Ilustrasi visual Surat At-Tin
Bagi umat Muslim, Al-Qur'an adalah kitab suci yang menjadi pedoman hidup. Setiap surat di dalamnya memiliki makna mendalam dan keutamaan tersendiri. Salah satu surat yang menarik untuk dipelajari adalah Surat At-Tin. Pertanyaan umum yang sering muncul adalah mengenai surat At-Tin urutan ke berapa dalam Al-Qur'an.
Surat At-Tin memiliki posisi yang spesifik dalam susunan mushaf Al-Qur'an. Ia adalah surat ke-95. Surat ini termasuk dalam kelompok surat-surat Makkiyyah, yang berarti diturunkan di Mekah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Penempatan surat ini di urutan ke-95 menunjukkan posisinya di bagian akhir juz 'amma, sebelum surat-surat pendek lainnya yang menutup mushaf. Urutan ini bukanlah hal yang acak, melainkan telah menjadi mushaf sesuai dengan petunjuk dari Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW.
Nama "At-Tin" sendiri diambil dari ayat pertama surat ini, yaitu "Demi (buah) tin dan (buah) zaitun." Kata tin dan zaitun memiliki makna simbolis yang luas. Buah tin dan zaitun adalah buah-buahan yang dikenal memiliki banyak manfaat dan sering dijumpai di daerah Syam (Palestina, Suriah, Yordania, Lebanon), yang merupakan tempat diutusnya banyak nabi.
Dalam surat ini, Allah SWT bersumpah dengan dua buah yang mulia tersebut, serta dengan Gunung Sinai dan negeri Mekah yang aman. Sumpah ini menekankan betapa pentingnya kebenaran yang akan disampaikan. Allah kemudian menyatakan bahwa Dia telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Ayat ini bisa merujuk pada kesempurnaan fisik dan akal yang diberikan kepada manusia, potensi untuk meraih kemuliaan, dan kemampuan untuk menjadi khalifah di bumi.
Namun, Allah juga mengingatkan bahwa manusia seringkali terjebak dalam kesesatan dan kehinaan. Kecuali bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Bagi golongan ini, akan ada balasan pahala yang tak terputus. Penekanan pada iman dan amal saleh ini menegaskan bahwa penciptaan manusia dalam bentuk terbaik akan menjadi sia-sia jika tidak diiringi dengan keyakinan yang benar dan perbuatan yang baik.
Ayat-ayat terakhir surat ini kembali menegaskan kekuasaan Allah sebagai hakim yang paling adil. Setelah dibangkitkan dari kematian, manusia akan dihisab atas segala amal perbuatannya. Pertanyaan "Maka apakah yang membuatmu mendustakan hari pembalasan?" ditujukan kepada manusia yang masih ingkar terhadap kebangkitan dan hari perhitungan.
Selain memiliki makna yang dalam, membaca Surat At-Tin juga memiliki keutamaan tersendiri. Meskipun tidak ada hadis spesifik yang menyebutkan keutamaan membaca surat ini sebanyak surat-surat lain seperti Al-Baqarah atau Al-Kahfi, namun secara umum, membaca Al-Qur'an adalah ibadah yang sangat dianjurkan dan memiliki pahala yang besar.
Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur'an akan mendatangkan sepuluh kebaikan. Dengan memahami kandungan dan merenungkan ayat-ayatnya, seorang Muslim dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperkuat keimanan, dan termotivasi untuk terus beramal saleh. Surat At-Tin, dengan penekanannya pada penciptaan manusia, keimanan, amal saleh, dan hari pembalasan, dapat menjadi pengingat yang kuat bagi seorang mukmin untuk senantiasa menjaga diri dari kesesatan dan berusaha meraih keridhaan Allah.
Membaca surat ini secara rutin, terutama dalam shalat, dapat membantu menanamkan nilai-nilai kesempurnaan penciptaan manusia, pentingnya iman dan amal saleh, serta keyakinan akan adanya hari pertanggungjawaban.
Jadi, Surat At-Tin urutan ke-95 dalam Al-Qur'an. Surat Makkiyyah ini mengingatkan kita tentang kesempurnaan ciptaan Allah pada manusia, namun juga tentang potensi manusia untuk jatuh ke dalam kehinaan jika tidak diiringi dengan iman dan amal saleh. Dengan memahami isi dan keutamaan Surat At-Tin, kita dapat menjadikannya sebagai panduan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, senantiasa beriman, beramal saleh, dan mempersiapkan diri untuk hari pembalasan.