Ilustrasi abstrak yang menggambarkan alur pemikiran dan kebenaran.
Dalam kitab suci Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang mengandung pelajaran mendalam dan peringatan keras bagi umat manusia. Salah satu di antaranya adalah firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 44 dan 45. Ayat-ayat ini secara khusus ditujukan kepada Bani Israil, namun maknanya bersifat universal dan relevan bagi seluruh kaum beriman di setiap zaman. Allah SWT berfirman:
Terjemahan Ayat 44
Ayat ini merupakan sebuah pertanyaan retoris yang tajam dari Allah SWT. Ia mencela perilaku sekelompok orang yang gemar menasihati dan memerintahkan orang lain untuk berbuat kebaikan, menjalankan ibadah, dan mematuhi perintah agama, namun mereka sendiri lalai dan tidak melaksanakan kewajiban yang sama. Kebiasaan ini merupakan bentuk kemunafikan yang sangat dibenci oleh Allah. Ironisnya, mereka juga dikenal sebagai pembaca kitab suci (Taurat), yang seharusnya menjadi petunjuk bagi mereka. Namun, pemahaman dan pengamalan mereka terhadap kitab tersebut sangatlah minim.
Pertanyaan "Maka tidakkah kamu mengerti?" menyiratkan adanya kekecewaan dan keheranan Allah terhadap ketidakmampuan mereka untuk memahami konsekuensi dari perbuatan mereka. Bagaimana mungkin seseorang bisa menuntut orang lain untuk berbuat baik sementara dirinya sendiri jauh dari kebaikan? Bagaimana mungkin seseorang bisa menjadi panutan atau pemberi nasihat sementara lisannya membasahi nasihat namun tangannya menjauhi perbuatan? Ini adalah pertanyaan yang seharusnya menggugah kesadaran diri setiap individu.
Terjemahan Ayat 45
Selanjutnya, Allah SWT memberikan solusi dan jalan keluar bagi umat manusia yang menghadapi kesulitan dalam menjalankan perintah-Nya, yaitu dengan memohon pertolongan kepada Allah melalui dua cara utama: kesabaran (as-shabr) dan shalat (as-shalat). Ayat ini menegaskan bahwa kedua amalan ini adalah kunci untuk mengatasi berbagai tantangan, godaan, dan godaan duniawi yang dapat menjauhkan seseorang dari ketaatan.
Kesabaran bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan keteguhan hati dalam menghadapi ujian, menahan diri dari perbuatan maksiat, dan terus berupaya dalam kebaikan meskipun terasa berat. Shalat, sebagai tiang agama, merupakan sarana komunikasi langsung antara hamba dengan Rabb-nya. Melalui shalat, seorang mukmin dapat menemukan ketenangan, kekuatan spiritual, dan petunjuk untuk menghadapi segala persoalan hidup.
Namun, Allah juga mengingatkan bahwa menjalankan kedua amalan ini tidaklah mudah. Ia adalah beban yang berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. Khusyu' dalam shalat berarti hadirnya hati, ketenangan jiwa, dan penuh kesadaran saat beribadah, sehingga merasakan kedekatan dengan Allah. Khusyu' juga mencakup kesabaran yang tumbuh dari pemahaman akan kebesaran Allah dan harapan akan rahmat-Nya. Orang yang khusyu' menyadari bahwa segala kekuatan dan pertolongan datang dari Allah, dan hanya kepada-Nya lah mereka seharusnya bergantung.
Pesan utama dari kedua ayat ini sangatlah jelas dan mendasar bagi kehidupan seorang mukmin:
Bagi kita yang hidup di era modern ini, tantangan untuk menjaga konsistensi antara perkataan dan perbuatan semakin kompleks. Dengan begitu banyaknya informasi dan kemudahan berkomunikasi, seringkali kita lebih mudah mengkritik atau memberi saran kepada orang lain, namun lupa menengok ke dalam diri sendiri. Ayat-ayat ini mengingatkan kita untuk tidak menjadi seperti "lilin yang membakar dirinya sendiri untuk menerangi orang lain" tanpa menjaga diri sendiri.
Marilah kita jadikan renungan atas surah Al-Baqarah ayat 44 dan 45 ini sebagai motivasi untuk terus memperbaiki diri. Jadikan Al-Qur'an bukan sekadar bacaan, melainkan pedoman hidup yang menuntun kita untuk menjadi pribadi yang utuh, yang perkataan dan perbuatannya selaras, serta senantiasa berserah diri kepada Allah SWT dengan sabar dan khusyu'.