Ayat Al-Qur'an yang menjadi pedoman hidup bagi umat Muslim tersebar di berbagai surah dan ayat. Salah satu ayat yang menekankan pentingnya bersedekah dan memberikan sesuatu yang terbaik dari apa yang kita miliki adalah Surah Al-Baqarah ayat 267. Ayat ini bukan sekadar perintah untuk memberi, melainkan sebuah panduan mendalam mengenai kualitas dan niat di balik setiap infak.
Ayat ini secara gamblang memerintahkan orang-orang yang beriman untuk menyisihkan sebagian dari harta yang diperoleh melalui cara yang baik dan halal. Frasa "hasil usahamu yang baik-baik" menggarisbawahi bahwa harta yang diinfakkan seharusnya berasal dari rezeki yang bersih, jujur, dan tidak mengandung unsur haram atau syubhat (keraguan). Ini berarti, sebelum menyalurkan bantuan, seorang Muslim diingatkan untuk memastikan sumber penghasilannya adalah halal.
Lebih lanjut, ayat ini juga menyertakan perintah untuk menginfakkan sebagian dari apa yang dikeluarkan dari bumi, yang merujuk pada hasil pertanian, perkebunan, atau sumber daya alam lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perintah infak mencakup berbagai jenis kekayaan yang dimiliki umat manusia. Ini adalah sebuah ajakan untuk tidak hanya berbagi dari kelebihan yang tampak, tetapi juga dari potensi yang dihasilkan oleh bumi yang telah Allah karuniakan.
Bagian kedua dari ayat ini memberikan peringatan tegas: "Dan janganlah kamu memilih yang buruk lalu kamu menafkahkan darinya". Ini adalah inti dari tuntunan kualitas dalam berinfak. Allah tidak hanya melihat kuantitas pemberian, tetapi juga kualitas dan nilai dari apa yang kita berikan. Memilih harta yang buruk, cacat, tidak layak, atau bahkan sisa-sisa yang tidak kita inginkan untuk diri sendiri, lalu memberikannya kepada orang lain atau untuk tujuan kebaikan, adalah perbuatan yang sangat tidak disukai oleh Allah.
Bahkan, ayat ini menambahkan metafora yang kuat: "sedang kamu sendiri tidak mau mengambilnya kecuali dengan memincingkan mata (memperlihatkan ketidakpuasan)". Metafora ini menggambarkan betapa rendahnya kualitas pemberian tersebut. Jika kita saja tidak sudi menerima barang yang jelek atau berkualitas rendah, bagaimana mungkin kita bisa memberikannya kepada orang lain, apalagi mengharapkannya menjadi amal yang diterima Allah? Ini adalah cerminan dari egoisme dan ketidakikhlasan yang tersembunyi di balik tindakan memberi.
Perintah ini mendorong umat Muslim untuk merefleksikan hati mereka saat berinfak. Apakah kita memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki, atau sekadar membuang apa yang tidak kita inginkan? Apakah ada keikhlasan tulus dalam setiap pemberian, atau sekadar formalitas tanpa makna yang mendalam?.
Ayat ini diakhiri dengan pengingat yang sangat penting: "Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." Kalimat ini memiliki dua makna penting. Pertama, Allah Maha Kaya. Artinya, Allah tidak membutuhkan infak kita. Kekayaan-Nya absolut dan tidak terbatas. Infaq yang kita berikan sama sekali tidak menambah kekayaan Allah. Sebaliknya, Allah yang memberikan segalanya kepada kita. Dengan memahami ini, kita seharusnya tidak merasa ujub (sombong) atau merasa telah berjasa besar kepada Allah.
Kedua, Allah Maha Terpuji. Allah dipuji karena sifat-sifat-Nya yang sempurna, termasuk kebijaksanaan-Nya dalam menetapkan syariat dan keadilan-Nya dalam membalas setiap amal. Pahala yang kita dapatkan dari infak adalah wujud dari keterpujian-Nya yang memberikan balasan berlipat ganda atas kebaikan yang kita lakukan, meskipun kebaikan itu kecil di mata kita. Allah Maha Terpuji karena Dia menerima dan melipatgandakan pahala dari infak yang ikhlas dan berkualitas.
Bagi seorang Muslim, Surah Al-Baqarah ayat 267 adalah panggilan untuk meningkatkan kualitas ibadah sosialnya. Ini berarti:
Dengan memahami dan mengamalkan isi dari Surah Al-Baqarah ayat 267, diharapkan setiap infak yang kita keluarkan menjadi sarana untuk membersihkan harta, mensucikan jiwa, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Infak yang terbaik adalah yang keluar dari hati yang bersih, dengan harta yang halal, dan diberikan dengan tulus tanpa mengharapkan balasan duniawi, melainkan ridha Ilahi.