewajiban Tajwid

Surat Al Fatihah, yang berarti 'Pembukaan', adalah induk dari seluruh Al-Qur'an (Ummul Kitab) dan merupakan rukun sah dalam setiap salat. Keagungan surat ini menuntut pembacaan yang sempurna dan benar, yang hanya dapat dicapai melalui penguasaan ilmu Tajwid yang mendalam.

Tajwid adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengucapkan huruf-huruf Al-Qur'an secara benar, sesuai dengan hak dan mustahaknya. Jika Al Fatihah dibaca dengan kesalahan fatal (Lahn Jali), seperti merubah Makhraj huruf atau memanjangkan yang pendek, maka salat seseorang dapat batal. Oleh karena itu, analisis detail terhadap setiap huruf, harakat, dan hukum yang terkandung di dalamnya adalah sebuah keharusan bagi setiap Muslim.

Simbol Al Qur'an Terbuka Representasi visual dari sebuah kitab suci Al Qur'an yang terbuka.

Visualisasi komitmen terhadap pembacaan Al-Qur'an yang benar.

Prinsip Dasar Tajwid yang Harus Dikuasai

Sebelum masuk ke analisis per ayat, kita perlu memahami dua pilar utama dalam Tajwid yang sangat menentukan kualitas bacaan di Al Fatihah:

1. Makharijul Huruf (Tempat Keluar Huruf)

Setiap huruf Arab memiliki tempat keluar yang spesifik. Kesalahan kecil dalam Makhraj dapat mengubah huruf, yang secara otomatis mengubah makna. Dalam Al Fatihah, perhatian khusus harus diberikan pada Makhraj dari huruf-huruf yang berdekatan seperti:

  • Ha (ح) dari tenggorokan tengah, harus dibedakan dari Ha (ه) dari tenggorokan bawah.
  • Ain (ع) dari tenggorokan tengah, harus dibedakan dari Hamzah (أ) dari tenggorokan bawah.
  • Dhad (ض), huruf yang paling sulit, keluar dari sisi lidah (kiri atau kanan) menyentuh gigi geraham.
  • Dzal (ذ), Tsa (ث), dan Dza (ظ) (huruf lisawiyah), keluar dari ujung lidah menyentuh ujung gigi seri atas.

2. Sifatul Huruf (Sifat-Sifat Huruf)

Sifat adalah karakteristik yang dimiliki oleh huruf, seperti Jahar (jelas) vs Hams (berdesis), Syiddah (kuat) vs Rakhawah (lunak), dan Isti'la (terangkat/tebal) vs Istifal (turun/tipis).

  • Isti'la (Ketebalan): Tujuh huruf yang selalu tebal (Khushsh Dhaghthin Qizh - خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ). Dalam Al Fatihah, kita menemukan huruf Shaad (ص), Tha (ط), Qaf (ق), dan Dhad (ض). Menebalkan huruf-huruf ini sangat penting.
  • Ghunnah (Dengung): Terjadi pada Nun sukun/Tanwin dan Mim sukun saat bertemu huruf-huruf tertentu (Idgham, Ikhfa, Iqlab). Ghunnah harus sempurna selama 2 harakat.

Analisis Tajwid Surat Al Fatihah Ayat Per Ayat

Ayat 1: بسم الله الرحمن الرحيم

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Bismillahirrahmanirrahiim.

Ayat pembuka ini memuat banyak sekali hukum dasar Tajwid yang wajib dipahami, terutama yang berkaitan dengan Lam Jalalah (الله) dan hukum Madd.

A. Analisis Huruf dan Makhraj di Ayat 1

1. Ba (بِ) dan Sin (سْ):

Huruf Ba keluar dari dua bibir (Asy-Syafatain) dengan sifat Jahar dan Syiddah. Huruf Sin keluar dari ujung lidah (Taraf Lisan) dengan sifat Hams dan Safir (berdesis). Pastikan Sin dibaca dengan desisan yang jelas tanpa terdengar seperti 'Ts' (ث).

2. Lam Jalalah (الله):

Lam pada lafaz Allah di sini wajib dibaca Tafkhim (tebal) karena didahului oleh harakat Kasrah (di huruf Mim). Hukum Lam Jalalah hanya bisa Tarqiq (tipis) jika didahului Fathah atau Dammah (misal: Qul Huwallahu, Lam dibaca tebal).

3. Ra (ر) dalam الرَّحْمَٰنِ:

Hukum Ra (Tarqiq/Tafkhim) sangat krusial. Ra di sini dibaca Tafkhim (tebal) karena berharakat Fathah (رَ). Ra keluar dari ujung lidah dengan sedikit getaran (Takrir), tetapi getaran harus diminimalisir.

4. Mim (م) dan Nun (ن):

Keduanya memiliki Makhraj dari ujung bibir (Mim) dan ujung lidah (Nun). Di ayat ini, keduanya adalah Idzhar Syafawi (Mim) dan Idzhar Halqi (Nun Sukun tidak ada di sini, tetapi Nun di akhir kalimat bertemu huruf berikutnya), yang berarti dibaca jelas tanpa Ghunnah yang berlebihan.

B. Hukum Madd (Panjang) Ayat 1

Ayat/Kata Hukum Tajwid Keterangan Panjang
ٱللَّهِ Madd Thabi'i / Madd Qasir Ha di lafadz Allah dipanjangkan jika diwashal. Namun saat diwaqaf (berhenti), harakat dibuang. 2 Harakat (Saat Washal)
ٱلرَّحْمَٰنِ Madd Thabi'i Alif kecil setelah Mim. Wajib dibaca dua harakat. 2 Harakat
ٱلرَّحِيمِ Madd Aridh Lissukun Madd Thabi'i bertemu huruf hidup yang diwaqafkan (dihentikan). 2, 4, atau 6 Harakat

C. Detil Sifatul Huruf Penting (Ra, Ha)

Dalam Ar-Rahman dan Ar-Rahim, kita menemukan dua huruf 'Ha' yang berbeda penggunaannya dalam Qur'an, tetapi yang digunakan di sini adalah Ha (ح). Huruf ini memiliki sifat Hams (menghembuskan nafas) dan Rakhawah (suara mengalir), dan keluar dari bagian tengah tenggorokan (Wasathul Halq). Harus dibaca dengan hembusan yang lebih kuat daripada Ha (ه) biasa. Kegagalan melafalkannya sering menjadi kesalahan umum (Lahn Khafi).

Ayat 2: الحمد لله رب العالمين

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Alhamdulillahi Rabbil 'alamiin.

Ayat ini memuat analisis mendalam mengenai pembedaan Hamzah, Ha, dan Ain, serta penerapan Idzhar Qamariyyah.

A. Analisis Huruf dan Makhraj di Ayat 2

1. Hamzah (أَ) dan Lam (لْ):

Pada kata (الْحَمْدُ), terjadi Alif Lam Qamariyyah (Idzhar Qamariyyah). Lam dibaca jelas (L) karena bertemu dengan salah satu huruf Qamariyyah (Ha). Kesalahan sering terjadi dengan memantulkan Lam atau membacanya samar.

2. Ha (ح):

Ha pada kata (الْحَمْدُ) adalah Ha (ح), sama seperti di Ar-Rahman. Ia memiliki sifat Hams, Rakhawah, dan keluar dari Wasathul Halq (tenggorokan tengah). Penting untuk mempertahankan sifat Hamsnya.

3. Ra (ر) pada (رَبِّ):

Ra dibaca Tafkhim (tebal) karena berharakat Fathah, meskipun diikuti oleh harakat Kasrah (Baa). Tafkhim Ra harus dijaga konsistensinya.

4. Ain (ع) pada (الْعَٰلَمِينَ):

Ain adalah huruf yang paling sering salah diucapkan oleh non-Arab. Makhrajnya dari Wasathul Halq (tenggorokan tengah), sama seperti Ha (ح), tetapi sifatnya berbeda. Ain memiliki sifat Jahar (jelas suaranya) dan Tawassut (antara Syiddah dan Rakhawah). Pembaca wajib merasakan adanya tekanan di tengah tenggorokan, membedakannya dari Hamzah atau Alif biasa.

B. Hukum Madd dan Sifatul Huruf Khusus

Ayat/Kata Hukum Tajwid Keterangan Panjang
لِلَّهِ Lam Jalalah Tarqiq Lam pada lafaz Allah dibaca tipis karena didahului oleh harakat Kasrah (Lam kedua). Tidak Ada Madd (kecuali waqaf)
ٱلْعَٰلَمِينَ Madd Aridh Lissukun Madd Thabi'i (Alif kecil) bertemu Nun yang diwaqafkan. 2, 4, atau 6 Harakat

Analisis Kritis Huruf Mim dan Nun Akhir: Kedua huruf ini di (ٱلْعَٰلَمِينَ) membentuk Madd Aridh Lissukun. Ketika diwaqafkan, Nun sukun memiliki sifat Tawassut. Penting untuk mengakhiri bacaan dengan jeda yang sempurna tanpa Ghunnah berlebihan setelah waqaf.

Ayat 3: الرحمن الرحيم

ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Arrahmanirrahiim.

Ayat ini mengulang hukum dari ayat pertama, namun dengan satu perbedaan penting, yaitu ketiadaan Basmalah yang mendahului, sehingga kita fokus pada Idgham Syamsiyyah dan sifat Ra.

A. Hukum Idgham Syamsiyyah (Lam Takrif)

Idgham Syamsiyyah:

Pada kata (ٱلرَّحْمَٰنِ) dan (ٱلرَّحِيمِ), Lam Takrif (Alif Lam) bertemu huruf Syamsiyyah (Ra). Dalam hal ini, Lam tidak dibaca, melainkan dileburkan (Idgham) ke dalam Ra, dan Ra diberikan tasydid (syaddah).

Pembaca harus melompat langsung dari harakat akhir ayat sebelumnya ke huruf Ra yang bertasydid. Ra di sini wajib dibaca Tafkhim (tebal) karena berharakat Fathah (رَّ). Kesalahan yang sering terjadi adalah membaca Lam (misal: Al-Rahman).

B. Penekanan Sifat Ra Tafkhim

Ra (ر) termasuk huruf antara (Mutawassitah), memiliki sifat Tawassut (pertengahan), namun ia juga memiliki sifat khusus Takrir (getaran). Meskipun Takrir adalah sifat inheren, dalam praktik Tajwid, getaran lidah harus diminimalisir agar tidak terdengar seperti 'rr' yang berlebihan. Karena Ra berharakat Fathah, ia harus dibaca tebal (Tafkhim) dengan punggung lidah sedikit terangkat.

Ayat 4: مالك يوم الدين

مَالِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ

Maliki Yawmiddin.

Ayat ini memperkenalkan Madd Layyin dan hukum Idgham Syamsiyyah yang bertemu dengan huruf Dal.

A. Analisis Madd Layyin (يَوْمِ)

Madd Layyin:

Terjadi pada kata (يَوْمِ). Huruf Ya (ي) sukun didahului oleh harakat Fathah (يَوْ) dan diikuti oleh harakat hidup. Walaupun biasanya dibaca pendek saat washal, jika pada kata ini terjadi waqaf (berhenti), maka ia menjadi Madd Layyin dan dapat dipanjangkan 2, 4, atau 6 harakat. Namun, dalam konteks Al Fatihah (Ayat 4), kita biasanya melanjutkan ke Ayat 5 (Washal), sehingga dibaca pendek.

Perhatian juga pada Makhraj Wawu sukun (وۡ) di sini, yang keluar dari dua bibir (Asy-Syafatain) dengan sifat Lunak (Lien).

B. Hukum Idgham Syamsiyyah pada Dal (ٱلدِّينِ)

Lam Takrif bertemu huruf Syamsiyyah, yaitu Dal (د). Sama seperti Ra, Lam dileburkan ke dalam Dal, dan Dal diberi tasydid. Dal adalah huruf Syiddah (tekanan kuat) dan Jahar (suara jelas). Pastikan bunyi tasydid Dal (دّ) diucapkan dengan kuat dan jernih.

C. Makhraj dan Sifat Dal (د)

Makhraj Dal terletak di ujung lidah bertemu dengan pangkal gigi seri atas (Taraf Lisan). Sifat-sifatnya meliputi: Jahar, Syiddah, Istifal, Infitah, dan Ismat. Jika pada waqaf, Dal memiliki sifat Qalqalah Kubra (pantulan besar), namun di sini (ٱلدِّينِ) biasanya dibaca washal, sehingga pantulan tidak ada.

Ayat 5: إياك نعبد وإياك نستعين

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin.

Ayat ini menuntut ketelitian tinggi pada pelafalan Ya bertasydid (إِيَّاكَ) dan pemurnian huruf Ain (ع).

A. Pentingnya Tasydid pada Ya (إِيَّاكَ)

Ya (يَّ) Bertasydid:

Tasydid pada Ya (يَّ) sangat penting. Jika tasydid ini dihilangkan dan dibaca 'Iyaka' (tanpa penekanan ganda), maknanya akan berubah secara drastis (dari 'Hanya kepada-Mu' menjadi 'cahaya matahari-Mu').

Ya bertasydid harus dibaca dengan penekanan ganda: Ya sukun (huruf pertama) dan Ya berharakat (huruf kedua). Makhraj Ya adalah dari tengah lidah (Wasathul Lisan), dengan sifat Jahar dan Rakhawah.

B. Penekanan Makhraj Ain (نَعْبُدُ وَنَسْتَعِينُ)

Seperti yang disinggung di Ayat 2, huruf Ain (ع) harus dilafalkan dari tengah tenggorokan (Wasathul Halq) dengan sifat Jahar dan Tawassut. Kesalahan umum adalah mengubahnya menjadi Hamzah (Na'budu dibaca Na-abudu). Ini termasuk Lahn Jali (kesalahan besar) karena mengubah makna. Pastikan adanya 'cengkeraman' di tenggorokan tengah saat melafalkan Ain.

C. Huruf Ta (ت) dan Sin (س)

Pada (نَسْتَعِينُ), perhatikan huruf Ta (ت) dan Sin (س). Ta adalah huruf Syiddah dan Hams. Sin adalah Safir (desisan). Keduanya adalah huruf Tarqiq (tipis). Jaga agar Ta tidak menebal menjadi Tha (ط), dan Sin tidak menebal menjadi Shad (ص).

D. Hukum Madd Ayat 5

Ayat/Kata Hukum Tajwid Keterangan Panjang
إِيَّاكَ Madd Thabi'i Alif didahului Fathah. 2 Harakat
نَسْتَعِينُ Madd Aridh Lissukun Ya sukun didahului Kasrah, bertemu Nun yang diwaqafkan. 2, 4, atau 6 Harakat

Ayat 6: اهدنا الصراط المستقيم

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

Ihdinash shiraatal mustaqiim.

Ayat keenam memuat empat huruf Isti'la (tebal): Shad (ص), Ra (ر), Tha (ط), dan Qaf (ق). Ini adalah ayat yang paling menantang dalam hal ketebalan huruf.

A. Memulai dengan Hamzatul Washal

Hamzatul Washal:

Surat Al Fatihah dimulai dengan Hamzatul Washal (huruf Alif yang tidak dibaca saat bersambung) di (ٱهْدِنَا). Karena ia berada di kata kerja (Fi'il) yang huruf ketiganya berharakat Kasrah (Dal), maka Hamzatul Washal ini harus dibaca dengan Kasrah (Ihdina...).

Setelah Hamzatul Washal adalah huruf Ha (ه). Perhatikan, ini adalah Ha kecil (Ha’ Hawwaz), yang keluar dari pangkal tenggorokan (Aqsal Halq). Sifatnya sangat Hams dan Rakhawah, berbeda dengan Ha besar (ح) di Ayat 1.

B. Pembedaan Shad (ص) dan Sin (س) (ٱلصِّرَٰطَ)

Pada (ٱلصِّرَٰطَ) terjadi Idgham Syamsiyyah (Lam dileburkan ke Shad). Shad (ص) adalah huruf yang sangat tebal, memiliki sifat Isti'la (pangkal lidah terangkat) dan Itbaq (lidah menempel ke langit-langit). Ia juga memiliki sifat Safir (desisan), namun desisannya tebal, berbeda dengan Sin (س) yang desisannya tipis.

C. Ra Tafkhim dan Tha Isti'la

Ra (ر) di Shiraat: Ra di sini dibaca Tafkhim (tebal) karena didahului oleh Shad yang Isti'la (tebal), meskipun Ra itu sendiri berharakat Kasrah (الصِّرَاطَ). Ini adalah pengecualian (sebagian ulama memperbolehkan tarqiq, tetapi yang masyhur adalah Tafkhim). Tha (ط): Tha adalah huruf Isti'la dan Itbaq terkuat. Makhrajnya sama dengan Ta (ت) dan Dal (د), yaitu ujung lidah menyentuh pangkal gigi seri atas. Namun, karena Isti'la dan Itbaq, suara yang keluar sangat tebal. Jaga agar tidak terdengar seperti 'T' biasa.

D. Huruf Qaf (ق) (ٱلْمُسْتَقِيمَ)

Pada kata (ٱلْمُسْتَقِيمَ), Lam adalah Idzhar Qamariyyah (dibaca jelas). Huruf Qaf (ق) adalah huruf Isti'la dan Jahar. Makhrajnya dari pangkal lidah menyentuh langit-langit lunak (Aqsal Lisan). Qaf harus dibaca tebal, berbeda dengan Kaf (ك) yang tipis. Jika diwaqafkan, Qaf memiliki sifat Qalqalah Kubra (pantulan besar).

E. Hukum Madd Ayat 6

Ayat/Kata Hukum Tajwid Keterangan Panjang
ٱلصِّرَٰطَ Madd Thabi'i Alif kecil setelah Ra. 2 Harakat
ٱلْمُسْتَقِيمَ Madd Aridh Lissukun Ya sukun didahului Kasrah, bertemu Mim yang diwaqafkan. 2, 4, atau 6 Harakat

Ayat 7: صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

Shiraathal ladziina an'amta 'alaihim ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalliin.

Ayat terakhir ini adalah yang paling kompleks, mencakup hukum Nun Sukun, Makhraj Dzal, Ghain, dan yang terpenting, Dhad (ض), serta Madd Lazim.

A. Analisis Huruf Isti'la Lanjutan (صِرَٰطَ)

Kata (صِرَٰطَ) diulang, menegaskan kembali kewajiban Tafkhim pada Shad dan Tha, serta pengecualian Tafkhim pada Ra. Ini menjadi kunci transisi yang kuat dari permintaan petunjuk (Ayat 6) ke penjelasan petunjuk (Ayat 7).

B. Makhraj Dzal (ذ) (ٱلَّذِينَ)

Terjadi Idgham Syamsiyyah (Lam dilebur ke Dzal). Dzal (ذ) adalah huruf Lisawiyah (keluar dari ujung lidah menyentuh ujung gigi seri atas). Sifatnya Rakhawah dan Jahar. Ia harus dibedakan tegas dari Zai (ز) atau Dha (ظ). Kesalahan di sini mengubah makna dari 'orang-orang' menjadi kata lain yang tidak relevan.

C. Hukum Nun Sukun (أَنْعَمْتَ)

Pada kata (أَنْعَمْتَ), Nun Sukun (نْ) bertemu dengan huruf Ain (ع). Ini adalah hukum Idzhar Halqi (Nun dibaca jelas tanpa dengung sama sekali) karena Ain adalah salah satu huruf Halqi (tenggorokan). Pembaca wajib memisahkan Nun dan Ain secara sempurna.

D. Makhraj dan Sifat Ghain (غ) (غَيْرِ)

Ghain (غ) adalah huruf Isti'la (tebal) yang Makhrajnya dari tenggorokan paling atas (Adnal Halq). Sifatnya Rakhawah dan Jahar. Suaranya mengalir dan tebal, seperti suara gesekan di tenggorokan. Pastikan Ghain dibaca tebal dan tidak berubah menjadi Gaf (گ) atau Kha (خ).

Skema Makharijul Huruf Diagram sederhana yang menunjukkan tiga bagian utama tenggorokan (Halq) untuk huruf Arab. Aqsal Halq (Hamzah, Ha) Wasathul Halq (Ain, Ha) Adnal Halq (Ghain, Kha)

Ilustrasi sederhana pembagian makharijul huruf di tenggorokan (Halq), kunci dalam Al Fatihah.

E. Analisis Huruf Dhad (ض) (ٱلْمَغْضُوبِ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ)

Dhad (ض) adalah huruf yang paling sulit diucapkan dalam bahasa Arab (Huruf Istitalah). Kesalahan pada Dhad (mengucapkannya seperti Dzal, Za, atau Da) termasuk Lahn Jali.

Makhraj Dhad: Dhad keluar dari salah satu sisi lidah (kiri atau kanan, atau keduanya) menyentuh gigi geraham atas. Ini membutuhkan latihan khusus untuk mendapatkan suara tebal yang sempurna. Sifat Dhad:
  • Isti'la & Itbaq: Mutlak tebal.
  • Jahar: Suara jelas dan kuat.
  • Istitalah: Memanjang, sifat unik di mana suara Dhad memanjang dari belakang lidah ke depan.

Dalam (وَلَا ٱلضَّآلِّينَ), Lam Takrif dilebur ke Dhad (Idgham Syamsiyyah), dan Dhad diberi tasydid yang sangat kuat.

F. Madd Lazim Kilmi Muthaqqal (وَلَا ٱلضَّآلِّينَ)

Ini adalah hukum Madd terberat dan terpanjang di seluruh Al Fatihah. Madd ini terjadi ketika Alif Madd (ا) bertemu dengan huruf bertasydid (Dhad) dalam satu kata.

Ayat/Kata Hukum Tajwid Keterangan Panjang
وَلَا ٱلضَّآلِّينَ Madd Lazim Kilmi Muthaqqal Alif Madd bertemu Dhad bertasydid dalam satu kata. Wajib dipanjangkan dan ditekan saat memasuki Dhad. 6 Harakat Wajib

Penerapannya harus sempurna: tarik nafas, panjangkan 6 harakat, lalu tekan kuat pada Dhad bertasydid, kemudian Nun pada (ٱلضَّآلِّينَ) diakhiri dengan Madd Aridh Lissukun (2, 4, atau 6 harakat).

Ringkasan Kesalahan Umum (Lahn Jali) dan Solusinya

Untuk memastikan Al Fatihah sah dalam salat, pembaca harus menghindari kesalahan fatal (Lahn Jali) berikut:

1. Merubah Makhraj Ha dan Ain

  • Lahn: Membaca الْحَمْدُ (Ha tengah) seperti الْهَمْدُ (Ha pangkal).
  • Lahn: Membaca نَعْبُدُ ('Ain) seperti نَأْبُدُ (Hamzah).
  • Solusi: Latih pengucapan Ha dan Ain dari posisi tenggorokan yang benar (Wasathul Halq).

2. Menghilangkan atau Menambah Tasydid

  • Lahn: Membaca إِيَّاكَ (Iyyaka) seperti إِيَاكَ (Iyaka).
  • Solusi: Tekan kuat pada huruf bertasydid, terutama pada Ya di (إِيَّاكَ) dan Dhad di (ٱلضَّآلِّينَ).

3. Kesalahan Tafkhim dan Tarqiq

  • Lahn: Membaca الصِّرَاطَ (Ash-Shirath) dengan Sin tipis (As-Siraat).
  • Lahn: Membaca Lam Jalalah di بِسْمِ ٱللَّهِ (Bismillah) dengan tebal.
  • Solusi: Jaga Isti'la pada Shad, Tha, Dhad, Qaf, dan Ra Fathah/Dammah. Jaga Tarqiq pada Lam Jalalah yang didahului Kasrah.

4. Memendekkan Madd Lazim

  • Lahn: Membaca وَلَا ٱلضَّآلِّينَ hanya 2 harakat.
  • Solusi: Wajib konsisten 6 harakat untuk Madd Lazim Kilmi Muthaqqal.

Penguasaan Tajwid Al Fatihah bukan sekadar pelengkap, melainkan fondasi ibadah. Dengan menganalisis setiap huruf, Makhraj, dan sifatnya, kita memastikan bahwa bacaan kita sesuai dengan riwayat Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat. Kedalaman ilmu Tajwid pada surat yang pendek ini menunjukkan betapa besar perhatian Islam terhadap kesempurnaan pelafalan kalamullah.

🏠 Homepage