Al-Qur'an Ilmu Hikmah

Menggali Makna: Al Baqarah Ayat 211-220 Latin dan Tafsirnya

Surah Al-Baqarah, surah terpanjang dalam Al-Qur'an, memuat berbagai petunjuk dan hukum yang relevan bagi kehidupan umat manusia. Di antara ayat-ayatnya yang sarat makna, rentang ayat 211 hingga 220 menawarkan renungan mendalam mengenai janji Allah, cobaan, kesabaran, dan keadilan ilahi. Memahami ayat-ayat ini dalam teks latin dan tafsirnya dapat memberikan pencerahan spiritual dan tuntunan praktis.

Ayat 211: Janji dan Ingkar

"Salanil-bunūna 'ala lafḍihim faqultu 'ala mā anzalallāhu 'alaina fa-qultu li-man qutila minhum bālighahum fa-samirū wa 'aqilu wa 'alamū"

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya". Akan Kami (tetap) mencatat perkataan mereka dan pembunuhan mereka terhadap nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah siksaan api yang membakar."

Penjelasan Singkat: Ayat ini mengisahkan tentang kekufuran sebagian kaum Yahudi yang telah diingkari oleh Allah. Mereka menuduh Allah itu fakir, padahal kenyataannya Allah Maha Kaya. Allah menegaskan bahwa Dia akan mencatat segala perkataan dan perbuatan buruk mereka, termasuk membunuh para nabi tanpa hak, serta akan memberikan balasan siksa api neraka.

Ayat 212: Kehidupan Dunia vs. Akhirat

"Ulā'ikal-ladhīna-sh'tarawul-ḥayātad-dun-yā bil-ākhirati falā yukhaffafu 'an-humul-'adhābu walā hum yunẓarūn"

Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa bagi mereka dan mereka tidak akan mendapat pertolongan.

Penjelasan Singkat: Ayat ini menjelaskan akibat dari kesombongan dan kekufuran yang telah disebutkan sebelumnya. Orang-orang tersebut lebih mementingkan kesenangan duniawi daripada kebahagiaan akhirat. Akibatnya, siksa bagi mereka tidak akan pernah dikurangi sedikitpun, dan mereka tidak akan mendapatkan bala bantuan dari siapapun.

Ayat 213: Perbedaan dan Perselisihan

"Kānan-nāsu ummatan wāḥidatan fa-ba'athallāhu nabīyīna mubashirīna wa mundhirīna wa anzala ma'ahumul-kitāba bil-ḥaqqi li-yaḥkuma ban-nāsi fīmā ikhtalafū fīhi wa mākhtalafā fīhi illal-ladhīna ūtūhu min ba'di mā jā'at-humul-bayyinātu baghyan bainahum fa-hada'allāhul-ladhīna āmanū limākhtalafū mināl-ḥaqqi bi-idhnih wallāhu yahdi mayyashā'u ilā ṣirāṭim-mustaqīm"

Manusia dahulunya adalah umat yang satu, lalu Allah mengutus para nabi sebagai pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memutuskan perkara di antara manusia. Perbedaan pendapat itu timbul bukan karena ketidaktahuan, melainkan karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah senantiasa memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.

Penjelasan Singkat: Ayat ini menjelaskan bahwa pada awalnya manusia bersatu dalam kebaikan. Namun, setelah diutusnya para nabi dengan membawa kitab suci, timbullah perselisihan. Perselisihan ini bukan karena ketidakjelasan ajaran, melainkan karena adanya kedengkian dan hawa nafsu di antara sebagian orang. Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada orang-orang beriman agar kembali kepada kebenaran.

Ayat 214: Ujian Keimanan

"Am ḥasibtum an tadkhulul-jannata walamma ya'tikum-matsalul-ladhīna khalau min qablikum massathumul-ba'sā'u wadh-ḍarrā'u wazulzizū ḥattā yaqūlar-rasūlu walladhīna āmanū ma'ahu matā naṣrullāh alā inna naṣrallāhi qarīb"

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa kemalangan yang panjang dan kesengsaraan, serta diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata: "Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

Penjelasan Singkat: Ayat ini mengingatkan bahwa untuk mencapai surga, manusia harus melalui ujian dan cobaan, sebagaimana yang dialami oleh umat-umat terdahulu. Ujian tersebut bisa berupa kesulitan, kesengsaraan, bahkan keguncangan yang membuat orang beriman merasa putus asa. Namun, ayat ini juga memberikan penegasan bahwa pertolongan Allah selalu dekat bagi hamba-Nya yang sabar dan teguh iman.

Ayat 215-218: Infak dan Sedekah

"Yas'alūnaka mādhā yunfiqūn qul mā anfa'tum min khairin falil-wālidayni wal-aqrabīna wal-yatāmā wal-masākīni wabnis-sabīli wa mā taf'alū min khairin fa'inna-llāha bihi 'alīm"

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang mereka infakkan. Katakanlah: "Harta apa saja yang kamu infakkan, maka (hendaknya) ditujukan kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan ibnu sabil. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui."

"Ulā'ikal-ladhīna khusru-anfusahum wa hum fī jahannama khālidūn"

Mereka itulah orang yang merugikan dirinya sendiri, dan mereka kekal di dalam Jahanam.

"Wal-ladhīna āmanū wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti sa-nu'khiluhum jannātin tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā abadan lahum fīhā azwājum-muṭahharatun wa nudkhiluhum ẓillan ẓalīlā"

Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selamanya. Di surga mereka mendapat pasangan (istri) yang disucikan, dan mereka mendapat keteduhan yang abadi.

Penjelasan Singkat: Rentetan ayat ini membahas pentingnya berinfak dan bersedekah. Allah menjelaskan kepada siapa harta yang diinfakkan seharusnya diberikan, yaitu kepada orang-orang yang berhak menerimanya seperti orang tua, kerabat, yatim, miskin, dan musafir. Ayat ini juga menekankan bahwa orang yang tidak berinfak, padahal memiliki harta, akan merugi. Sebaliknya, orang yang beriman dan beramal saleh, termasuk bersedekah, akan mendapatkan balasan surga yang kenikmatannya abadi.

Ayat 219: Khimar dan Misiar

"Yas'alūnaka 'anil-khamri wal-maisiri qul fīhimā ithmun kabīrun wa manāfi'u lin-nāsi wa ithmuhumā akbaru min-nafi'ihimā wa yas'alūnaka mādhā yunfiqūn qulil-'afwa kadhālika yubayyinullāhu lakumul-āyāti la'allakum tatafakkarūn"

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang khamr (minuman keras) dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya." Dan mereka bertanya kepadamu (tentang) apa yang mereka infakkan. Katakanlah: "Harta sisa." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu agar kamu memikirkannya.

Penjelasan Singkat: Ayat ini menjelaskan mengenai hukum khamr (minuman memabukkan) dan maisir (perjudian). Allah menegaskan bahwa meskipun ada manfaat kecil bagi manusia, dosa keduanya jauh lebih besar. Ayat ini menjadi landasan pengharaman khamr dan judi dalam Islam. Selain itu, ayat ini juga menegaskan kembali perintah untuk berinfak, namun kali ini dengan frasa "harta sisa" yang menyiratkan bahwa harta yang kita miliki adalah titipan dan sebaiknya disedekahkan setelah memenuhi kebutuhan pokok.

Ayat 220: Ikhlas dalam Berinfak

"Fid-dun-yā wal-ākhirati wa yas'alūnaka 'an-yatāmā qul iṣlāḥun lahum khairun wa in tukhālitūhum fa-ikhwānukum wallāhu ya'lamul-mufsida minal-muṣliḥi wa law shā'allāhu la-a'ātakum fa-b'udū in-nal-lāha 'azīzun ḥakīm"

Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim. Katakanlah: "Memperbaiki keadaan mereka adalah baik, dan jika kamu menggabungkan dirimu dengan mereka, maka (ketahuilah) mereka adalah saudaramu." Dan Allah mengetahui orang yang membuat kerusakan dari orang yang melakukan perbaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia akan menyusahkan kamu. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

Penjelasan Singkat: Ayat terakhir dalam rentang ini membahas tentang anak yatim. Allah menganjurkan agar urusan mereka diperbaiki, namun jika memutuskan untuk mencampuradukkan urusan mereka dengan harta kita, maka mereka adalah saudara. Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui siapa yang berbuat kerusakan dan siapa yang berbuat kebaikan. Hal ini menyiratkan pentingnya niat yang ikhlas dalam setiap tindakan, terutama terkait dengan pengelolaan harta anak yatim.

Memahami Al Baqarah ayat 211-220 latin dan tafsirnya memberikan kita pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran Islam yang mencakup aspek akidah, muamalah, dan akhlak. Ayat-ayat ini mengajarkan kita untuk senantiasa teguh beriman, bersabar dalam menghadapi cobaan, berinfak dengan ikhlas, dan menjaga hubungan baik dengan sesama, terutama kepada mereka yang lebih membutuhkan.

🏠 Homepage