Dalam percakapan sehari-hari, terutama di era digital dan media sosial, frasa "can relate" sering kali terdengar. Ungkapan ini berasal dari bahasa Inggris dan memiliki makna yang cukup mendalam, yaitu kemampuan untuk "berhubungan" atau "memahami" pengalaman atau perasaan orang lain. Ini bukan sekadar persetujuan verbal, melainkan sebuah pengakuan akan adanya kesamaan dalam situasi, emosi, atau pemikiran.
Secara harfiah, "can relate" dapat diartikan sebagai "bisa berhubungan" atau "dapat mengaitkan". Namun, dalam konteks penggunaannya, maknanya meluas menjadi ekspresi empati dan pengakuan bahwa seseorang telah mengalami hal serupa atau memahami betul apa yang sedang dirasakan atau dialami oleh orang lain. Ketika seseorang mengatakan "I can relate to that," artinya mereka merasa terhubung dengan cerita atau ungkapan Anda karena mereka pernah berada di posisi yang sama, merasakan emosi yang serupa, atau memiliki pandangan yang sama terhadap suatu hal.
Frasa ini sering digunakan sebagai respons terhadap curahan hati, keluhan, cerita lucu, atau bahkan sekadar pengamatan tentang kehidupan. Penggunaannya menunjukkan bahwa pembicara tidak hanya mendengar, tetapi juga memproses informasi tersebut dan menemukan resonansi di dalam diri mereka sendiri. Ini menciptakan rasa kebersamaan dan mengurangi perasaan terisolasi bagi orang yang mengungkapkan pengalamannya.
"Can relate" memainkan peran krusial dalam membangun dan memperkuat hubungan antarmanusia. Kemampuan untuk merasa "relate" adalah inti dari empati, salah satu fondasi terpenting dalam interaksi sosial yang sehat. Ketika kita bisa relate, kita menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan, kebahagiaan, atau kebingungan mereka. Ini bisa menjadi sumber kenyamanan yang luar biasa, terutama di saat-saat sulit.
Lebih dari itu, "can relate" juga berfungsi sebagai validator. Mendengar seseorang berkata "I can relate" bisa membuat seseorang merasa bahwa perasaan atau pengalamannya adalah hal yang valid dan normal. Ini bisa sangat membantu dalam mengatasi rasa cemas, keraguan diri, atau perasaan aneh yang mungkin muncul ketika seseorang merasa berbeda dari kebanyakan orang.
Contoh Penggunaan:
"Aku stres banget sama deadline tugas kuliah yang numpuk!"
Respon: "Wah, aku juga pernah ngalamin fase itu. Bener-bener bikin kewalahan ya. I can relate."
Frasa "can relate" dapat muncul dalam berbagai situasi, baik formal maupun informal, meskipun lebih umum dalam percakapan santai. Beberapa konteks umum meliputi:
Penting untuk membedakan antara "can relate" dengan sekadar "setuju" atau "mengerti" secara intelektual. "Can relate" menyiratkan adanya pengalaman atau perasaan bersama. Seseorang mungkin mengerti secara logis mengapa Anda merasa sedih karena kehilangan sesuatu, tetapi jika mereka pernah mengalami kehilangan yang serupa, barulah mereka benar-benar "can relate". Ini adalah tentang resonansi emosional, bukan hanya pemahaman kognitif.
Misalnya, seseorang bisa saja mengerti secara teori bahwa sulit untuk bangun pagi saat cuaca dingin. Namun, hanya orang yang benar-benar pernah merasakan rasa malas yang luar biasa di pagi yang dingin dan berhasil mengatasinya yang bisa dengan tulus berkata, "Oh ya, I can totally relate."
Kemampuan untuk "relate" tidak hanya datang dari pengalaman pribadi yang sama persis, tetapi juga dari kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain (empati), mendengarkan secara aktif, dan memiliki rasa ingin tahu tentang pengalaman orang lain. Dengan lebih terbuka untuk memahami perspektif yang berbeda, kita dapat memperluas kapasitas kita untuk merasa terhubung dengan orang-orang di sekitar kita, bahkan jika pengalaman mereka tidak sama persis dengan kita.
Jadi, ketika Anda mendengar atau menggunakan frasa "can relate," ingatlah bahwa itu lebih dari sekadar kata-kata. Itu adalah jembatan yang menghubungkan hati dan pikiran, sebuah pengakuan bahwa dalam keragaman pengalaman manusia, ada benang merah empati yang bisa kita semua pegang.