Dalam lautan luas ayat-ayat suci Al-Qur'an, terdapat sebuah permata kecil namun sarat makna yang dikenal sebagai Surat At-Tin. Surat ini, meskipun singkat, menyimpan pesan-pesan mendalam tentang penciptaan manusia, ujian kehidupan, serta janji balasan yang adil dari Allah SWT. Bagi umat Muslim, memahami isi dan hikmah dari setiap surat adalah sebuah keniscayaan. Namun, ada kalanya pertanyaan sederhana muncul di benak kita, "Surat At-Tin terdapat dalam urutan ke berapakah di dalam mushaf Al-Qur'an?" Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya cukup mudah ditemukan, dan dengan mengetahuinya, kita dapat lebih menempatkan surat ini dalam konteks keseluruhan kitab suci.
Surat At-Tin merupakan surat ke-95 dalam susunan mushaf Al-Qur'an. Ia berada di juz terakhir, yaitu juz ke-30. Surat ini termasuk dalam golongan surat Makkiyyah, yang berarti diturunkan di Mekkah sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Urutannya yang berada di penghujung mushaf tidak mengurangi nilai dan keagungannya sama sekali. Justru, peletakannya di akhir juz 'amma ini membuatnya mudah diakses dan sering dibaca oleh banyak kaum Muslimin, terutama dalam ibadah shalat malam atau tadarus.
Nama "At-Tin" sendiri diambil dari kata pertama dalam surat ini, yang berarti "buah tin". Buah tin dan zaitun adalah dua jenis buah yang memiliki nilai gizi tinggi dan sering disebut dalam berbagai peradaban kuno karena khasiatnya. Allah SWT bersumpah dengan dua buah ini, menandakan betapa pentingnya kedua komoditas tersebut, dan juga sebagai pembuka untuk menyampaikan pesan yang lebih esensial.
"Demi (buah) tin dan (buah) zaitun, dan demi Bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman." (QS. At-Tin: 1-3)
Sumpah ini bukan sekadar ungkapan semata. Buah tin dan zaitun melambangkan kesuburan, pertumbuhan, dan rezeki yang halal. Bukit Sinai adalah tempat Nabi Musa 'alaihissalam menerima wahyu dari Allah SWT, sebuah tempat suci yang penuh berkah. Kota Mekah yang aman adalah tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW dan kiblat umat Islam sedunia. Semua ini adalah tanda-tanda kebesaran Allah dan anugerah-Nya bagi umat manusia.
Setelah bersumpah dengan hal-hal yang mulia, Allah SWT kemudian menjelaskan tentang penciptaan manusia:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin: 4)
Ayat ini menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk fisik yang paling sempurna, dengan akal, hati, dan kemampuan yang luar biasa. Kita diberi kebebasan memilih, membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Namun, kesempurnaan penciptaan ini datang dengan sebuah konsekuensi. Manusia juga akan diuji dalam kehidupan dunia.
"Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya." (QS. At-Tin: 5-6)
Ayat ini mengungkapkan bahwa manusia memiliki potensi untuk jatuh ke lembah kehinaan jika mereka menyalahgunakan anugerah yang diberikan. Namun, bagi mereka yang tetap berpegang teguh pada keimanan dan mengerjakan amal saleh, disediakan pahala yang tiada terputus. Ini adalah janji Allah yang pasti bagi orang-orang mukmin yang taat.
Surat At-Tin juga secara implisit mengingatkan kita tentang dua jalan yang akan dihadapi manusia di akhirat. Jalan pertama adalah jalan orang yang beriman dan beramal saleh, yang akan mendapatkan balasan surga yang penuh kenikmatan. Jalan kedua adalah jalan orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, mendustakan para rasul, dan enggan beriman.
"Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah hakim yang paling adil?" (QS. At-Tin: 7-8)
Ayat-ayat penutup surat ini menjadi pertanyaan retoris yang mengajak kita untuk merenung. Setelah jelas bukti-bukti kebesaran Allah dan peringatan tentang hari pembalasan, mengapa masih ada manusia yang terus menerus mendustakannya? Pertanyaan ini menohok hati dan mengajak kita untuk introspeksi diri, memastikan bahwa kita tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi di akhirat kelak.
Mengetahui bahwa Surat At-Tin berada di urutan ke-95 dalam mushaf Al-Qur'an seharusnya memotivasi kita untuk semakin mendekatkan diri pada surat ini. Membacanya dalam shalat, menghafalkannya, dan yang terpenting, merenungkan serta mengamalkan maknanya dalam kehidupan sehari-hari. Pesan tentang kesempurnaan penciptaan, kewajiban beriman, keharusan beramal saleh, dan peringatan tentang hari pembalasan adalah bekal berharga bagi setiap Muslim.
Surat At-Tin mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah, menjaga kesucian diri dari perbuatan dosa, dan senantiasa berjuang di jalan kebaikan. Dengan pemahaman yang benar tentang surat ini, kita dapat menjalani kehidupan dunia dengan penuh kesadaran dan persiapan menuju kehidupan akhirat yang abadi.