Surah Al-Baqarah, sebagai surah terpanjang dalam Al-Qur'an, memuat berbagai macam ajaran, hukum, dan kisah yang relevan bagi kehidupan seorang Muslim. Di antara ayat-ayat yang penting dan sering direnungkan adalah rentang ayat 201 hingga 220. Bagian ini secara khusus membahas tentang doa-doa yang dipanjatkan oleh orang beriman, perbandingan kehidupan dunia dan akhirat, serta tuntunan dalam mencari keberkahan dan keselamatan. Ayat-ayat ini memberikan panduan praktis bagaimana seharusnya seorang mukmin menjalani hidup, senantiasa berorientasi pada keridhaan Allah dan kebahagiaan abadi di akhirat kelak.
Ayat 201 Surah Al-Baqarah menjadi salah satu doa yang sangat populer di kalangan umat Islam:
Doa ini mengajarkan kepada kita untuk memohon kebaikan yang komprehensif, mencakup aspek duniawi dan ukhrawi. Kebaikan dunia bukan sekadar materi, tetapi juga meliputi kesehatan, keluarga yang harmonis, ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal, dan segala sesuatu yang membawa kebaikan dan kemaslahatan di kehidupan fana ini. Sementara itu, kebaikan di akhirat adalah puncak dari segala permohonan, yakni meraih surga dan segala kenikmatannya yang abadi. Permohonan perlindungan dari siksa neraka menunjukkan kesadaran akan murka Allah dan pentingnya menghindari segala jalan yang dapat menjerumuskan diri ke dalam jurang kehancuran. Doa ini mengajarkan keseimbangan, agar tidak hanya terfokus pada kesenangan dunia semata, tetapi juga senantiasa merindukan dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang lebih kekal.
Ayat-ayat selanjutnya dalam rentang ini juga memberikan arahan yang lebih spesifik mengenai bagaimana seharusnya seorang Muslim berperilaku. Ayat 202 mengingatkan bahwa di antara manusia ada yang ucapannya menarik (ketika berbicara tentang dunia), bahkan ia menyandarkan niatnya kepada Allah, padahal sebenarnya hatinya tidak demikian. Ini adalah peringatan keras agar kita tulus dalam setiap perkataan dan perbuatan, tidak hanya pandai berbicara atau bersandiwara di hadapan Allah dan manusia. Ketulusan niat (ikhlas) adalah kunci diterimanya amal dan kunci kebahagiaan sejati.
Kemudian, ayat 203 mengajak kita untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dan mengetahui bahwa hanya kepada-Nya kita akan dikumpulkan. Ini menekankan pentingnya kesadaran akan keesaan Allah dan akhir pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Berzikir, sebagaimana dijelaskan dalam ayat 200 (meski di luar rentang yang diminta, namun erat kaitannya), adalah salah satu cara mengingat Allah. Ayat 203 memberikan penekanan lanjutan bahwa mengingat Allah juga berarti senantiasa waspada terhadap perintah dan larangan-Nya, serta menyadari bahwa setiap amal akan dimintai pertanggungjawaban.
Konteks di sekitar ayat-ayat ini seringkali berkaitan dengan seruan untuk mengingat Allah. Berperilaku baik, beribadah dengan tulus, dan memohon kebaikan dunia akhirat adalah manifestasi dari ingatan kita kepada Allah. Ayat 205 mengingatkan agar kita tidak menyia-nyiakan potensi yang diberikan Allah untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Sebaliknya, gunakanlah potensi tersebut untuk kebaikan, seperti membangun, menanam, dan berdakwah ke jalan yang benar. Kerusakan sekecil apa pun yang dilakukan atas dasar kesombongan atau keengganan untuk taat akan mendatangkan celaka.
Ayat 202-203 secara implisit membandingkan orientasi duniawi dengan ukhrawi. Seseorang yang hanya fokus pada duniawi mungkin terlihat pandai berbicara atau memiliki penampilan yang menarik, namun kehidupannya hampa makna jika tidak dilandasi ketakwaan kepada Allah dan niat yang tulus. Sebaliknya, orang yang berorientasi pada akhirat akan senantiasa berusaha memperbaiki diri, memohon keridhaan Allah, dan mempersiapkan diri untuk pertemuan dengan-Nya.
Ayat 220 menyinggung tentang pentingnya mempertimbangkan perbuatan di dunia dengan pertimbangan yang matang, terutama dalam urusan memperbaiki (diri atau masyarakat) serta menghindari kerusakan. Ayat ini mengingatkan bahwa jika Allah menghendaki, niscaya Dia akan mendatangkan kesulitan bagimu.
Pernyataan ini menjadi pengingat agar kita tidak menyombongkan diri atau merasa aman dari cobaan. Kehidupan ini adalah ujian, dan segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya. Oleh karena itu, penting untuk senantiasa berserah diri kepada-Nya, memohon perlindungan dari kesulitan, dan menggunakan setiap kesempatan untuk berbuat baik. Ayat-ayat ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya terletak pada pencapaian duniawi, tetapi pada bagaimana kita menjalani hidup ini dengan kesadaran spiritual, ketulusan hati, dan orientasi yang jelas terhadap kehidupan akhirat. Dengan merenungi dan mengamalkan ajaran dalam ayat Al-Baqarah 201-220, diharapkan seorang Muslim dapat meraih ketenangan, keberkahan, dan keselamatan di dunia maupun di akhirat kelak.