Surah Al-Baqarah, ayat 131 hingga 135, merupakan rangkaian ayat yang sarat makna dan tuntunan bagi umat Islam. Ayat-ayat ini secara spesifik menyoroti urgensi ketaatan total kepada Allah SWT, serta menumbuhkan keyakinan dan harapan dalam menghadapi segala cobaan hidup. Pembahasan mendalam terhadap ayat-ayat ini dapat membuka cakrawala pemahaman tentang esensi keislaman yang sesungguhnya.
Ayat ini menggambarkan sebuah momen krusial dalam sejarah kenabian. Nabi Ibrahim AS, seorang teladan dalam keimanan dan ketauhidan, diperintahkan oleh Allah untuk "tunduk patuh". Respons beliau yang tegas dan tanpa keraguan, "Aku tunduk patuh kepada Tuhan seluruh alam," menjadi bukti puncak ketaatan. Kata "Islam" itu sendiri berarti "ketundukan" atau "penyerahan diri". Oleh karena itu, ayat ini menegaskan bahwa menjadi seorang Muslim bukan sekadar label, melainkan sebuah komitmen mendalam untuk tunduk pada segala perintah dan larangan Allah, sumber segala alam semesta. Ketaatan ini harus bersifat mutlak, melampaui segala ego, kepentingan pribadi, bahkan ikatan duniawi lainnya. Keislaman yang sejati adalah ketika seluruh aspek kehidupan kita diarahkan untuk ridha Allah.
Setelah menunjukkan ketaatan pribadinya, Nabi Ibrahim AS tidak berhenti sampai di situ. Beliau mewariskan nilai-nilai keislaman ini kepada keturunannya, termasuk Nabi Ya'qub AS. Ini menunjukkan betapa pentingnya meneruskan ajaran agama dan menanamkan keimanan kepada generasi mendatang. Wasiat ini menekankan agar anak-anak mereka berpegang teguh pada Islam hingga akhir hayat. Ini adalah pengingat bagi kita sebagai orang tua dan anggota keluarga untuk senantiasa mengajarkan dan membimbing keluarga kita agar senantiasa berada di jalan Allah. Memelihara keislaman dalam keluarga adalah investasi spiritual yang tak ternilai harganya, memastikan keberlangsungan nilai-nilai luhur di masa depan.
Ayat ini membawa kita pada momen menjelang ajal Nabi Ya'qub AS. Di saat-saat genting tersebut, beliau tidak bertanya tentang harta benda atau kedudukan duniawi, melainkan menanyakan tentang keyakinan anak-anaknya. Hal ini menegaskan bahwa pertanyaan terpenting di penghujung kehidupan adalah tentang keesaan Allah dan ketundukan kita kepada-Nya. Jawaban anak-anaknya, yang mengukuhkan penyembahan mereka kepada Tuhan Yang Esa, serta keyakinan mereka pada agama warisan nenek moyang mereka, menunjukkan kekuatan tradisi kebaikan dan ketauhidan yang telah tertanam kuat. Ayat ini mengajarkan kita untuk terus menerus mengevaluasi dan memperkuat pondasi keimanan kita, agar di akhir hayat, kita dapat menghadap Allah dalam keadaan husnul khatimah.
Melalui ayat ini, Allah mengingatkan umat manusia, termasuk kita, bahwa setiap umat memiliki sejarah dan tanggung jawabnya masing-masing. Umat-umat terdahulu memiliki amal perbuatannya sendiri, dan begitu pula kita. Kita tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas dosa atau kebaikan umat sebelum kita. Fokus utama adalah pada amal kita sendiri di dunia ini. Ini adalah pengingat yang kuat untuk tidak terlena dengan masa lalu atau mengagungkan pencapaian orang lain secara berlebihan, melainkan lebih berkonsentrasi pada usaha dan ibadah kita saat ini. Setiap individu bertanggung jawab atas pilihan dan tindakannya di hadapan Allah.
Ayat terakhir ini menggambarkan interaksi umat Islam dengan umat agama samawi lainnya, yaitu Yahudi dan Nasrani. Mereka mengajak umat Islam untuk mengikuti agama mereka. Namun, perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya adalah untuk tetap teguh pada agama Ibrahim yang hanif (lurus), yaitu agama tauhid yang murni, yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Ajaran ini menekankan pentingnya memiliki jati diri keislaman yang kuat dan tidak mudah terombang-ambing oleh ajakan atau tekanan eksternal. Islam berdiri sebagai agama yang mandiri, berasaskan ajaran murni dari Allah melalui para nabi-Nya, termasuk Nabi Ibrahim. Kita diminta untuk tidak tersesat dalam keragaman pandangan, melainkan berpegang pada kebenaran yang telah ditetapkan.
Secara keseluruhan, Al-Baqarah ayat 131-135 mengajarkan kita tentang pilar-pilar keislaman yang fundamental: ketaatan mutlak kepada Allah, pentingnya mewariskan nilai-nilai kebaikan, tanggung jawab individu atas amal perbuatan, serta keteguhan dalam memegang ajaran Islam yang murni. Ayat-ayat ini adalah sumber motivasi yang tak henti untuk senantiasa memperbaiki diri, memperkuat iman, dan mengharapkan rahmat serta ridha Allah SWT di setiap langkah kehidupan kita.