Surah Al Baqarah, juzuk kedua dari kitab suci Al-Qur'an, menyimpan segudang petunjuk dan hikmah bagi umat manusia. Di antara ayat-ayatnya yang mendalam, rentang ayat 94 hingga 105 menawarkan pelajaran berharga mengenai ujian keimanan, godaan duniawi, serta kepastian janji Allah. Ayat-ayat ini sering kali menjadi refleksi bagi kaum beriman dalam menghadapi keraguan, tantangan, dan perbedaan pendapat.
Ilustrasi: Ujian dan Janji Allah Meneguhkan Hati
Ayat 94 dari Surah Al Baqarah memulai dengan sebuah pertanyaan retoris yang menohok: "Katakanlah (hai Muhammad), 'Jika ada kampung akhirat di sisi Allah khusus untukmu, bukan untuk manusia yang lain, maka inginilah kematianmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.'" Pertanyaan ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi Madinah yang mengklaim diri mereka sebagai ahli surga dan anak-anak Allah. Allah menantang mereka untuk menunjukkan keinginan mereka untuk mati, karena jika klaim mereka benar, surga sudah menanti tanpa melalui kesulitan dunia. Tantangan ini menegaskan bahwa keutamaan di sisi Allah tidak bisa didapatkan hanya dengan klaim semata, melainkan melalui kebenaran iman dan amal shaleh yang teruji.
QS. Al-Baqarah (2:94):
"Katakanlah: 'Jika ada untuk Allah negeri akhirat, khusus bagi kamu bukan bagi manusia yang lain, maka mintalah kematianmu, jika kamu orang-orang yang benar.'"
Klaim keutamaan ini sering kali menjadi jebakan bagi banyak umat. Tanpa ujian dan cobaan, iman bisa saja menjadi rapuh dan hanya sebatas retorika. Allah menguji hamba-Nya untuk membedakan antara orang yang benar-benar beriman dan yang hanya mengaku beriman. Ujian ini bisa berupa kesulitan hidup, penderitaan, atau bahkan kehilangan. Bagi orang yang beriman, ujian tersebut justru menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, membersihkan diri dari dosa, dan meningkatkan derajat di sisi-Nya.
Selanjutnya, ayat 95 berbicara tentang kenyataan pahit yang dihadapi banyak manusia, yaitu ketakutan akan kematian yang justru membuat mereka enggan menghadapi ujian. "Tetapi mereka sekali-kali tidak akan mengingininya (kematian) disebabkan apa yang telah diperbuat oleh tangan mereka (dosa-dosa mereka); dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim." Ketakutan ini timbul karena kesadaran, betapapun samar, akan dosa-dosa yang telah diperbuat, yang membuat mereka ragu akan nasib akhirat mereka.
QS. Al-Baqarah (2:95):
"Tetapi mereka sekali-kali tidak akan menginginkannya (kematian) disebabkan apa yang telah diperbuat oleh tangan mereka (dosa-dosa mereka); dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim."
Ayat-ayat berikutnya hingga ayat 98 menjelaskan lebih lanjut tentang permusuhan sebagian kaum Yahudi terhadap Jibril, malaikat pembawa wahyu. Mereka menyatakan iman kepada Taurat yang diturunkan kepada Musa, namun mengingkari wahyu yang dibawa oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Sikap ini menunjukkan keangkuhan intelektual dan penolakan terhadap kebenaran yang datang dari sumber yang sama, hanya karena ia dibawa oleh utusan yang berbeda atau ditujukan kepada umat yang berbeda. Allah menegaskan bahwa siapa yang memusuhi Allah, malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh bagi orang-orang kafir.
Pelajaran dari sini adalah bahwa beriman kepada sebagian wahyu dan mengingkari sebagian yang lain adalah bentuk kekafiran. Kebenaran datang dari satu sumber, yaitu Allah SWT. Menolak sebagian risalah-Nya berarti menolak keutuhan ajaran-Nya. Ini juga mengingatkan kita untuk tidak bersikap fanatik pada satu pandangan semata, melainkan bersikap terbuka terhadap kebenaran dari mana pun ia datang, selama sesuai dengan prinsip-prinsip dasar agama.
Namun, di tengah ujian dan tantangan, Al-Qur'an tidak pernah berhenti memberikan harapan. Ayat-ayat selanjutnya dari Surah Al Baqarah menghadirkan janji-janji manis bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Ayat 97 menegaskan bahwa siapa yang memusuhi Jibril, maka sesungguhnya Jibril menurunkan Al-Qur'an ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang beriman.
Lebih lanjut, ayat 98 menjadi penegasan yang sangat kuat: "Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh bagi orang-orang kafir." Pernyataan ini adalah peringatan keras bagi siapa pun yang menentang ajaran Allah.
Di sisi lain, Surah Al Baqarah ayat 100 dan seterusnya mengingatkan pentingnya memenuhi janji dan tidak melanggar perjanjian. Namun, yang lebih menggembirakan adalah janji Allah bagi orang yang beriman dan beramal shaleh. Ayat 102 misalnya, berbicara tentang para penyihir yang mempelajari sihir yang mendatangkan mudarat dan tidak mendatangkan manfaat, serta mengetahui bahwa siapa yang menukarnya (meninggalkan wahyu Allah dan memilih sihir), maka tidak ada bagian baginya di akhirat.
Puncak dari harapan ini terdapat pada ayat-ayat yang berbicara tentang bagaimana Allah melipatgandakan pahala bagi orang yang bersedekah atau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik. "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik (yang diinfakkan), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. Al-Baqarah 2:245) Meskipun ayat ini agak terpisah dari rentang 94-105, semangatnya sangat relevan dengan tema kemurahan Allah kepada hamba-Nya yang beriman.
Ayat 105 dari Surah Al Baqarah mengingatkan agar orang-orang ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan agar diturunkan suatu kebaikan dari Tuhan mereka. Sebaliknya, Allah memberikan rahmat-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki.
Al Baqarah ayat 94 hingga 105 merupakan satu kesatuan yang utuh dalam memberikan panduan spiritual. Ayat-ayat ini mengingatkan kita bahwa klaim keimanan harus dibuktikan melalui ujian dan cobaan. Godaan duniawi dan ketakutan akan kematian sering kali menjadi penghalang bagi sebagian orang untuk menerima kebenaran sepenuhnya. Sikap menolak wahyu secara selektif adalah bentuk kekufuran. Namun, bagi mereka yang berpegang teguh pada kebenaran, beriman dengan sungguh-sungguh, dan beramal shaleh, Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda, pertolongan, dan kebahagiaan di akhirat. Memahami dan merenungkan ayat-ayat ini menjadi bekal penting untuk memperkokoh keyakinan dan menghadapi setiap aspek kehidupan dengan penuh ketawakalan.