Surat Al-Baqarah, ayat 181 hingga 185, merupakan bagian penting dari Al-Qur'an yang mengandung banyak hikmah dan petunjuk. Ayat-ayat ini berbicara tentang pentingnya menepati janji, keutamaan sedekah, serta menjelaskan sifat orang-orang yang bertakwa dan bagaimana mereka berinteraksi dengan wahyu Allah. Memahami kandungan ayat-ayat ini memberikan panduan moral dan spiritual yang mendalam bagi umat Muslim.
Ayat ini menekankan betapa seriusnya Allah memandang masalah janji dan wasiat. Ketika seseorang membuat janji atau memberikan wasiat, ia terikat olehnya. Mengubah atau mengingkari janji tersebut setelah mendengarnya, baik janji kepada Allah maupun sesama manusia, adalah perbuatan dosa yang tanggung jawabnya sepenuhnya berada pada orang yang mengubahnya. Allah Maha Mendengar setiap ucapan dan Maha Mengetahui setiap niat di balik tindakan tersebut. Kejujuran dan ketepatan janji adalah cerminan dari keimanan seseorang. Pelanggaran janji dapat menimbulkan kerugian, perselisihan, dan merusak kepercayaan. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk senantiasa menjaga lisannya dan berhati-hati dalam membuat kesepakatan.
Ayat ini memberikan pedoman mengenai penanganan wasiat yang berpotensi menimbulkan ketidakadilan atau kesalahpahaman. Jika ada kekhawatiran bahwa wasiat yang dibuat seseorang akan berujung pada kecurangan (janf) atau dosa, dan kemudian ada pihak yang berupaya mendamaikan serta meluruskan agar wasiat tersebut dilaksanakan secara adil, maka orang yang mendamaikan itu tidak akan menanggung dosa. Ini menunjukkan betapa Allah mengutamakan keadilan dan perdamaian. Upaya memperbaiki situasi agar tidak terjadi ketidakadilan dalam pembagian harta warisan, terutama melalui wasiat, adalah perbuatan yang mulia dan diridai. Allah memberikan keringanan dan pengampunan bagi mereka yang berusaha menegakkan kebenaran dan keadilan, karena Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ini adalah ayat yang secara tegas mewajibkan ibadah puasa kepada umat Islam. Puasa Ramadan bukan hanya sekadar menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri dari fajar hingga matahari terbenam, tetapi merupakan sarana untuk mencapai derajat takwa. Ketakwaan berarti senantiasa merasa diawasi oleh Allah, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Puasa melatih kesabaran, pengendalian diri, kepekaan sosial (dengan merasakan lapar dan dahaga orang lain), serta mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Perintah ini berlaku bagi orang-orang beriman, dan dijelaskan bahwa kewajiban ini juga telah diberikan kepada umat-umat terdahulu, menunjukkan universalitas ajaran Islam yang menekankan pentingnya spiritualitas dan pengendalian diri.
Ayat ini menjelaskan sifat rahmat Allah dalam kewajiban puasa. Puasa diwajibkan hanya dalam beberapa hari yang ditentukan (Ramadan), memberikan keringanan bagi mereka yang sakit atau sedang dalam perjalanan untuk menggantinya di hari lain. Bagi mereka yang sangat berat untuk berpuasa karena usia tua atau penyakit kronis yang tidak memungkinkan untuk sembuh, ada opsi fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. Lebih jauh lagi, Allah membuka pintu kebaikan dengan menganjurkan untuk berpuasa meskipun berat, karena puasa itu sendiri lebih baik bagi pelakunya, jika mereka memahami hikmahnya. Ini adalah bukti bahwa ajaran Islam dibangun di atas prinsip kemudahan dan keadilan, bukan memberatkan umatnya.
Ayat terakhir ini mengkhususkan bulan Ramadan sebagai bulan istimewa karena di dalamnya Al-Qur'an diturunkan. Al-Qur'an adalah kitab suci yang menjadi petunjuk hidup, sumber kebenaran, dan pembeda antara hak dan batil. Ini menegaskan kembali pentingnya bulan Ramadan sebagai momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah puasa dan tadarus Al-Qur'an. Ayat ini juga kembali menegaskan perintah puasa bagi yang sehat dan musafir, serta menekankan bahwa Allah menghendaki kemudahan, bukan kesulitan. Di akhir ayat, dianjurkan untuk mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk yang diberikan dan agar senantiasa bersyukur atas nikmat Islam dan Ramadan. Kebersyukuran ini memotivasi umat Islam untuk terus menjalankan perintah-Nya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
Secara keseluruhan, Al Baqarah ayat 181-185 memberikan pelajaran berharga mengenai kejujuran dalam janji, keadilan dalam wasiat, kewajiban dan keutamaan berpuasa, serta signifikansi bulan Ramadan sebagai bulan penurunan Al-Qur'an. Ayat-ayat ini adalah panduan komprehensif yang mengarahkan umat Muslim untuk hidup lurus, bertakwa, dan selalu bersyukur kepada Allah SWT.