Al Baqarah Ayat 152 Latin: Bersyukurlah Maka Aku Akan Menambah Nikmat-Mu

Dan ingatlah (wahai Bani Israil) akan nikmat-Ku (QS. Al Baqarah: 152)

Gambar: Simbol nikmat dan syukur dalam visualisasi sederhana.

Ayat Al Baqarah Ayat 152

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Al Baqarah Ayat 152 Latin

"Fadzkurūnī adzkurkum wasykurū lī walā takfurūn."

Terjemahan Al Baqarah Ayat 152

"Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat-Ku)."

Makna Mendalam dari Al Baqarah Ayat 152

Ayat ke-152 dari Surah Al Baqarah adalah salah satu ayat yang sangat fundamental dalam Al-Qur'an, mengingatkan umat manusia akan hubungan esensial antara hamba dan Sang Pencipta. Ayat ini mengandung dua perintah utama yang saling terkait erat: perintah untuk mengingat Allah (dzikrullah) dan perintah untuk bersyukur kepada-Nya (syukr). Kedua perintah ini bukanlah sekadar ritual kosong, melainkan pondasi penting dalam menjalani kehidupan seorang Muslim.

Perintah pertama, "Fadzkurūnī adzkurkum" (Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu), menawarkan sebuah janji ilahi yang luar biasa. Ketika seorang hamba senantiasa mengingat Allah dalam setiap aspek kehidupannya – dalam kesempitan maupun kelapangan, dalam suka maupun duka, dalam setiap tarikan napas dan hembusan napasnya – maka Allah pun akan senantiasa mengingatnya. Ingatan Allah ini bukan sekadar balasan, melainkan sebuah rahmat, perlindungan, pertolongan, dan kedekatan yang mendalam. Dzikir kepada Allah dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, mulai dari shalat, membaca Al-Qur'an, berdzikir lisan (tasbih, tahmid, tahlil, takbir), hingga merenungkan kebesaran ciptaan-Nya. Kesadaran akan kehadiran Allah senantiasa membuat seorang mukmin merasa tidak sendirian dan selalu berada di bawah pengawasan serta kasih sayang-Nya.

Selanjutnya, ayat ini menekankan pentingnya bersyukur: "Wasykurū lī" (Bersyukurlah kepada-Ku). Syukur bukan hanya ungkapan terima kasih di lisan, melainkan sebuah sikap hati dan perbuatan yang mencerminkan pengakuan bahwa segala kenikmatan yang kita miliki berasal dari Allah semata. Nikmat ini meliputi segala hal, mulai dari nikmat sehat, nikmat iman, nikmat keluarga, nikmat rezeki, hingga nikmat kesempatan untuk berbuat kebaikan. Semakin kita bersyukur, semakin besar pula nikmat yang akan Allah limpahkan kepada kita, sebagaimana janji-Nya dalam ayat lain: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti akan Ku-tambah nikmat-Ku kepadamu..." (QS. Ibrahim: 7). Bersyukur juga mendorong kita untuk menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridhai Allah, bukan untuk kemaksiatan atau kesombongan.

Di sisi lain, ayat ini juga memberikan peringatan keras terhadap kebalikan dari syukur, yaitu kekufuran: "Walā takfurūn" (Dan janganlah kamu mengingkari (nikmat-Ku)). Mengingkari nikmat Allah berarti berbuat sebaliknya dari apa yang diperintahkan, yaitu tidak bersyukur, bahkan menggunakan nikmat tersebut untuk maksiat, atau menganggap nikmat itu datang dari usaha sendiri tanpa mengakui peran Allah. Kekufuran terhadap nikmat Allah dapat berujung pada hilangnya nikmat tersebut di dunia dan mendatangkan siksa di akhirat. Ini adalah pengingat bahwa sikap sombong dan merasa cukup atas diri sendiri adalah jalan yang sesat dan menyesatkan.

Secara keseluruhan, Al Baqarah ayat 152 mengajarkan kita bahwa inti dari hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketergantungan, pengakuan, dan kepatuhan. Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang dan terarah, serta segala urusan dimudahkan. Dengan bersyukur, kita membuka pintu lebih lebar bagi limpahan rahmat dan karunia-Nya. Sebaliknya, dengan mengingkari nikmat-Nya, kita menjauhkan diri dari keberkahan dan justru mendatangkan kerugian. Ayat ini menjadi kompas moral dan spiritual yang membimbing umat Islam untuk senantiasa berada di jalur kebaikan, dalam naungan kasih sayang Allah SWT.

Sumber: Tafsir Al-Qur'an berbagai riwayat.

🏠 Homepage