Aksara Jawa, atau yang dikenal juga sebagai Hanacaraka, adalah salah satu warisan budaya tak benda yang sangat berharga bagi masyarakat Jawa. Sistem penulisan yang kaya dan kompleks ini bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga merupakan cerminan dari sejarah, filosofi, dan nilai-nilai luhur bangsa. Namun, di era modern yang serba digital ini, eksistensi aksara Jawa menghadapi ancaman serius. Terjadinya degradasi penggunaan dan pemahaman terhadap aksara Jawa telah menimbulkan keprihatinan mendalam, mengarah pada kondisi "Aksara Jawa Rusak" yang semakin nyata.
Beberapa faktor kompleks berkontribusi pada kondisi mengenaskan aksara Jawa saat ini. Pertama dan terpenting adalah dominasi alfabet Latin yang kian meluas. Sejak masa kolonial hingga kini, aksara Latin telah menjadi bahasa utama dalam pendidikan formal, komunikasi sehari-hari, media massa, hingga ranah digital. Akibatnya, generasi muda semakin jarang bersentuhan dan terdorong untuk mempelajari aksara Jawa. Keterputusan generasi ini menjadi akar utama dari melemahnya pelestarian.
Kedua, minimnya sarana dan prasarana pendukung. Meskipun ada upaya dari berbagai pihak, materi pembelajaran aksara Jawa yang menarik, interaktif, dan mudah diakses masih tergolong langka. Kurikulum di sekolah seringkali tidak memberikan porsi yang memadai untuk mengajarkan aksara Jawa secara mendalam. Ditambah lagi, ketersediaan font aksara Jawa yang memadai untuk keperluan desain grafis maupun penulisan digital masih terbatas, seringkali menyulitkan pengguna awam untuk mengimplementasikannya.
Faktor ketiga adalah perubahan gaya hidup masyarakat. Kesibukan dan arus informasi yang begitu cepat membuat masyarakat cenderung memilih cara yang lebih praktis dan instan. Mempelajari dan menggunakan aksara Jawa yang membutuhkan dedikasi dan ketelitian seringkali dianggap sebagai beban atau bahkan sesuatu yang ketinggalan zaman. Fenomena ini diperparah dengan kurangnya apresiasi terhadap nilai intrinsik aksara Jawa itu sendiri.
Aksara Jawa bukan sekadar coretan atau simbol, melainkan sebuah entitas budaya yang sarat makna. Keunikan strukturnya, filosofi di balik setiap bentuknya, serta kaitannya dengan sastra dan sejarah Jawa menjadikannya aset tak ternilai yang patut dijaga kelestariannya.
Konsekuensi dari kerusakan aksara Jawa sangatlah luas dan merugikan. Hilangnya pemahaman terhadap aksara Jawa berarti hilangnya akses langsung terhadap khazanah pustaka kuno Jawa. Banyak manuskrip, babad, dan karya sastra klasik yang ditulis dalam aksara Jawa kini sulit dibaca dan dipahami oleh generasi masa kini, kecuali oleh segelintir ahli. Ini berarti kita kehilangan sebagian dari sejarah, kearifan, dan identitas budaya leluhur kita.
Selain itu, kepunahan aksara Jawa juga mengancam keberagaman linguistik dan budaya di Indonesia. Setiap aksara daerah adalah jendela menuju cara pandang dan pemikiran masyarakat pendukungnya. Jika aksara Jawa punah, maka salah satu perspektif unik dalam mozaik budaya Indonesia akan hilang selamanya. Hal ini dapat memperlemah identitas budaya Jawa secara keseluruhan dan mengurangi kekayaan budaya bangsa.
Lebih jauh lagi, kerusakan aksara Jawa dapat berdampak pada bidang akademis dan penelitian. Peneliti sejarah, linguistik, dan antropologi akan semakin kesulitan dalam mengkaji dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peradaban Jawa jika sumber-sumber primer tidak dapat diakses secara optimal. Keterbatasan ini dapat menghambat perkembangan studi tentang Jawa dan warisannya.
Menghadapi tantangan ini, berbagai upaya revitalisasi perlu digalakkan secara berkelanjutan. Pemerintah daerah, lembaga pendidikan, komunitas budaya, serta masyarakat luas harus bersinergi. Beberapa langkah konkret yang dapat diambil antara lain:
Upaya pelestarian aksara Jawa bukanlah sekadar nostalgia masa lalu, melainkan sebuah investasi untuk masa depan. Dengan menjaga dan menghidupkan kembali aksara Jawa, kita tidak hanya melestarikan sebuah bentuk tulisan, tetapi juga menyelamatkan warisan budaya yang kaya, menjaga identitas bangsa, dan membuka kembali jendela menuju kebijaksanaan leluhur. Sudah saatnya kita bersama-sama mencegah aksara Jawa semakin rusak dan tenggelam ditelan zaman.