Agama Tertua di Dunia: Sebuah Tinjauan dari Perspektif Al-Quran

Agama adalah Fitrah Manusia Simbol kesucian dan keseimbangan alam semesta

Pertanyaan mengenai agama tertua di dunia seringkali memicu berbagai perdebatan dan sudut pandang. Namun, ketika kita merujuk pada ajaran Al-Quran, perspektif mengenai asal-usul agama menjadi lebih jelas dan terpusat pada konsep fitrah manusia. Al-Quran tidak secara eksplisit menyebutkan satu nama agama yang merupakan "tertua" dalam pengertian kronologis seperti yang sering diperdebatkan dalam studi perbandingan agama. Sebaliknya, Al-Quran menekankan bahwa **agama yang dibawa oleh para nabi adalah satu kesatuan esensi, yaitu penyerahan diri kepada Tuhan Yang Esa.**

Konsep Fitrah dalam Al-Quran

Istilah fitrah dalam Al-Quran merujuk pada kecenderungan alami manusia untuk mengakui keberadaan Tuhan dan tunduk kepada-Nya. Allah SWT berfirman dalam Surah Ar-Rum ayat 30: "Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus; (tetaplah atas) fitrah Allah sebagaimana Allah menciptakan manusia di atasnya. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Ayat ini sangat fundamental dalam memahami pandangan Al-Quran mengenai asal-usul agama. Fitrah ini, menurut Al-Quran, adalah pondasi yang ditanamkan sejak penciptaan manusia. Artinya, setiap individu terlahir dengan kesadaran dasar akan Penciptanya. Ajaran para nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW, pada hakikatnya adalah mengingatkan manusia kembali kepada fitrahnya yang asli, yaitu agama Tauhid atau keesaan Tuhan.

Rangkaian Kenabian: Satu Pesan, Berbagai Zaman

Al-Quran memperkenalkan konsep bahwa para nabi diutus sepanjang sejarah manusia untuk membimbing umat manusia. Mulai dari Nabi Adam AS, Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS, hingga Nabi Muhammad SAW, semuanya membawa risalah yang sama: menyembah Allah semata dan menjauhi segala bentuk penyekutuan. Mereka adalah pembawa ajaran yang sama di zaman yang berbeda.

Nabi Adam AS, manusia pertama, diyakini sebagai nabi pertama yang mengajarkan tauhid. Kemudian, seiring berjalannya waktu dan munculnya penyimpangan serta penyembahan berhala, Allah mengutus nabi-nabi berikutnya untuk mengembalikan manusia ke jalan yang lurus. Nabi Nuh AS misalnya, diutus pada masa ketika manusia mulai menyembah berhala. Begitu pula Nabi Ibrahim AS, yang dikenal sebagai bapak para nabi, menegakkan kembali ajaran tauhid di tengah masyarakat yang menyimpang.

Oleh karena itu, dari perspektif Al-Quran, agama yang hakiki bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh manusia pada zaman tertentu, melainkan sebuah sistem keyakinan yang bersumber langsung dari Sang Pencipta dan disampaikan melalui para utusan-Nya. **Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu Islam, dipandang sebagai penyempurnaan dan penutup dari rangkaian risalah kenabian ini, yang mengembalikan manusia pada fitrahnya yang paling murni.**

Islam Sebagai Puncak Risalah

Al-Quran menegaskan bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan diridhai Allah. Firman-Nya dalam Surah Al-Ma'idah ayat 3: "Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu."

Penegasan ini bukan berarti agama-agama sebelumnya tidak benar. Agama-agama yang dibawa oleh para nabi terdahulu adalah benar pada masanya dan sesuai dengan kondisi umat pada saat itu. Namun, seiring berjalannya waktu, ajaran-ajaran tersebut mengalami perubahan, penambahan, atau pengurangan oleh manusia. Islam datang sebagai peneguh kembali ajaran-ajaran murni tersebut dan menjadi penutup dari risalah kenabian.

Jadi, ketika berbicara tentang "agama tertua di dunia menurut Al-Quran", jawabannya mengerucut pada esensi penyerahan diri kepada Tuhan Yang Esa yang telah ada sejak awal penciptaan manusia (fitrah) dan diwujudkan kembali secara sempurna melalui ajaran Islam. Ini bukanlah tentang klaim kronologis tunggal, melainkan tentang kontinuitas kebenaran ilahi yang disampaikan melalui rangkaian nabi-nabi utusan Allah. Intinya, semua nabi membawa satu agama: Islam dalam pengertian luas, yaitu tunduk dan patuh kepada Allah.

🏠 Homepage