Surah Al-Bayyinah, yang berarti "Bukti yang Nyata", merupakan salah satu surah dalam Al-Qur'an yang menegaskan keesaan Allah dan kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Lima ayat pertama dari surah ini secara gamblang memaparkan hakikat dari ajaran Islam dan perbedaan mendasar antara orang yang beriman dan yang kafir.
لَمْ يَكُنِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَـٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ مُنفَكِّينَ حَتَّىٰ تَأْتِيَهُمُ ٱلْبَيِّنَةُ
1. Orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak akan mau berpisah (dari kekafiran mereka) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata.
Ayat pertama ini mengawali dengan sebuah pernyataan tegas. Golongan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) serta orang-orang musyrik Mekah, yang merupakan kaum yang menolak ajaran tauhid, tidak akan meninggalkan kesesatan mereka begitu saja. Mereka tidak akan berhenti dalam keingkaran mereka sampai datang kepada mereka 'al-bayyinah', yaitu bukti yang jelas dan nyata.
رَسُولٌ مِّنَ ٱللَّهِ يَتْلُـٰوٓا۟ صُحُفًۭا مُّطَهَّرَةًۭ
2. (yaitu) seorang rasul dari Allah yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al-Qur'an).
Bukti yang dimaksud dalam ayat pertama adalah Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sendiri, beserta wahyu yang diturunkan kepadanya, yaitu Al-Qur'an. Al-Qur'an digambarkan sebagai "lembaran-lembaran yang disucikan" (ṣuḥufan muṭahharah), yang menunjukkan kemurnian, keagungan, dan kebebasannya dari segala bentuk kepalsuan atau kekotoran. Wahyu ini adalah sumber kebenaran yang tak terbantahkan, yang seharusnya mampu menyadarkan dan membimbing umat manusia.
فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌۭ
3. di dalamnya terdapat (isi) yang lurus (pedoman yang benar).
Penyucian Al-Qur'an bukan hanya pada bentuk fisiknya, tetapi juga pada kandungannya. Ayat ketiga menegaskan bahwa di dalam lembaran-lembaran suci tersebut terdapat kitab-kitab (hukum dan ajaran) yang lurus dan benar (qayyimah). Ini berarti Al-Qur'an berisi petunjuk-petunjuk yang akurat, tidak menyimpang, dan senantiasa mengarahkan pada kebaikan serta kebenaran hakiki. Ajaran-ajaran di dalamnya kokoh, tidak goyah, dan menjadi pegangan hidup yang abadi.
وَمَا تَفَرَّقَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ ٱلْبَيِّنَةُ
4. Dan tidaklah berpecah-belah orang-orang yang diberi Kitab kecuali setelah datang kepada mereka bukti yang nyata.
Ayat keempat menjelaskan lebih lanjut mengenai dampak dari datangnya 'al-bayyinah'. Meskipun bukti yang jelas telah datang, justru di sinilah letak perpecahan. Orang-orang yang sebelumnya memiliki kitab suci (Ahli Kitab) terpecah belah. Sebagian menerima kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad dan beriman kepadanya, sementara sebagian lainnya tetap teguh dalam penolakan dan perpecahan mereka. Perpecahan ini terjadi bukan karena ketidakjelasan bukti, melainkan karena keengganan mereka untuk menerima kebenaran yang terang benderang.
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
5. Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan (diperintahkan) melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Ayat kelima menjadi penutup yang merangkum inti dari ajaran yang dibawa oleh Al-Qur'an dan Rasulullah. Meskipun terdapat perpecahan dan penolakan, sesungguhnya perintah utama kepada semua umat manusia, termasuk Ahli Kitab, adalah sesuatu yang sangat mendasar dan universal. Yaitu: menyembah Allah semata dengan mengikhlaskan seluruh ketaatan hanya kepada-Nya (mukhlishīna lahū al-dīna ḥunafā'). Ini berarti mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah, menjauhi segala bentuk kemusyrikan, dan tunduk patuh pada segala perintah-Nya dengan penuh keikhlasan dan ketulusan, condong kepada agama yang benar. Selain itu, perintah mendasar lainnya adalah mendirikan salat dengan benar dan menunaikan zakat. Keduanya merupakan pilar penting dalam ibadah dan hubungan sosial seorang Muslim. Keseluruhan tuntunan ini, yaitu keikhlasan dalam beribadah dan pelaksanaan syariat, adalah esensi dari agama yang lurus dan teguh (dīn al-qayyimah).
Secara keseluruhan, kelima ayat pertama dari Surah Al-Bayyinah ini memberikan gambaran yang jelas mengenai pentingnya wahyu ilahi sebagai pembawa kebenaran hakiki. Ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam melalui Al-Qur'an adalah bukti nyata yang seharusnya diterima oleh akal sehat. Penolakan terhadapnya bukanlah karena bukti yang lemah, melainkan karena kesombongan, kedengkian, atau ketidakmauan untuk berubah. Inti dari risalah ini adalah tauhid, ibadah yang ikhlas, serta pelaksanaan syariat yang mencakup salat dan zakat, sebagai pedoman hidup yang lurus dan abadi.