Frasa "Watini Wazaitun" (وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ) merupakan bagian dari permulaan surat dalam Al-Qur'an, tepatnya surat At-Tin ayat pertama. Ayat ini diawali dengan sumpah Allah SWT menggunakan dua buah yang memiliki nilai penting dalam sejarah, kebudayaan, dan kesehatan manusia, yaitu buah tin dan buah zaitun. Sumpah Allah SWT dalam Al-Qur'an selalu mengandung makna mendalam dan menunjukkan betapa pentingnya hal yang disumpah tersebut. Memahami makna di balik "Watini Wazaitun" tidak hanya membuka wawasan tentang keagungan penciptaan, tetapi juga menyingkap signifikansi kedua buah ini dalam berbagai aspek kehidupan.
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ
Buah tin (التِّينِ) secara historis telah dikenal sejak zaman kuno. Buah ini tumbuh di daerah Mediterania dan Timur Tengah, termasuk wilayah tempat ajaran Islam berkembang. Dalam tradisi Yahudi dan Kristen, buah tin juga memiliki tempat yang istimewa. Di dalam Al-Qur'an, buah tin disebutkan secara eksplisit dalam surat At-Tin, menegaskan kemuliaannya. Buah tin dikenal karena rasanya yang manis, teksturnya yang lembut, dan kandungan nutrisinya yang kaya.
Secara nutrisi, buah tin kaya akan serat, vitamin (seperti vitamin B6), dan mineral (seperti kalium dan magnesium). Serat dalam buah tin sangat bermanfaat untuk kesehatan pencernaan, membantu mencegah sembelit, dan menjaga kesehatan usus. Kalium berperan penting dalam mengatur tekanan darah, sementara magnesium berkontribusi pada kesehatan tulang dan fungsi otot.
Lebih dari sekadar manfaat kesehatannya, buah tin sering kali dikaitkan dengan simbolisme kesuburan, kemakmuran, dan rezeki yang melimpah. Dalam beberapa interpretasi, buah tin juga disebut-sebut sebagai salah satu buah yang tersedia di surga, menambah nilai spiritualnya. Kehadirannya dalam sumpah Allah SWT menunjukkan bahwa buah ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan patut direnungkan kebesaran Tuhan melalui ciptaan-Nya.
Buah zaitun (الزَّيْتُونِ) juga merupakan buah yang sangat penting dan memiliki sejarah panjang. Pohon zaitun dikenal karena ketahanannya dan kemampuannya untuk hidup selama ratusan, bahkan ribuan tahun, menjadi simbol ketahanan dan keberlanjutan. Buah zaitun sendiri menghasilkan minyak zaitun yang sangat berkhasiat, baik untuk dikonsumsi maupun untuk keperluan lain.
Minyak zaitun telah lama diakui sebagai salah satu minyak nabati paling sehat. Kaya akan lemak tak jenuh tunggal, terutama asam oleat, minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung dengan membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL). Selain itu, minyak zaitun juga mengandung antioksidan kuat seperti polifenol yang dapat melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas dan mengurangi peradangan.
Dalam konteks keagamaan, pohon zaitun dan minyaknya memiliki makna spiritual yang dalam. Al-Qur'an menyebutkan pohon zaitun dalam surat An-Nur ayat 35: "Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tidak tertembus di dalamnya ada pelita besar, pelita itu di dalam kaca (lampu) dan kaca itu laksana bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh bukan di timur (saja) dan bukan pula di barat (saja), yang minyaknya (pun) hampir menerangi, meskipun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis)...". Ayat ini menggambarkan minyak zaitun sebagai sumber cahaya yang diberkahi, melambangkan kebenaran, petunjuk, dan pencerahan spiritual.
Sumpah Allah SWT dengan menyebut buah tin dan zaitun dalam permulaan surat At-Tin bukanlah hal yang kebetulan. Hal ini menggarisbawahi betapa berharganya kedua buah ini dalam pandangan Ilahi. Kedua buah ini melambangkan kesuburan, kenikmatan duniawi yang halal, kesehatan, dan keberkahan. Mereka juga mewakili sumber daya alam yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk dimanfaatkan.
Para ahli tafsir menyebutkan beberapa kemungkinan makna lain dari sumpah ini. Ada yang berpendapat bahwa tin merujuk pada tempat Nabi Nuh AS berlindung di bukit Tidin (sekarang di wilayah Turki), atau merujuk pada nama sebuah gunung. Zaitun dikaitkan dengan tempat suci di Bukit Zaitun di Yerusalem, tempat para nabi bermukim. Ada pula yang menafsirkan bahwa "tin" merujuk pada umat Nabi Muhammad SAW dan "zaitun" merujuk pada umat Nabi Isa AS, karena keduanya identik dengan makanan pokok mereka.
Yang terpenting, sumpah ini mengajak kita untuk merenungkan ciptaan Allah SWT. Melalui buah tin dan zaitun, kita diingatkan akan karunia-Nya yang melimpah, manfaat yang terkandung di dalamnya, dan keagungan-Nya sebagai Sang Pencipta. Kedua buah ini, dengan segala kebaikan dan keberkahannya, menjadi pengingat akan betapa pentingnya mensyukuri nikmat Allah dan menggunakan karunia tersebut di jalan yang diridhai-Nya.
Dengan memahami makna "Watini Wazaitun", kita tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang dua buah yang istimewa, tetapi juga memperdalam keyakinan kita terhadap kebesaran dan kebijaksanaan Allah SWT.