Simbol petunjuk dan kebijaksanaan ilahi
Surah Al-Baqarah, ayat 251 hingga 270, merupakan bagian dari Al-Qur'an yang kaya akan makna dan pelajaran penting. Rangkaian ayat-ayat ini menyoroti berbagai aspek kebesaran Allah SWT, kisah perjuangan para nabi, serta pedoman hidup bagi umat manusia. Mari kita selami lebih dalam makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya.
Ayat-ayat awal dalam rentang ini, khususnya setelah ayat 251, menceritakan tentang kisah penting Nabi Talut dan pertempuran melawan Jalut beserta pasukannya. Dikisahkan bahwa kaum Bani Israil meminta seorang raja untuk memimpin mereka berperang melawan musuh yang kuat. Allah mengutus Talut sebagai pemimpin mereka, meskipun pada awalnya banyak yang meragukannya.
Dan ketika Talut beserta tentaranya menghadapi Jalut dan tentaranya, mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, dan perkuatlah pendirian kami serta tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." (QS. Al-Baqarah: 250)
(Kisah dilanjutkan dengan kemenangan Talut dan pasukannya atas izin Allah, serta terbunuhnya Jalut oleh tangan Daud, dan Allah menganugerahkan kepadanya (Daud) kerajaan dan hikmah serta mengajarkannya apa yang dikehendaki-Nya.) (QS. Al-Baqarah: 251)
Kisah ini mengandung pelajaran tentang pentingnya ketaatan kepada pemimpin yang diutus Allah, keyakinan pada pertolongan-Nya, dan bahwa kekuatan yang sesungguhnya bukan hanya pada jumlah atau persenjataan, tetapi pada iman dan izin dari Allah. Kemenangan Daud atas Jalut juga menunjukkan bagaimana Allah mengangkat orang yang rendah hati dan beriman untuk mengalahkan kesombongan dan kezaliman.
Selanjutnya, rangkaian ayat ini juga membahas secara mendalam mengenai anjuran bersedekah dan larangan keras terhadap riba. Allah SWT menekankan bahwa sedekah adalah jalan untuk membersihkan harta, mendapatkan pahala berlipat ganda, dan merupakan investasi akhirat yang pasti akan mendatangkan keuntungan.
Perumpamaan (nafkah) orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Sebaliknya, Allah memerintahkan untuk menjauhi riba karena ia adalah sumber kehancuran ekonomi, menimbulkan kesenjangan sosial, dan merupakan tindakan yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Ayat-ayat ini memberikan panduan ekonomi yang adil dan berkeadaban.
Bagian ini juga mengulang kembali pentingnya menepati janji, khususnya janji yang telah dibuat Bani Israil dengan Allah. Terdapat penekanan pada konsekuensi dari mengingkari janji dan melakukan perbuatan yang dilarang, yang membawa mereka pada murka Allah.
Ayat-ayat yang mengakhiri rentang ini seringkali merangkum ciri-ciri orang yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta senantiasa berbuat baik. Ini adalah pengingat bahwa iman bukan hanya sekadar keyakinan di hati, tetapi harus tercermin dalam tindakan nyata, termasuk ketaatan pada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Secara keseluruhan, Al-Baqarah ayat 251-270 menawarkan sebuah paket petunjuk yang komprehensif. Mulai dari kisah perjuangan spiritual dan fisik, prinsip-prinsip ekonomi yang adil, hingga penekanan pada sifat-sifat luhur seorang mukmin. Mempelajari dan merenungkan ayat-ayat ini adalah sebuah keniscayaan bagi setiap Muslim yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dan menjalani kehidupan yang penuh berkah dan ridha-Nya.