Ilustrasi Surah Watini wa Zaitun
Dalam Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang memiliki kedalaman makna luar biasa, salah satunya adalah yang berkaitan dengan sumpah Allah Swt. terhadap buah zaitun dan buah tin. Sumpah ini, sebagaimana tersemat dalam Surah At-Tin ayat 1, memiliki relevansi filosofis dan spiritual yang mendalam bagi umat manusia. Ayat tersebut berbunyi, "Demi buah tin dan zaitun." Pengucapan sumpah ini oleh Sang Pencipta bukanlah tanpa alasan; ia mengindikasikan betapa penting dan berharganya kedua komoditas tersebut, tidak hanya dari segi materiil tetapi juga dari aspek simbolis dan kesehatan.
Buah tin (fīkus karika) dan buah zaitun (olea europaea) adalah dua jenis buah yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala dan memiliki sejarah panjang dalam peradaban manusia, terutama di wilayah Timur Tengah, termasuk negeri Syam yang memiliki tempat istimewa dalam sejarah kenabian. Keberadaan mereka seringkali diasosiasikan dengan tanah yang diberkahi, kesuburan, dan kekayaan gizi. Dalam konteks ayat ini, sumpah Allah Swt. terhadap buah tin dan zaitun secara tidak langsung menegaskan keistimewaan dan manfaat kedua buah ini. Para ahli tafsir memiliki berbagai pandangan mengenai makna di balik sumpah ini.
Salah satu interpretasi yang umum adalah bahwa sumpah ini merujuk pada keutamaan kedua buah tersebut sebagai sumber makanan yang bergizi dan bermanfaat bagi kesehatan. Buah tin kaya akan serat, vitamin, dan mineral, sementara minyak zaitun dikenal sebagai salah satu minyak nabati paling sehat di dunia, kaya akan antioksidan dan lemak tak jenuh tunggal yang baik untuk jantung. Kombinasi keduanya seringkali digambarkan sebagai makanan para nabi dan orang-orang saleh, mencerminkan kehidupan yang sehat dan spiritual.
Lebih jauh lagi, ada pula yang menafsirkan bahwa "tin" dan "zaitun" adalah simbol dari dua gunung di mana Nabi Muhammad Saw. dan Nabi Isa Al-Masih lahir atau berdakwah. Sebagian ahli tafsir menyebutkan tin berkaitan dengan gunung Sinai tempat Nabi Musa Al-Masih menerima wahyu, dan zaitun berkaitan dengan tempat di mana Nabi Isa AS. dilahirkan atau tempat banyak mukjizatnya terjadi. Interpretasi lain bahkan mengaitkan tin dengan kota Damaskus dan zaitun dengan Baitul Maqdis (Yerusalem). Keterkaitan geografis dan historis ini semakin memperkuat pandangan akan pentingnya tempat-tempat tersebut dalam penyebaran risalah ilahi.
Ada pula penafsiran yang lebih luas bahwa sumpah ini mencakup seluruh negeri yang subur dan diberkahi, tempat tumbuh suburnya tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, sumpah "watini wa zaitun" menjadi sebuah penegasan atas nikmat-nikmat Allah yang terhampar di muka bumi, yang seringkali terabaikan oleh kesibukan dan kelalaian manusia.
Dari sisi medis, buah tin dan zaitun memang memiliki segudang manfaat. Buah tin, dengan rasa manisnya yang khas, mengandung serat pangan tinggi yang membantu melancarkan pencernaan, mencegah sembelit, dan memberikan rasa kenyang lebih lama. Buah ini juga kaya akan potasium yang baik untuk menjaga keseimbangan tekanan darah, serta mengandung kalsium dan magnesium yang penting untuk kesehatan tulang.
Sementara itu, minyak zaitun, khususnya minyak zaitun extra virgin, adalah sumber utama asam oleat, sebuah asam lemak tak jenuh tunggal yang terbukti efektif dalam menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL). Kandungan antioksidan seperti polifenol dan vitamin E dalam minyak zaitun juga berperan penting dalam melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, mengurangi peradangan, dan bahkan dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung dan beberapa jenis kanker.
Kombinasi konsumsi buah tin dan zaitun, atau produk olahannya seperti kurma tin dan minyak zaitun, sering direkomendasikan dalam pola makan sehat. Dalam sejarah Islam, konsumsi kedua makanan ini juga tercatat dalam beberapa hadis, yang mengisyaratkan keberkahan di dalamnya.
Sumpah dalam Al-Qur'an bukan sekadar gaya bahasa sastra, melainkan sebuah penekanan yang sangat kuat. Ketika Allah Swt. bersumpah dengan sesuatu, itu berarti zat atau objek yang dijadikan sumpah memiliki kedudukan yang sangat penting. Sumpah demi buah tin dan zaitun ini menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa mensyukuri nikmat Allah yang diberikan melalui hasil bumi. Keberadaan dan manfaat kedua buah ini, serta sumber daya alam lainnya, adalah bukti nyata dari keagungan dan kasih sayang Sang Pencipta.
Bagi seorang Muslim, memahami dan merenungkan makna dari sumpah ini dapat meningkatkan kesadaran spiritual dan rasa syukur. Ini bukan hanya tentang mengonsumsi buah tin dan zaitun semata, tetapi lebih kepada menghargai setiap ciptaan-Nya dan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan memahami ayat ini secara mendalam, kita diajak untuk melihat kebesaran Allah dalam hal-hal yang sering kita anggap biasa. Surah At-Tin, yang diawali dengan sumpah ini, kemudian dilanjutkan dengan penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, menjadi sebuah rangkaian pesan yang kohesif tentang anugerah Allah kepada manusia.
Oleh karena itu, merenungkan "surat watini wa zaitun" atau lebih tepatnya Surah At-Tin, membuka pintu pemahaman yang lebih luas tentang hubungan antara alam, kesehatan, dan spiritualitas. Ini adalah undangan untuk hidup lebih sehat, lebih bersyukur, dan lebih sadar akan kebesaran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita.