Simbolisasi ajaran dan tuntunan ilahi yang terus mengalir.
Surah Al-Baqarah, sebagai surah terpanjang dalam Al-Qur'an, memuat berbagai ajaran fundamental bagi umat Islam. Di antara ayat-ayatnya yang kaya makna, rentang ayat 151 hingga 170 menawarkan perspektif mendalam mengenai peran kenabian, pentingnya syukur, larangan mengikuti jejak setan, serta perintah untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran agama.
Ayat 151 membuka rentang pembahasan ini dengan menegaskan kembali misi kerasulan Nabi Muhammad SAW:
وَاِذَا تَتْلُوْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُنَا بَيِّنٰتٍ ۙ قَالَ الَّذِيْنَ لَا يَرْجُوْنَ لِقَاۤءَنَا ائْتِ بِقُرْاٰنٍ غَيْرِ هٰذَآ اَوْ بَدِّلْهُ ۗ قُلْ سُبْحٰنَ رَبِّيْٓ اِنْ كُنْتُ بَشَرًا رَّسُوْلًا
"Dan sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang rasul dari kaummu yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, menyucikanmu, mengajarkan Kitab dan Hikmah serta mengajarkan apa yang kamu tidak pernah tahu."
Ayat ini menyoroti empat aspek utama dari kenabian: membacakan ayat-ayat Allah, menyucikan jiwa manusia, mengajarkan Al-Qur'an dan Sunnah (hikmah), serta memberikan pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui manusia. Ini adalah tanggung jawab besar yang diemban oleh para nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW, untuk membimbing umat manusia menuju jalan kebenaran.
Selanjutnya, ayat 152 dan 153 menyerukan kepada umat manusia untuk senantiasa mengingat Allah dan bersyukur atas nikmat-Nya, serta bersabar dalam menghadapi cobaan:
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan mengingatmu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku."
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."
Perintah untuk mengingat Allah adalah inti dari ketaatan. Ketika kita mengingat Allah, Dia akan mengingat kita dengan rahmat dan pertolongan-Nya. Syukur adalah wujud pengakuan atas segala nikmat yang telah diberikan, sekecil apapun itu. Sementara itu, kesabaran dan salat menjadi dua pilar utama dalam menghadapi segala kesulitan hidup. Keduanya memberikan kekuatan spiritual dan ketenangan jiwa.
Ayat-ayat berikutnya berbicara tentang kedudukan orang-orang yang gugur di jalan Allah (syuhada) dan keutamaan sabar:
وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ
"Dan janganlah kamu sekali-kali menganggap orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, tetapi (mereka) hidup di sisi Tuhannya, mendapat rezeki."
Kehidupan di sisi Allah bagi para syuhada adalah sebuah kehormatan besar. Mereka tidak mati dalam pengertian fisik semata, melainkan berpindah ke alam yang lebih mulia. Ayat-ayat ini juga mengingatkan akan nikmat Allah yang luar biasa bagi orang-orang yang beriman, termasuk adanya toleransi dan rahmat dari Tuhan mereka. Ini menegaskan bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Rentang ayat ini juga menyentuh aspek ritual dan hukum, seperti keutamaan Sa'i antara Shafa dan Marwah, serta beberapa aturan terkait sumpah dan kewajiban menjaga amanah.
اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا ۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ
"Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebagian dari syiar agama Allah. Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengelilingi keduanya. Dan barangsiapa mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Menerima kebaikan lagi Maha Mengetahui."
Pelaksanaan Sa'i antara Shafa dan Marwah adalah salah satu rukun dalam ibadah haji dan umrah. Keberadaan kedua bukit ini mengingatkan kita pada perjuangan Siti Hajar dalam mencari air untuk putranya, Ismail. Selain itu, ayat-ayat ini juga memberikan petunjuk mengenai pentingnya menepati janji dan sumpah, serta konsekuensi melanggarnya. Ini adalah bagian dari penguatan moral dan etika dalam Islam.
Ayat-ayat selanjutnya kembali menegaskan keesaan Allah (Tauhid) dan kontrasnya dengan perilaku orang-orang yang menyekutukan-Nya:
وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ ۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ
"Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang."
Penegasan ini adalah fondasi utama akidah Islam. Segala bentuk peribadatan hanya layak ditujukan kepada Allah semata. Ayat-ayat ini juga menggambarkan penyesalan orang-orang musyrik di Hari Kiamat ketika mereka melihat azab dan menyadari bahwa mereka telah mengikuti hawa nafsu serta para pemimpin mereka yang sesat.
Menjelang akhir rentang ayat ini, terdapat perintah penting untuk mengonsumsi makanan yang halal dan baik, serta larangan keras untuk mengikuti langkah-langkah setan:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
"Wahai manusia! Makanlah dari apa (harta) yang ada di bumi yang halal lagi baik, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu."
Perintah ini mencakup seluruh aspek rezeki, tidak hanya makanan, tetapi juga pekerjaan dan sumber penghasilan. Mengonsumsi yang halal dan baik adalah bagian dari menjaga kesucian diri dan keluarga. Ajakan untuk menjauhi langkah-langkah setan merupakan peringatan agar kita tidak terjerumus dalam segala bentuk kemaksiatan dan kesesatan yang diajarkan oleh musuh yang nyata bagi umat manusia.
Ayat-ayat Al-Baqarah 151 hingga 170 adalah sebuah paket komprehensif yang membimbing umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari pemahaman tentang tugas kenabian, pentingnya kedekatan dengan Allah melalui zikir, syukur, dan sabar, hingga panduan dalam ibadah, hukum, akidah, dan etika makan serta menghindari godaan setan. Memahami dan mengamalkan kandungan ayat-ayat ini adalah kunci untuk meraih keberkahan dan keselamatan dunia akhirat.