Surah Al-Baqarah, ayat 30 hingga 40, merupakan bagian penting dari Al-Qur'an yang membuka lembaran baru setelah pembahasan tentang orang-orang munafik dan kaum kafir. Ayat-ayat ini membawa kita pada sebuah percakapan ilahi yang sangat fundamental, yaitu penciptaan Nabi Adam AS sebagai khalifah di bumi dan kisah awal mula manusia serta ujian yang dihadapinya. Memahami rangkaian ayat ini memberikan wawasan mendalam tentang kedudukan manusia, tanggung jawabnya, serta sifat Maha Pengasih dan Maha Bijaksana Allah SWT.
Arab: وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Wa idz qala rabbuka lilmalaa'ikati innii jaa'ilun fil-ardhi khaliifah. Qooluu ataj'alu fiihaa man yufsidu fiihaa wa yasfikud-dimaa'a wa nahnu nusabbihu bihamdika wa nuqaddisu lak. Qoola innii a'lamu maa laa ta'lamuun.
Tafsir Singkat: Allah SWT memberitahukan kepada para malaikat bahwa Dia akan menciptakan Adam sebagai khalifah di bumi. Para malaikat sempat bertanya, apakah Dia akan menciptakan makhluk yang akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal mereka (malaikat) senantiasa bertasbih dan mensucikan-Nya. Allah menjawab bahwa Dia mengetahui apa yang tidak mereka ketahui.
Arab: وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Wa 'allama Aadama al-asmaa'a kullahaa tsumma 'aradha 'alaihimul-malaa'ikata fa qoola ambi'uunii bi asmaa'i haa'ulaa'i ing kuntum shaa diqiin.
Arab: قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Qooluu subhaanaka laa 'ilma lanaa illaa maa 'allamtanaa. Innaka antal-'Aliimul-Hakiim.
Arab: قَالَ يَا آدَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَائِهِمْ ۖ فَلَمَّا أَنبَأَهُم بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ
Yaa Aadamu ambi'hum bi asmaa'ihim. Falammaa anba'ahum bi asmaa'ihim qoola alam aqul lakum innii a'lamu ghaibas-samaawaati wal-ardhi wa a'lamu maa tubduuna wa maa kuntum taktumuun.
Arab: وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Wa idz qulnaa lilmalaa'ikatis juduu li Aadama fa sajaduu illaa Ibliisa abaa wastakbara wa kaana minal-kaafiriin.
Tafsir Singkat: Allah mengajarkan Adam nama-nama segala sesuatu. Kemudian, Adam diperintahkan untuk memberitahukan nama-nama tersebut kepada malaikat. Malaikat pun mengakui ketidakmampuan mereka untuk mengetahui selain apa yang telah diajarkan Allah kepada mereka. Setelah itu, Allah memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam. Semua malaikat sujud, kecuali Iblis yang enggan dan sombong, sehingga ia termasuk orang-orang yang kafir.
Arab: وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا ۖ وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
Wa qulnaa yaa Aadamu uskun anta wazawjuka al-jannata wa kulaa minhaa raghadan haitsu shi'tumaa. Wa laa taqrubaa haadzihis-shajarata fatakuunaa minadh-dhaalimiin.
Arab: فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ
Fa azallashumas-syaiytanu 'anhaa fa akhrajahumaa mimmaa kaanaa fiih. Wa qulnaa hbituu ba'dhukum li ba'dhin 'aduwwun. Wa lakum fil-ardhi mustaqarrun wa mataa'un ilaa hiin.
Tafsir Singkat: Allah memerintahkan Adam dan Hawa untuk menempati surga dan memakan segala kenikmatannya sepuasnya, namun melarang mendekati pohon tertentu. Setan berhasil menggoda keduanya sehingga memakan buah dari pohon terlarang tersebut, lalu dikeluarkan dari surga. Allah kemudian menetapkan bahwa sebagian mereka (manusia dan setan) akan menjadi musuh, dan bagi manusia ada tempat tinggal serta kesenangan di bumi hingga waktu yang ditentukan.
Arab: فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Fatalqqaa Aadamu mir-rabbii kalimaatin fa taaba 'alaihi. Innahu Huwat-tawwaabur-Rahiim.
Arab: قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Qulnah bituu minhaa jamii'aa. Fa immaa ya'tiyannakum minnii hudan faman tabi'a hudaaya falaa khaufun 'alaihim wa laa hum yahzanuun.
Arab: وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Wal-ladziina kafaruu wa kadzdzabuu bi aayaatinaa ulaa'ika ashaabul-Naar. Hum fiihaa khaaliduun.
Arab: يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ
Yaa Banii Israa'iila udzkuruu ni'matiyal-lat i an'amtu 'alaikum wa ufuu bi 'ahdii ufi bi 'ahdikum. Wa iyyaaya farhabuun.
Tafsir Singkat: Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu bertaubat, dan Allah menerima taubatnya. Allah kemudian menetapkan bahwa manusia beserta setan akan turun ke bumi. Siapa pun yang mengikuti petunjuk-Nya tidak akan merasakan ketakutan dan kesedihan. Sebaliknya, orang-orang yang ingkar dan mendustakan ayat-ayat-Nya akan menjadi penghuni neraka yang kekal. Ayat ini juga menjadi peringatan kepada Bani Israil untuk mengingat nikmat Allah dan menepati janji-Nya.
Rangkaian ayat Al-Baqarah 30-40 ini bukan hanya sekadar kisah penciptaan, tetapi mengandung pelajaran berharga tentang kehendak bebas manusia, konsekuensi dari pilihan, pentingnya taubat, serta kebesaran sifat Allah SWT. Pengajaran nama-nama oleh Allah kepada Adam menunjukkan keistimewaan dan potensi intelektual manusia, yang kemudian menjadi dasar bagi tanggung jawabnya sebagai khalifah. Kisah ini mengingatkan kita bahwa meskipun manusia memiliki potensi untuk berbuat baik, ia juga rentan terhadap godaan, sebagaimana yang dialami oleh Adam dan Hawa. Namun, rahmat Allah yang luas tercermin dalam penerimaan taubat Adam, memberikan harapan bahwa pintu pengampunan selalu terbuka bagi mereka yang kembali kepada-Nya. Peringatan kepada Bani Israil di akhir rangkaian ayat ini menunjukkan relevansi abadi kisah ini bagi seluruh umat manusia, menekankan pentingnya mengingat nikmat Allah dan menjaga perjanjian.