Dalam ajaran Islam, konsep mengenai awal mula agama dan bagaimana manusia pertama kali terhubung dengan Tuhan memiliki pandangan yang khas. Pertanyaan mengenai "agama pertama di dunia menurut Islam" seringkali merujuk pada pemahaman bahwa sejak awal penciptaan manusia, konsep ketauhidan atau pengesaan Tuhan telah tertanam. Islam meyakini bahwa seluruh nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT membawa ajaran yang pada intinya sama, yaitu menyeru kepada penyembahan satu Tuhan Yang Maha Esa.
Pusat dari seluruh ajaran kenabian adalah pengakuan dan pengabdian kepada Allah SWT. Menurut perspektif Islam, Adam Al-Masih, manusia pertama yang diciptakan oleh Allah, juga merupakan nabi pertama yang menerima wahyu dan risalah ilahi. Beliau diajarkan tentang keesaan Allah, larangan menyekutukan-Nya, serta bagaimana menjalani kehidupan sesuai dengan petunjuk-Nya. Oleh karena itu, dalam pengertian yang paling mendasar, agama yang dibawa oleh Adam adalah Islam itu sendiri, yaitu berserah diri kepada kehendak Allah.
Keyakinan pada satu Tuhan Yang Maha Esa (tauhid) adalah pondasi utama dari seluruh agama samawi, termasuk Islam. Sejarah para nabi, mulai dari Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, hingga Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, menunjukkan kesinambungan ajaran ini. Meskipun syariat atau tata cara ibadah mungkin berbeda-beda di setiap zaman, prinsip pokok pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah tetaplah sama. Perbedaan yang muncul seringkali bersifat temporal dan kontekstual, disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kemampuan umat.
Nabi Adam, sebagai manusia pertama, tidak hanya diberikan kemampuan fisik tetapi juga akal dan fitrah untuk mengenal Tuhannya. Kisah penciptaan Adam dalam Al-Qur'an menegaskan bahwa ia dianugerahi ilmu dan tugas sebagai khalifah di muka bumi. Hal ini menunjukkan bahwa sejak awal, manusia diciptakan dengan kapasitas untuk berinteraksi secara spiritual dengan Sang Pencipta dan untuk menjalankan peranannya sesuai dengan kehendak ilahi. Ajaran yang diterima Adam adalah ajaran untuk bertakwa dan tidak menyekutukan Allah.
Selama berabad-abad, manusia terkadang mengalami penyimpangan dari ajaran tauhid. Lingkungan dan budaya yang berbeda dapat mendorong munculnya pemahaman dan praktik yang menyimpang, seperti penyembahan berhala atau perantaraan makhluk lain dalam beribadah. Ketika umat mengalami kemunduran spiritual dan penyimpangan dari jalan lurus, Allah mengutus para nabi dan rasul sebagai pembawa risalah untuk mengingatkan dan mengembalikan mereka kepada ajaran yang murni.
Setiap nabi yang diutus membawa kitab suci dan syariat yang sesuai dengan zamannya. Misalnya, Nabi Musa menerima Taurat, Nabi Daud menerima Zabur, Nabi Isa menerima Injil, dan akhirnya Nabi Muhammad menerima Al-Qur'an. Namun, substansi ajaran tauhid yang dibawa oleh semua nabi tersebut adalah sama. Al-Qur'an sendiri menegaskan hal ini dalam beberapa ayat, yang menekankan bahwa Islam adalah agama para nabi sejak dahulu kala.
Kata "Islam" secara harfiah berarti "berserah diri" atau "ketundukan". Dalam konteks keagamaan, Islam berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, baik dalam keyakinan, perkataan, maupun perbuatan. Oleh karena itu, setiap individu yang sejak awal mengakui keesaan Allah dan berserah diri kepada-Nya, secara inheren telah memeluk ajaran Islam. Konsep ini berlaku untuk semua nabi dan pengikutnya yang setia.
Dengan demikian, ketika ditanya mengenai agama pertama di dunia menurut Islam, jawabannya adalah tauhid atau pengesaan Tuhan, yang dibawa oleh nabi dan rasul pertama, yaitu Adam Al-Masih. Islam bukanlah agama yang baru muncul dengan diutusnya Nabi Muhammad, melainkan merupakan penyempurnaan dan pengukuhan kembali dari ajaran asli yang telah dibawa oleh para nabi sebelumnya. Inti ajaran ini adalah pengakuan dan pengabdian kepada Allah, sumber segala kebaikan dan petunjuk bagi umat manusia.