Ilustrasi: Perjalanan dan Pencapaian dalam Iman
Surah Al-Baqarah, kitab suci Al-Qur'an yang kedua, merupakan lautan ilmu dan petunjuk bagi umat manusia. Di dalamnya terdapat ayat-ayat yang merangkai kisah para nabi, hukum-hukum ilahi, serta penegasan tentang keesaan Allah SWT. Bagian yang kita soroti kali ini, yaitu ayat 81 hingga 90, membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam mengenai karakteristik orang-orang yang benar-benar beriman, konsekuensi dari pelanggaran janji, dan rahmat serta kebijaksanaan Allah dalam mengatur umat-Nya.
بَلَىٰ مَنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٞ فَلَهُۥٓ أَجۡرُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
Bukan (demikian), sesungguhnya siapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah sedang ia berbuat baik, maka ia akan mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Ayat ini menegaskan bahwa keselamatan dan pahala sejati hanya didapat oleh mereka yang sepenuhnya menyerahkan diri (mengikhlaskan diri) kepada Allah SWT (aslama wajhahu lillah) sambil berbuat kebaikan (wahuwa muhsin). Ini adalah fondasi ketulusan iman. Allah menjamin bahwa orang-orang seperti ini akan menerima balasan terbaik di sisi-Nya, bebas dari rasa takut dan kesedihan, baik di dunia maupun di akhirat. Ini menjadi penegasan bahwa ibadah tanpa keikhlasan dan kebaikan adalah sia-sia.
أُولَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ
Mereka itulah penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
Sebagai kelanjutan dari ayat sebelumnya, ayat 82 ini secara gamblang menyatakan konsekuensi dari keimanan yang tulus dan amal perbuatan yang baik. Mereka yang memenuhi kriteria tersebut adalah penghuni surga dan akan kekal di dalamnya. Ini adalah janji pasti dari Allah yang menjadi motivasi terbesar bagi setiap muslim untuk terus berjuang dalam kebaikan dan menjaga keikhlasan.
وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِيثَٰقَ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ لَا تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَانٗا وَذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلٗا مِّنكُمۡ وَأَنتُمۡ مُّعۡرِضُونَ
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang yang membutuhkan, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu selalu menjadi orang yang tidak memperdulikan.
Ayat 83 mengisahkan tentang perjanjian (mithaq) yang diambil Allah dari Bani Israil. Perjanjian ini berisi perintah untuk mengesakan Allah, berbuat baik kepada orang tua, kerabat, anak yatim, fakir miskin, berkata baik kepada sesama, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Namun, ironisnya, sebagian besar dari mereka mengingkari perjanjian tersebut.
وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِيثَٰقَكُمۡ لَا تَسۡفِكُونَ دِمَآءَكُمۡ وَلَا تُخۡرِجُونَ أَنفُسَكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ ثُمَّ ٱعۡتَرَفۡتُمۡ وَأَنتُمۡ تَشۡهَدُونَ
Dan ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): Janganlah kamu menumpahkan darah saudaramu dan janganlah kamu mengusir dirimu (saudaramu) dari kampung halamanmu. Kemudian kamu berikrar sedang kamu mempersaksikan.
Ayat 84 melanjutkan dengan perjanjian lain, yaitu larangan menumpahkan darah sesama dan mengusir mereka dari kampung halaman. Sekali lagi, Bani Israil terbukti melanggar janji ini.
ثُمَّ أَنتُمۡ هَٰٓؤُلَآءِ تَقۡتُلُونَ أَنفُسَكُمۡ وَتُخۡرِجُونَ فَرِيقٗا مِّنكُم مِّن دِيَٰرِهِمۡ تَظَٰهَرُونَ عَلَيۡهِم بِٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِ وَإِن يَأۡتُوكُمۡ أُسَٰرَىٰ تَفۡدُوهُمۡ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيۡكُمۡ إِخۡرَاجُهُمۡ ۚ أَفَتُؤۡمِنُونَ بِبَعۡضِ ٱلۡكِتَٰبِ وَتَكۡفُرُونَ بِبَعۡضٍ ۚ فَمَا جَزَآءُ مَن يَفۡعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمۡ إِلَّا خِزۡيٌ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا ۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰٓ أٓشَدِّ ٱلۡعَذَابِ ۚ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ
Sesudah itu kamu (masih membunuh saudaramu) dan mengusir segolongan dari kamu dari kampung halamanmu, kamu bantu-membantu (berbuat dosa dan permusuhan terhadapnya), sedang kalau mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu diharamkan bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebahagian yang lain? Maka tidak ada balasan (yang layak) bagi orang yang berbuat demikian dari kamu, selain daripada kehinaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka akan diazab sesengsara-sengsaranya. Dan Allah tidak sekali-kali lalai daripada apa yang kamu kerjakan.
Ayat 85 secara rinci menjelaskan bentuk pelanggaran mereka: saling membunuh, mengusir sesama dari kampung halaman, dan membantu dalam permusuhan. Yang lebih mengejutkan adalah ketika mereka membebaskan tawanan sesama mereka, padahal mengusir mereka adalah perbuatan yang diharamkan. Hal ini menunjukkan kemunafikan dan ketidaktaatan mereka yang memilih untuk mengikuti sebagian hukum dan meninggalkan sebagian lainnya.
Ayat 86 kemudian merangkum sanksi bagi perbuatan tersebut: kehinaan di dunia dan siksaan yang pedih di akhirat. Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui segala perbuatan mereka.
وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَٰبَ وَقَفَّيۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِۦ بِٱلرُّسُلِ ۖ وَءَاتَيۡنَا عِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ ٱلۡبَيِّنَٰتِ وَأَيَّدۡنَٰهُ بِرُوحِ ٱلۡقُدُسِ ۗ أَفَكُلَّمَا جَآءَكُمۡ رَسُولٌۢ بِمَا لَا تَهۡوَىٰٓ أَنفُسُكُمُ ٱسۡتَكۡبَرۡتُمۡ فَفَرِيقٗا كَذَّبۡتُمۡ وَفَرِيقٗا تَقۡتُلُونَ
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menyusulkan sesudah dia Rasul-rasul, dan Kami telah memberikan bukti-bukti (mukjizat) kepada ‘Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu, lalu kamu menyombongi diri? Sebagian kamu dustakan dan sebagian yang lain kamu bunuh?
Ayat 87 mengingatkan tentang para nabi sebelum Muhammad SAW, yaitu Musa AS yang diberi Taurat dan Isa AS yang diberi mukjizat serta didukung oleh Ruhul Qudus (Malaikat Jibril). Namun, umat-umat terdahulu, termasuk Bani Israil, seringkali menolak dan bahkan membunuh rasul yang datang kepada mereka ketika ajaran tersebut tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka. Ini menjadi peringatan bagi umat Islam agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
وَقَالُواْ قُلُوبُنَا غُلۡفٌۢ ۚ بَل لَّعَنَهُمُ ٱللَّهُ بِكُفۡرِهِمۡ فَقَلِيلٗا مَّا يُؤۡمِنُونَ
Dan mereka (Bani Israil) berkata: "Hati kami sudah tertutup." Tetapi Allah melaknati mereka karena kekafiran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.
Ayat 88 menyingkap alasan penolakan mereka: hati yang tertutup oleh kekafiran. Allah melaknat mereka atas kekufuran tersebut, sehingga iman yang tersisa pada mereka sangatlah sedikit.
وَلَمَّا جَآءَهُمۡ كِتَٰبٞ مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٞ لِّمَا مَعَهُمۡ وَكَانُوٓاْ قَبۡلُ يَسۡتَفۡتِحُونَ عَلَى ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَلَمَّا جَآءَهُم مَّا عَرَفُواْ كَفَرُواْ بِهِۦ ۚ فَلَعۡنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ
Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa (Al-Qur'an) yang ada pada mereka, padahal mereka sebelumnya memohon kemenangan atas orang-orang kafir, lalu apabila datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang kufur.
Ayat 89 menjelaskan ironi yang terjadi ketika Al-Qur'an datang. Al-Qur'an yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan merupakan bukti kebenaran dari Allah. Padahal, sebelumnya mereka sering berdoa agar diberi kemenangan atas musuh-musuh mereka dengan perantaraan nabi yang akan datang. Namun, ketika Al-Qur'an yang mereka kenali itu datang, mereka malah mengingkarinya. Akibatnya, laknat Allah tertimpa pada orang-orang yang kufur.
بِئۡسَمَا ٱشۡتَرَوۡاْ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمۡ أَن يَكۡفُرُواْ بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بَغۡيًا أَن يُنَزِّلَ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ ۖ فَبَآءُو بِغَضَبٍ عَلَىٰ غَضَبٍ ۚ وَلِلۡكَٰفِرِينَ عَذَابٞ مُّهِينٞ
Sangat buruklah (ali-ali) apa yang mereka menukarnya dengan diri mereka sendiri, yaitu mereka mengingkari apa yang diturunkan Allah. Karena dengki bahwa Allah menurunkan karunianya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Maka mereka mendapat murka sesudah (mendapat) murka. Dan bagi orang-orang kafir itu azab yang menghinakan.
Terakhir, ayat 90 merangkum betapa buruknya pertukaran yang mereka lakukan. Mereka menukar diri mereka dengan kekufuran hanya karena kedengkian terhadap karunia Allah yang diturunkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Hal ini membuat mereka mendapat murka Allah berlipat ganda. Bagi orang-orang kafir, azab yang menghinakan telah disiapkan.
Secara keseluruhan, ayat 81-90 Surah Al-Baqarah memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya keikhlasan dalam beribadah, ketulusan iman, serta konsekuensi dari mengingkari janji dan ajaran Allah. Kisah Bani Israil menjadi cermin bagi kita untuk senantiasa menjaga amanah perjanjian dengan Allah dan tidak terjebak dalam kemunafikan serta kekufuran.